Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pengeboman Perdana Israel di Beirut Libanon Eskalasi Konflik

Ferdian Ananda Majni
30/9/2024 10:08
Pengeboman Perdana Israel di Beirut Libanon Eskalasi Konflik
Warga Libanon mengungsi ke Beirut.(Al Jazeera)

SEDIKITNYA 105 orang tewas akibat serangan Israel yang tiada henti di Libanon. Sebanyak 359 lainnya dilaporkan luka-luka. 

"Serangan tunggal di Ain al-Delb dekat Sidon selatan meratakan dua bangunan tempat tinggal dan menewaskan 32 orang," lapor Kementerian Kesehatan Libanon. Beberapa politisi Libanon menggambarkan serangan itu sebagai pembantaian. 

Namun Israel mengatakan pihaknya menyerang puluhan sasaran Hizbullah. Pejabat Libanon menyebut pengeboman tersebut menghantam rumah-rumah dan bangunan di Libanon selatan, provinsi Bekaa, Baalbek-Hermel, dan pinggiran selatan Beirut

Baca juga : Komandan Angkatan Udara Hizbullah Gugur akibat Serangan Israel

Pada Senin (30/9) dini hari, media lokal melaporkan serangan udara Israel di kawasan jembatan Kola di jantung kota Beirut. Pengeboman itu merupakan serangan pertama Israel di dalam batas kota tersebut sejak dimulai permusuhan tahun lalu dan ini dinilai sebagai eskalasi konflik lain.

Pengeboman Kota Beirut menunjukkan bahwa ibu kota Libanon, yang dianggap sebagai tempat berlindung yang aman dari serangan Israel kini juga berada dalam zona serangan yang mematikan. "Serangan itu menewaskan sedikitnya tiga orang," lapor outlet berita Libanon. 

Hal ini terjadi dua hari setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam serangkaian serangan udara besar-besaran di pinggiran selatan Beirut yang meratakan beberapa bangunan. Militer Israel juga membunuh pejabat senior politik Hizbullah Sheikh Nabil Kaouk pada Minggu (29/9).

Baca juga : Israel Klaim Bunuh Tiga Pejabat Hizbullah

Kelompok ini belum mengumumkan rencana suksesi mengenai sosok yang akan menggantikan pemimpin mereka tersebut.

Krisis pengungsian 

Hizbullah pada Minggu (29/9) menepis laporan media tentang rencananya untuk menggantikan Nasrallah dan menekankan bahwa berita apa pun tentang perubahan organisasi dalam kelompok tersebut tidak memiliki nilai kecuali dikonfirmasi oleh pernyataan resmi dari partai tersebut. 

Meskipun pembunuhan Israel menimbulkan kerugian besar terhadap kepemimpinan politik dan militer Hizbullah, kelompok tersebut terus melancarkan serangan terhadap Israel pada Minggu (29/9). Hizbullah mengumumkan beberapa operasi militer terhadap pangkalan Israel serta serangan roket yang menargetkan Kota Safad.

Baca juga : Makin Panas, Serangan Udara Israel Tewaskan Lima Tentara Suriah

Israel melancarkan kampanye pengeboman besar-besaran terhadap Libanon pada 23 September dengan tujuan mendorong Hizbullah keluar dari perbatasannya. Serangan tersebut telah menewaskan ratusan orang dan menyebabkan kehancuran yang luas di desa-desa dan kota-kota di Libanon, terutama bagian selatan negara tersebut.

Perdana Menteri Libanon Najib Mikati mengatakan bahwa sebanyak 1 juta orang telah mengungsi akibat kekerasan tersebut dan menuduh Israel melakukan operasi kriminal setiap hari di seluruh negeri. Mikati menambahkan sekitar 118.000 pengungsi tinggal di 778 tempat penampungan namun jumlah sebenarnya jauh lebih besar. 

Bahkan banyak orang yang tinggal bersama teman dan kerabat atau menyewa tempat mereka sendiri. "Satu juta orang berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam beberapa hari dalam krisis pengungsian terbesar di kawasan ini," katanya.

Baca juga : Belasan Ribu Warga Suriah Tinggalkan Libanon untuk Pulang

Ketika Israel mulai menyerang Libanon selatan awal bulan ini, Israel memperingatkan masyarakat untuk meninggalkan daerah tempat Hizbullah mungkin menyimpan senjata sebelum melanjutkan dengan mengebom rumah-rumah di ratusan desa di wilayah tersebut. Ini kampanye yang tampaknya belum pernah terjadi. 

Kemudian pada Sabtu (28/9) pagi, militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi khusus untuk sebagian besar wilayah pinggiran selatan Beirut. Ini serupa dengan arahan pemindahan paksa yang digunakan di Gaza selama setahun terakhir.

Hal ini mengakibatkan ribuan orang berebut mencapai batas kota Beirut. Warga banyak yang tidur di jalanan kota dan pantainya.

Ali Hijazi, direktur badan amal internasional Lutheran World Relief di Libanon, mengatakan para pengungsi Libanon harus meninggalkan rumah mereka dalam hitungan menit dengan hanya membawa sedikit barang saat mereka melarikan diri untuk menyelamatkan diri. 

"Orang-orang sekarang hidup dalam ketakutan dan mereka benar-benar menghadapi hal yang tidak diketahui," kata Hijazi kepada Al Jazeera. "Mereka benar-benar takut dan khawatir apakah krisis ini akan berlangsung lebih lama, mereka benar-benar berada dalam ketidakpastian," sebutnya.

Eskalasi 

Hizbullah dan Israel terlibat bentrokan setiap hari sejak pecahnya perang Israel di Gaza. Hizbullah mengatakan mereka akan melanjutkan serangannya terhadap pangkalan-pangkalan Israel di bagian utara negara itu sampai Israel mengakhiri serangannya di Gaza. 

Selama berbulan-bulan, kekerasan berhasil diatasi di wilayah perbatasan. Namun awal bulan ini, Israel memulai kampanye eskalasi melawan Hizbullah. 

Pada 17 dan 18 September, perangkat komunikasi nirkabel jebakan yang terkait dengan Hizbullah meledak di seluruh Libanon, melukai ribuan orang dan menewaskan puluhan orang, termasuk warga sipil. Libanon menyalahkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel. 

Beberapa hari kemudian, serangan Israel di pinggiran selatan Beirut yang menargetkan komandan tinggi Hizbullah menewaskan sedikitnya 45 orang dan melukai puluhan lainnya. Kini, pertempuran tersebut tampak semakin seperti perang habis-habisan. 

Kelompok Houthi di Yaman dan organisasi bersenjata Irak yang terkait dengan Iran juga menembakkan rudal dan drone ke Israel untuk mendukung kelompok Hizbullah dan Palestina di Gaza. Pada Minggu (29/9), Israel melakukan serangan udara di pelabuhan dan pembangkit listrik di Yaman. 

Sementara itu, militer Israel terus melancarkan serangannya di Gaza yang menewaskan lebih dari 41.500 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya