Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Makanan Rumahan Bikin Turun Berat Badan Dua Kali Lebih Banyak daripada Makanan Ultraproses

Thalatie K Yani
05/8/2025 07:14
Makanan Rumahan Bikin Turun Berat Badan Dua Kali Lebih Banyak daripada Makanan Ultraproses
Ilustrasi(freepik)

ORANG-orang di Inggris yang mengonsumsi makanan rumahan kehilangan berat badan dua kali lebih banyak, dibanding mereka yang makan makanan ultraproses yang diklaim sehat. Hal itu merupakan hasil studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature Medicine.

Meski makanan ultraproses dalam penelitian ini sudah dirancang agar memenuhi pedoman gizi pemerintah, hasilnya tetap menunjukkan makanan rumahan atau minimally processed jauh lebih efektif untuk menurunkan berat badan.

“Bahkan ketika makanan ultraproses memenuhi panduan nutrisi, orang tetap kehilangan lebih banyak berat badan saat makan makanan rumahan,” kata Dr. Kevin Hall, salah satu peneliti utama, yang juga mantan peneliti senior di National Institutes of Health (NIH), AS.

Studi Terbesar Soal Makanan Ultraproses

Penelitian ini merupakan uji klinis acak terbesar dan terlama yang pernah dilakukan terkait makanan ultraproses. Selama 16 minggu, 55 orang dewasa yang mengalami kelebihan berat badan diberikan makanan secara gratis, baik yang minim olahan maupun ultraproses, untuk melihat dampaknya terhadap berat badan dan kesehatan mereka.

Selama delapan minggu pertama, setengah dari peserta menerima makanan minim olahan seperti oats semalaman atau spageti bolognese rumahan. Separuh lainnya menerima makanan ultraproses seperti lasagna siap saji dan batangan sarapan instan. Setelah jeda singkat, kedua kelompok bertukar menu selama delapan minggu berikutnya.

Para peserta bebas makan sebanyak atau sesedikit yang mereka inginkan dari jatah 4.000 kalori per hari. Mereka juga mencatat konsumsi harian.

Hasilnya: orang yang makan makanan rumahan kehilangan sekitar 2% dari berat badan awal mereka, sementara yang makan makanan ultraproses kehilangan lebih sedikit. Meskipun angka 2% tampak kecil, peneliti menyebut bila tren itu berlanjut selama setahun, pria bisa kehilangan berat badan hingga 13%, dan wanita hingga 9%.

Kenapa Makanan Ultraproses Bikin Gemuk?

Makanan ultraproses dikenal tinggi kalori, gula tambahan, garam, dan lemak jenuh, tapi rendah serat. Kombinasi ini telah lama dikaitkan dengan obesitas dan berbagai penyakit kronis seperti kanker, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan depresi.

Namun dalam studi ini, peneliti mencoba sesuatu yang berbeda: mereka memilih makanan ultraproses yang memenuhi standar gizi, mengandung buah, sayur, dan serat, serta rendah gula dan lemak jenuh. Kedua jenis menu sama-sama harus memenuhi panduan makan sehat pemerintah Inggris, Eatwell Guide.

Walaupun begitu, hasilnya tetap menunjukkan keunggulan makanan minim olahan dalam menurunkan berat badan dan lemak tubuh. Para peserta juga cenderung makan lebih sedikit saat mengonsumsi makanan rumahan. 

Faktor Selera dan Kebiasaan

Menariknya, peneliti menemukan banyak peserta menganggap makanan rumahan “kurang enak” dibanding diet mereka biasanya. Ini kemungkinan menyebabkan penurunan asupan kalori secara tidak sengaja.

“Makanan ultraproses yang disajikan tergolong versi ‘sehat’, seperti bar protein, sandwich kemasan, dan yoghurt minum. Tapi tetap saja, banyak yang lebih menyukai makanan rumahan,” tulis Marion Nestle, pakar nutrisi dari New York University dalam editorial yang menyertai studi ini.

Dampak Kesehatan Lainnya

Studi ini juga mencatat penurunan trigliserida pada mereka yang makan makanan minim olahan. Namun, secara mengejutkan, kadar kolesterol LDL (alias kolesterol jahat) justru menurun lebih banyak pada kelompok makanan ultraproses.

Menurut para ahli, hasil ini menunjukkan tingkat pemrosesan makanan mungkin tidak sepenting kualitas nutrisi itu sendiri.

“Jika makanan ultra-olah dibuat sesuai pedoman gizi yang ketat, efek negatifnya bisa dikurangi,” kata Dr. Dimitrios Koutoukidis dari University of Oxford.

Fokus pada Nutrisi, Bukan Label

Meskipun pemrosesan makanan penting, para ahli sepakat fokus utama tetap harus pada kandungan nutrisi. “Kebanyakan orang tidak makan versi terbaik dari makanan ultra-olah, tapi justru versi terburuknya,” kata Christopher Gardner dari Stanford University.

Pesannya sederhana: baca label nutrisi, pilih makanan rendah garam, gula, dan lemak jenuh, serta tinggi serat. Dan hindari bahan tambahan dengan nama-nama yang sulit diucapkan. “Itulah kunci pola makan yang lebih sehat,” pungkas Gardner. (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya