Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
POLISI secara paksa mengusir sejumlah pengunjuk rasa pro-Palestina di beberapa universitas pada Kamis (2/5), termasuk merobohkan perkemahan di Universitas California di Los Angeles (UCLA). Tindakan ini menunjukkan meningkatnya kekacauan di universitas-universitas Amerika Serikat (AS) minggu ini.
Pada dini hari, polisi yang mengenakan helm menyerbu tenda yang didirikan di UCLA, menggunakan flash bang atau granat listrik dan perlengkapan antihuru-hara. Mereka menerobos barisan pengunjuk rasa yang bergandengan tangan.
Polisi Los Angeles mengatakan di media sosial bahwa 210 orang ditangkap di UCLA. Ratusan penangkapan dilakukan di universitas lain pada malam dan siang, Kamis.
Baca juga : Tindakan Keras Polisi terhadap Protes di Kampus-Kampus AS Berlanjut
"Saya seorang mahasiswa di sini. Tolong jangan ganggu kami. Jangan ganggu kami," kata salah satu pengunjuk rasa UCLA di depan kamera saat dia dibawa pergi polisi dengan tangan terikat.
Beberapa jam kemudian, mahasiswa yang hanya menyebut nama depannya sebagai Ryan itu kembali ke kampus dan bersumpah tidak akan berhenti berjuang. "Kami akan kembali. Kami akan melakukan gangguan. Kami akan menuntut divestasi," katanya usai ditangkap dengan tuduhan mengikuti rapat umum yang melanggar hukum.
Dalam beberapa minggu terakhir, polisi AS telah menangkap hampir 2.200 orang selama protes pro-Palestina di kampus-kampus di seluruh AS. Polisi terkadang menggunakan perlengkapan antihuru-hara, kendaraan taktis, dan flash bang untuk membubarkan massa aksi ini.
Baca juga : AS Kritik Keras, Israel Lanjutkan Pembangunan 3.000 Rumah di Palestina
Seorang petugas secara tidak sengaja menembakkan senjatanya di dalam gedung administrasi Universitas Columbia, New York, saat membubarkan para pengunjuk rasa yang berkemah di dalam kampus tersebut. Mahasiswa melakukan unjuk rasa atau mendirikan tenda di puluhan universitas untuk memprotes invasi Israel di Gaza.
Para pengunjuk rasa telah meminta Presiden Joe Biden yang mendukung Israel untuk berbuat lebih banyak guna menyelamatkan warga Gaza yang tersisa dan menuntut divestasi dari perusahaan-perusahaan yang mendukung pemerintah Israel.
Banyak kampus, termasuk Universitas Columbia, telah memanggil polisi untuk meredam protes tersebut. Biden memecah kebisuannya mengenai demonstrasi ini dengan mengatakan bahwa orang Amerika punya hak untuk melakukan protes, tetapi tidak dengan kekerasan.
Baca juga : 550 Mahasiswa Demo Pro-Palestina Ditangkap Polisi AS
"Penghancuran properti bukanlah protes damai. Ini melanggar hukum. Vandalisme, masuk tanpa izin, memecahkan jendela, menutup kampus, memaksa pembatalan kelas dan wisuda yang semua ini bukanlah protes damai," katanya di Gedung Putih.
Biden, yang mencalonkan diri untuk dipilih kembali pada November melawan mantan presiden Partai Republik Donald Trump, telah mengambil tindakan yang hati-hati saat menghadapi kritik dari kelompok sayap kanan dan kiri atas kebijakannya mengenai Israel.
Sementara di UCLA, polisi berulang kali mendesak para demonstran untuk mengosongkan zona protes, yang menempati alun-alun pusat seukuran lapangan sepak bola, sebelum mereka masuk. Lusinan ledakan keras terdengar dari granat kejut yang ditembakkan oleh polisi.
Baca juga : Benjamin Netanyahu Dongkol Diprotes Mahasiswa AS terkait Palestina
Para demonstran, beberapa membawa perisai dan paying, meneriakkan, "Dorong mereka mundur," dan menyorotkan senter ke arah petugas. Tayangan langsung di stasiun televisi menunjukkan petugas membongkar tenda dan menghancurkan barikade darurat.
Beberapa pengunjuk rasa terlihat mengenakan topi keras, kacamata, dan masker respirator untuk mengantisipasi pengepungan tersebut sehari setelah pihak kampus itu menyatakan perkemahan tersebut melanggar hukum. Pagi harinya alun-alun ini dipenuhi sisa-sisa perkemahan yang hancur, tenda, selimut, wadah makanan, bendera Palestina, dan helm yang terbalik.
Polisi tetap berjaga saat area tersebut dibersihkan dari puing-puing perkemahan mahasiswa pro-Palestina.
Kemudian di Portland, Oregon, polisi memasuki perpustakaan Universitas Negeri Portland pada Kamis pagi, tempat para demonstran melakukan barikade sejak awal pekan. Beberapa lusin pengunjuk rasa berlari keluar gedung dan menyerbu barisan petugas antihuru-hara yang kemudian ditangkap.
Polisi melakukan lebih banyak penangkapan di perpustakaan ketika para demonstran berusaha menduduki kembali perpustakaan tersebut. Seorang juru bicara kampus ini mengatakan kekacauan yang terjadi sangat sulit diantisipasi.
Selain itu, di New Hampshire, polisi menangkap sekitar 100 pengunjuk rasa di Universitas Dartmouth dan Universitas New Hampshire. Demonstrasi di kampus ini ditanggapi dengan pengunjuk rasa tandingan yang menuduh mereka mengobarkan kebencian antiyahudi.
Kelompok mahasiswa pro Palestina, termasuk beberapa orang Yahudi yang menentang tindakan Israel di Gaza, mengatakan bahwa mereka secara tidak adil dicap sebagai anti-Semit karena mengkritik pemerintah Israel dan menyatakan dukungan terhadap hak asasi manusia. UCLA telah membatalkan kelas sejak Rabu (1/5) menyusul bentrokan sengit antara penghuni perkemahan dan sekelompok demonstran tandingan yang melakukan serangan mendadak pada Selasa (30/4) malam.
Rektor UCLA Gene Block dalam pernyataan tertulisnya mengatakan bahwa para pejabat telah mengizinkan perkemahan tersebut tetap berada di dalam kampus selama beberapa hari. Namun bentrokan dengan massa pro-Israel telah membahayakan sehingga perkemahan diputuskan untuk ditutup.
"Hal ini menyebabkan kondisi tidak aman di kampus kami dan merusak kemampuan kami untuk menjalankan misi kami. Ini harus diakhiri," katanya.
Taylor Gee, seorang pengunjuk rasa pro-Palestina berusia 30 tahun dan mahasiswa hukum UCLA, mengatakan operasi polisi terasa sangat menyakitkan. Seharusnya polisi dapat mencegah serangan dari kelompok pro-Israel.
Pejabat UCLA mengatakan kampus dengan hampir 52 ribu mahasiswa ini akan tetap ditutup. Kemudian mereka hanya memberikan izin kepada beberapa orang untuk melakukan operasional terbatas pada Kamis dan Jumat (3/5). (France 24/Z-2)
DEPARTEMEN Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mulai memberhentikan lebih dari 1.300 pegawainya sebagai bagian dari restrukturisasi besar-besaran yang sudah lama dirancang.
DEPARTEMEN Luar Negeri Amerika Serikat (AS) secara resmi memulai proses pemutusan hubungan kerja terhadap lebih dari 1.300 pegawainya pada Jumat (11/7).
Kadin Indonesia bahas skema re-export dari Indonesia melalui Timor Leste untuk mengakses pasar global lebih kompetitif.
Situasi di panggung politik global tidak bisa dianggap main-main. Tanpa militansi dukungan rakyat semesta, kekuatan Indonesia terlalu kecil saat ini.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa akan mengenakan tarif impor AS sebesar 35% terhadap Kanada, kebijakan yang mulai berlaku pada 1 Agustus 2025.
Francesca Albanese, mengungkapkan keterkejutannya setelah mengetahui bahwa dirinya dijatuhi sanksi oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
Side hustle adalah bisnis sampingan yang tidak hanya menghasilkan pendapatan tambahan, tetapi juga membuka peluang karier dan kewirausahaan yang berkelanjutan.
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) terus menunjukkan komitmen dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul dari kalangan muda, khususnya mahasiswa.
Praktik multibahasa menjadi salah satu kunci untuk menarik minat mahasiswa asing untuk belajar di kampus-kampus Indonesia.
Memasuki tahun kedua, program ini memberikan kesempatan bagi para penerima untuk belajar langsung di University of Science and Technology Beijing (USTB).
Feby menyampaikan suka citanya karena telah berkesempatan mendapat wejangan langsung dari Menteri Brian. Ia pun menitipkan pesan untuk teman-teman seperjuangannya.
Pentingnya kolaborasi antara Baznas dan dunia akademik untuk memperluas pemahaman masyarakat terhadap zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved