Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

PBB: Perubahan Iklim Perburuk Gelombang Panas dan Kualitas Udara

Wisnu Arto Subari
07/9/2023 19:08
PBB: Perubahan Iklim Perburuk Gelombang Panas dan Kualitas Udara
Foto yang diambil pada 26 Juli 2023 ini menunjukkan rumah-rumah di distrik Tono, Messina, Sisilia, saat api berkobar.(AFP/Giovanni Isolino.)

PERUBAHAN iklim menyebabkan gelombang panas semakin intens dan sering terjadi. Ini menghasilkan bahan pencemar yang mengancam kesehatan manusia dan semua makhluk hidup. PBB memperingatkan itu pada Rabu (7/9/2023).

Asap kebakaran hutan yang baru-baru ini menyelimuti kota-kota mulai dari Athena hingga New York mungkin merupakan tanda paling nyata dari polusi udara yang disebabkan oleh gelombang panas. "Namun panas ekstrem juga dapat menyebabkan sejumlah proses kimia lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia," kata Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam Buletin Kualitas Udara dan Iklim tahunannya.

"Gelombang panas memperburuk kualitas udara yang berdampak buruk pada kesehatan manusia, ekosistem, pertanian, dan kehidupan kita sehari-hari," kata Ketua WMO Petteri Taalas dalam pernyataannya. Studi baru yang dilakukan oleh Institut Kebijakan Energi di Universitas Chicago menunjukkan bahwa polusi partikulat halus dari sumber-sumber seperti emisi kendaraan dan industri, pasir, dan kebakaran hutan merupakan ancaman eksternal terbesar terhadap kesehatan masyarakat di seluruh dunia.

Baca juga: Waspadai Merek Mobil Modern yang Jual Privasi Data

"Perubahan iklim dan kualitas udara tidak dapat ditangani secara terpisah," tegas Taalas. "Hal-hal tersebut berjalan beriringan dan harus ditangani bersama-sama untuk memutus lingkaran setan ini."

Lebih ekstrem 

Meskipun laporan Rabu itu didasarkan pada data 2022, Taalas memperingatkan bahwa dalam hal suhu, "Yang kita saksikan pada 2023 bahkan lebih ekstrem." Pada Rabu, pemantau iklim Copernicus Uni Eropa mengatakan 2023 kemungkinan menjadi tahun terpanas dalam sejarah manusia, setelah tiga bulan terakhir merupakan terpanas yang pernah tercatat.

Baca juga: Polusi Udara Lebih Mengancam Kesehatan daripada Rokok atau Alkohol

Hal ini berpotensi menjadi berita buruk bagi kualitas udara. "Kualitas udara dan iklim saling berhubungan karena jenis kimia yang memengaruhi keduanya saling terkait," kata WMO. 

"Zat-zat yang bertanggung jawab atas perubahan iklim dan penurunan kualitas udara sering kali dihasilkan oleh sumber yang sama. Perubahan pada salah satu sumber pasti akan menyebabkan perubahan pada sumber lain."

Baca juga: Pil Pencegah Hamil Lebih Efektif Diminum dengan Obat Penghilang Rasa Sakit

Hal ini misalnya menunjukkan pembakaran bahan bakar fosil melepaskan karbon dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer. Hal ini bukan hanya merupakan gas rumah kaca yang memerangkap panas, tetapi juga merupakan prekursor polutan potensial seperti ozon dan aerosol nitrat.

Saling terkait 

Sementara itu, para peneliti sepakat bahwa perubahan iklim menyebabkan gelombang panas lebih intens dan lebih sering terjadi. Hal ini pada gilirannya menyebabkan meningkatnya risiko kebakaran hutan yang lebih parah.

Baca juga: Dunia Memanas, Masa Depan AC semakin Cerah?

"Gelombang panas dan kebakaran hutan berkaitan erat," kata Lorenzo Labrador, peneliti WMO di jaringan Global Atmospheric Watch yang menyusun Buletin pada Rabu. "Asap dari kebakaran hutan mengandung bahan kimia yang tidak hanya memengaruhi kualitas udara dan kesehatan, tetapi juga merusak tanaman, ekosistem, dan menyebabkan lebih banyak emisi karbon dan lebih banyak gas rumah kaca di atmosfer," katanya dalam pernyataan itu. .

Namun ia menekankan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan polusi atmosfer pada 2023 akan lebih buruk dibandingkan tahun lalu. "Meskipun ini merupakan musim kebakaran hutan yang memecahkan rekor, khususnya di Eropa dan Kanada bagian barat, hubungan dan interaksi serta proses kimia yang menghubungkan perubahan iklim dengan polusi atmosfer tidaklah linier," katanya kepada wartawan di Jenewa.

Data pada 2022 yang dirinci dalam laporan tersebut menunjukkan gelombang panas tahun lalu memicu kebakaran hutan di Amerika Serikat bagian barat laut yang menyebabkan udara menjadi tidak sehat. Meningkatnya suhu di Eropa, disertai dengan tingginya jumlah debu gurun yang mencapai benua tersebut, menyebabkan peningkatan konsentrasi materi partikulat dan ozon di permukaan tanah.

Ozon stratosfer membantu melindungi manusia dan tumbuh-tumbuhan dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya. Namun di permukaan tanah, yang dihasilkan oleh reaksi antara asap lalu lintas dan sinar matahari, gas tersebut menyerang jaringan paru-paru menyebabkan nyeri dada, batuk, dan sesak napas.

Itu juga mengurangi hasil panen dengan kerugian yang disebabkan oleh ozon rata-rata sebesar 4,4%-12,4% secara global untuk tanaman pangan pokok. Kerugian pada gandum dan kedelai akibat hal itu sebesar 15%-30% di beberapa wilayah di India dan Tiongkok. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya