Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Dua Pejuang Palestina Hamas dan Fatah, Apa Bedanya?

Alya Putri Abi
29/11/2024 14:15
Dua Pejuang Palestina Hamas dan Fatah, Apa Bedanya?
Hamas.(Al Jazeera)

PALESTINA ialah wilayah yang terletak di Timur Tengah kini terdiri dari dua daerah utama yaitu Tepi Barat dan Jalur Gaza. Palestina masih terlibat dalam perjuangan untuk mendapatkan pengakuan internasional yang lebih luas dan membangun negara yang merdeka dengan Jerusalem sebagai ibu kotanya.

Konflik Palestina-Israel dimulai sejak awal abad ke-20, terutama dengan berdirinya negara Israel pada 1948. Bagi Palestina, pendirian Israel mengakibatkan pengusiran massal ratusan ribu orang Palestina dari rumah mereka, yang dikenal sebagai Nakba (bencana).

Kondisi yang terjajah oleh Israel mendorong munculnya berbagai gerakan sosial dari kelompok-kelompok masyarakat Palestina sebagai bentuk penolakan terhadap keberadaan negara Israel di tanah Palestina.

Meskipun PLO telah berjuang untuk kemerdekaan Palestina, munculnya kelompok-kelompok seperti Fatah dan Hamas disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap perjuangan yang dilakukan sebelumnya oleh PLO.

Hamas dan Fatah adalah dua kelompok politik utama yang ada di Palestina. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu membebaskan Palestina dari penjajahan Israel dan mendirikan negara Palestina yang merdeka.

Namun, meskipun memiliki tujuan yang serupa, kedua kelompok ini sering terlibat dalam konflik internal yang memperburuk situasi politik di Palestina. Tulisan ini dibuat dalam rangka memperingati Hari Solidaritas Internasional Bersama Masyarakat Palestina setiap 29 November. 

Perbedaan Fatah dan Hamas

Keduanya memiliki perbedaan dalam metode dan ideologi perjuangan, tetapi sama-sama berakar pada kondisi penjajahan yang menimpa Palestina dan keinginan memperjuangkan kemerdekaan dari cengkeraman Israel. Berikut penjelasannya berdasarkan Journal on Politics and Islamic Civilization, April 2020:

1. Hamas.

Hamas ialah kelompok perlawanan Palestina yang didirikan pada 14 Desember 1987 di Gaza, sebagai bagian dari Ikhwanul Muslimin, organisasi besar dari Mesir. Ideologi Hamas berfokus pada Islam sebagai dasar negara Palestina yang diinginkan. 

Tujuan utama Hamas ialah membentuk negara Palestina yang merdeka dengan hukum Islam sebagai dasar negara dan menentang sekularisme (pemisahan agama dari negara).

Awalnya, Hamas ialah organisasi sosial dan amal yang dikenal dengan nama al-Mujamma al-Islami. Mereka memberikan pendidikan dan bantuan sosial, tetapi kemudian berubah menjadi kelompok perlawanan yang lebih militan. 

Hamas muncul sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan banyak orang Palestina terhadap cara PLO dan Fatah berjuang dengan diplomasi. 

Mereka merasa cara ini hanya menguntungkan Israel dan merugikan Palestina, sehingga mereka memilih untuk berjuang dengan senjata dan doktrin jihad untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel.

Hamas memiliki struktur organisasi yang dibagi menjadi tiga bagian utama. Pertama, Divisi Militer yang mengatur pasukan dan serangan terhadap Israel. Kedua, Divisi Keamanan yang bertugas mengumpulkan informasi tentang Israel dan kelompok lawan. 

Ketiga, Divisi Politik yang bertanggung jawab untuk kebijakan dan diplomasi, meskipun mereka lebih dikenal karena pendekatan perlawanan bersenjata daripada diplomasi. 

Hamas juga mengajak umat Islam dari seluruh dunia untuk ikut berjuang bersama mereka. Setelah memenangkan pemilihan legislatif Palestina pada 2006, Hamas menguasai Gaza setelah terjadi konflik dengan Fatah pada 2007. Sejak itu, Hamas mengendalikan Gaza, sementara Fatah tetap memerintah di Tepi Barat.

2. Fatah.

Fatah adalah kelompok politik yang lebih tua dan lebih fokus pada diplomasi dibandingkan dengan Hamas. Didirikan pada 1959 di Kuwait oleh sekelompok pengungsi Palestina, Fatah memiliki tujuan membebaskan Palestina dengan cara yang lebih damai dan politis.

Ideologi Fatah bersifat sekuler yang berarti mereka memisahkan agama dari urusan politik. Mereka juga lebih terbuka untuk berdialog dengan negara-negara lain, termasuk Israel, demi mencapai perdamaian.

Fatah adalah bagian dari PLO (Organisasi Pembebasan Palestina), yang diakui dunia internasional sebagai perwakilan sah rakyat Palestina. Yasser Arafat, pendiri Fatah, memainkan peran penting dalam perjuangan Palestina melalui PLO. 

Arafat dan Fatah mendukung solusi dua negara yang berarti mereka mengakui adanya Israel dan ingin mendirikan negara Palestina di wilayah yang saat ini diduduki oleh Israel. Fatah memiliki struktur organisasi yang terdiri dari beberapa bagian. Komite Sentral adalah kelompok yang membuat keputusan politik tertinggi. 

Komite Umum adalah parlemen internal yang bertanggung jawab untuk kebijakan dan pengawasan. Dewan Revolusi berfungsi sebagai penghubung antara Komite Sentral dan Komite Umum dan memastikan bahwa kebijakan Fatah dijalankan dengan baik.

Awalnya, Fatah menggunakan cara kekerasan untuk melawan Israel melalui kelompok al-Asifah pada 1965. Namun setelah banyak kegagalan militer dan tekanan dari dunia internasional, Fatah beralih ke jalur diplomasi. 

Pada 1990-an, Fatah menjadi sangat berpengaruh setelah perjanjian Oslo yang mengakui Palestina sebagai negara merdeka meskipun belum sepenuhnya. Fatah sering terlibat dalam perundingan dengan Israel yang berbeda dengan Hamas yang menolak mengakui Israel. 

Meskipun pengaruh Fatah di Gaza menurun setelah Hamas menang pada 2006, Fatah tetap dihormati di dunia internasional karena pendekatan diplomatiknya.

Konflik Hamas dan Fatah

Konflik antara Hamas dan Fatah dimulai setelah kematian Yasser Arafat, seorang tokoh politik dan pemimpin Palestina, pada 2004.

Ini semakin memuncak pada 2006 setelah Hamas memenangkan pemilihan umum dan menguasai mayoritas kursi di Parlemen, yang mengakibatkan Fatah kehilangan dominasi politiknya. 

Pada 2007, Hamas berhasil merebut kendali atas Jalur Gaza, memaksa Fatah keluar, dan menyebabkan pembagian kekuasaan, dengan Hamas menguasai Gaza dan Fatah mengendalikan Tepi Barat.

Konflik ini tidak hanya dipicu oleh masalah internal, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti blokade ekonomi dan militer yang diberlakukan oleh Israel dan Amerika Serikat setelah Hamas meluncurkan serangan roket ke Israel.

Selain itu, terdapat perbedaan dalam dukungan senjata yaitu Hamas menerima bantuan senjata dari Iran, sementara Fatah memperoleh senjata dari Israel. Banyak pihak, termasuk Fatma A. Al-Gussain, Direktur Eksekutif Pusat Nasional untuk Rehabilitasi Masyarakat Palestina, mengkritik konflik ini karena semakin memperburuk kondisi Palestina yang sudah terjajah oleh Israel.

Pada 2024, Hamas dan Fatah, sepakat menandatangani perjanjian rekonsiliasi untuk mengakhiri persaingan politik yang berlangsung selama beberapa dekade. 

Perjanjian tersebut ditandatangani di Beijing, Tiongkok, dan disaksikan oleh pejabat senior Hamas, Musa Abu Marzuk, serta wakil pemimpin Komisi Pusat Fatah, Mahmoud al-Aloul. 

Kesepakatan ini mencakup upaya menyatukan kedua faksi Palestina yang selama ini terpecah. Tujuannya, memperkuat posisi Palestina dalam menghadapi tantangan politik dan wilayah yang lebih luas. (Z-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya