Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Penundaan Larangan TikTok Trump Picu Reaksi Berbeda di AS dan Tiongkok

Thalatie K Yani
22/1/2025 05:53
Penundaan Larangan TikTok Trump Picu Reaksi Berbeda di AS dan Tiongkok
Presiden AS Donald Trump menunda pelaksanaan larangan terhadap TikTok dan tarif Tiongkok menimbulkan berbagai reaksi.(freepik)

SEBANYAK 170 juta pengguna TikTok di Amerika Serikat (AS) bersyukur atas keputusan Presiden Donald Trump yang menunda larangan hukum terhadap platform media sosial itu. Sayangnya respon Tiongkok tidak positif. 

Pasalnya Trump mengisyaratkan ia bisa meminta perusahaan menyerahkan 50% sahamnya untuk menghindari penutupan dan menyarankan tarif atas barang-barang Tiongkok.

Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan “operasi dan akuisisi perusahaan” harus “diputuskan oleh perusahaan” dan sesuai dengan hukum Tiongkok. AS harus “dengarkan dengan sungguh-sungguh suara akal sehat” dan “menyediakan lingkungan bisnis yang terbuka, adil, jujur, dan tidak diskriminatif” bagi perusahaan dari semua negara, kata juru bicara Guo Jiakun pada hari Selasa.

Beberapa jam setelah pelantikannya, Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang menunda selama 75 hari pelaksanaan undang-undang kontroversial yang mengharuskan TikTok dilarang di AS, kecuali perusahaan tersebut dijual kepada pembeli dari Amerika atau salah satu sekutunya.

Tindakan eksekutif ini mengikuti janji Trump untuk menunda pelaksanaan undang-undang tersebut. TikTok mengatakan jaminan tersebut memungkinkan mereka untuk kembali online setelah sempat mati selama lebih dari 12 jam pada akhir pekan.

Penundaan ini akan membantu pemerintahan Trump “menentukan langkah yang tepat dengan cara yang teratur yang melindungi keamanan nasional sambil menghindari penutupan mendadak sebuah platform komunikasi yang digunakan oleh jutaan orang Amerika,” bunyi perintah tersebut.

Trump bekali-kali menyarankan ia terbuka untuk pembeli dari Amerika yang membeli separuh perusahaan dan menjalankannya sebagai usaha patungan 50-50 dengan pemilik saat ini, ByteDance yang berbasis di Tiongkok.

Usaha patungan yang melibatkan perusahaan AS dengan saham 50% di TikTok akan mengurangi ketegangan dari undang-undang kontroversial tersebut, meskipun tidak jelas apakah pembuat undang-undang AS atau TikTok, yang membantah aplikasi tersebut merupakan ancaman bagi keamanan nasional Amerika, akan menyetujui hal ini.

Reaksi di Tiongkok

Di media sosial Tiongkok, saran Trump tersebut mendapat sambutan negatif. Puluhan juta pengguna platform media sosial Weibo berbondong-bondong ke hashtag yang terkait dengan kepemilikan 50-50 yang potensial, dengan banyak yang mengutuk “perampokan” yang dilakukan pemerintah AS.

“Apple dan Tesla juga harus menyerahkan 50% saham mereka kepada perusahaan Tiongkok,” tulis salah satu komentar yang mendapat ribuan suka.

“Kami membutuhkan 50% kontrol atas Nvidia!” kata komentator lainnya, merujuk pada pembuat chip asal AS.

“Tiongkok tidak akan membiarkan ByteDance berlutut,” tulis komentar lain, merujuk pada perusahaan induk TikTok. “Perampokan tidak akan berubah sifatnya hanya karena berubah dari 100% menjadi 50%,” tambah komentar tersebut.

Perusahaan media raksasa ByteDance tidak mengoperasikan TikTok di Tiongkok, tetapi aplikasi saudara mereka, Douyin, populer di dalam negeri.

TikTok dan Tarif

Dalam percakapan telepon dengan Trump, Jumat, pemimpin Tiongkok Xi Jinping menyerukan “titik awal baru” dalam hubungan AS-Tiongkok dan menekankan “kepentingan bersama yang luas” mereka. Trump mencatat percakapan tersebut termasuk pembahasan mengenai TikTok.

Xi juga mengirim Wakil Presiden Tiongkok Han Zheng ke pelantikan Trump, pejabat tertinggi Beijing yang pernah dikirim ke pelantikan presiden AS.

Perintah eksekutif Trump mengenai TikTok menjadi salah satu sinyal dari presiden yang baru dilantik bahwa dia bersedia bernegosiasi dengan Beijing, meskipun selama kampanye dia mengusung sikap keras terhadap negara yang merupakan rival geopolitik utama AS.

Trump pada hari Senin juga menahan diri dari menerapkan tarif terhadap barang-barang Tiongkok, sesuatu yang diperkirakan bisa menjadi agenda pada hari pertamanya. Selama kampanye, Trump mengancam akan mengenakan tarif hingga 60% atas impor barang-barang Tiongkok ke AS, dan Beijing telah bersiap menghadapi persaingan ekonomi yang lebih tajam dengan AS.

Ketika ditanya mengenai tarif tersebut pada hari Senin, Trump mengatakan bahwa tarif yang ia terapkan sebagai presiden pertama kali masih berlaku. Ia tidak menyebutkan jadwal pasti kapan ia mungkin akan mengenakan tarif lebih lanjut, meskipun mengatakan tarif terhadap barang-barang Meksiko dan Kanada bisa diberlakukan pada 1 Februari.

Namun, Trump juga mengisyaratkan tarif bisa terkait dengan nasib TikTok, yang menimbulkan pertanyaan tentang jenis negosiasi keras yang mungkin ada dalam pikirannya di bulan-bulan mendatang.

“Jika kita ingin membuat kesepakatan dengan TikTok dan itu adalah kesepakatan yang baik dan China tidak menyetujuinya… saya rasa pada akhirnya, mereka akan menyetujuinya karena kita akan mengenakan tarif terhadap China, mungkin,” katanya, sambil mengisyaratkan bahwa ini bukan satu-satunya pendekatan yang bisa dia ambil.(CNN/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya