Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Dunia Memanas, Masa Depan AC semakin Cerah?

Wisnu Arto Subari
03/8/2023 11:19
Dunia Memanas, Masa Depan AC semakin Cerah?
AC menggantung di fasad bangunan tempat tinggal di Seville, Spanyol selatan, pada 28 Juli 2023.(AFP/Cristina Quicler.)

AIR conditioner (AC) banyak di Amerika Serikat, kontroversial di Eropa, dan didambakan di Asia Selatan. Saat gelombang panas meningkat di seluruh dunia, AC telah menjadi pusat perhatian.

Baik atau buruk, peralatan yang haus daya ini menjadi salah satu adaptasi paling umum terhadap dunia yang memanas. Mereka telah menjadi alat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup jutaan orang, menurut para ahli.

Namuun saat membawa bantuan yang segera dan menyelamatkan jiwa, AC datang dengan biaya berupa krisis iklim karena kebutuhan energi mereka yang sangat besar. Pendingin udara bertanggung jawab atas emisi sekitar satu miliar metrik ton karbon dioksida per tahun, menurut Badan Energi Internasional (IEA), dari total 37 miliar yang dipancarkan di seluruh dunia.

Baca juga: Hanya Empat Negara yang Berbuat Cukup Menghentikan Kebiasaan Merokok

Mungkin saja dapat mengakhiri lingkaran setan ini, kata para ahli, dengan meningkatkan kontribusi energi terbarukan, mengembangkan AC yang kurang intensif energi, dan menambahnya dengan teknik pendinginan lain. "Ada beberapa yang berpikir bahwa kita dapat menghilangkan AC, tetapi saya pikir itu tidak mungkin," kata Robert Dubrow, seorang ahli epidemiologi Yale yang berspesialisasi dalam efek kesehatan dari perubahan iklim, kepada AFP.

Akses ke AC sudah menyelamatkan puluhan ribu nyawa per tahun, angka yang terus bertambah, menurut laporan IEA baru-baru ini yang ditulis bersama oleh Dubrow. Banyak studi menunjukkan bahwa risiko kematian terkait panas berkurang sekitar tiga perempat bagi mereka yang tinggal di rumah dengan AC.

Baca juga: Studi: Perburuan Ilegal terhadap Harimau Bangladesh makin Parah

Di Amerika Serikat, sekitar 90% rumah tangga memiliki AC, sejumlah penelitian telah menyoroti peran AC dalam melindungi populasi dan potensi dampak buruk dari pemadaman listrik yang meluas selama gelombang panas. Namun secara global, dari 3,5 miliar orang yang tinggal di iklim panas, hanya sekitar 15% yang memiliki AC di rumah.

Biaya dan emisi tinggi 

Jumlah penyejuk udara di dunia, sekitar dua miliar saat ini, diperkirakan meroket seiring kenaikan suhu dan pendapatan. India, Tiongkok, dan Indonesia--negara terpadat pertama, kedua, dan keempat di dunia--merupakan di antara negara-negara yang akan mengalami pertumbuhan terkuat.

Baca juga: Lebah Irak Merana, Produksi Madu Tertekan Pemanasan Global

Pada 2050, rumah tangga di India yang dilengkapi dengan AC dapat meningkat dari 10% menjadi 40%, menurut penelitian baru-baru ini. Namun peningkatan konsumsi listrik seperti itu akan setara dengan total produksi tahunan negara seperti Norwegia saat ini.

Jika jaringan masa depan India menggunakan bahan bakar fosil sebanyak yang digunakan saat ini, itu berarti sekitar 120 juta ton lebih banyak karbon dioksida yang dihasilkan setiap tahun atau 15% dari emisi sektor energi negara itu saat ini. Masalah yang ditimbulkan oleh peningkatan AC tidak berhenti di situ. Menjalankan pembangkit listrik juga menyebabkan polusi udara.

Baca juga: Iran Gantung 11 Orang Kaum Baluch atas Tuduhan Narkoba

Pendingin udara juga umumnya menggunakan gas fluorokarbon sebagai refrigeran yang memiliki daya pemanasan ribuan kali lebih besar daripada CO2 ketika dilepaskan ke atmosfer. Dengan membuang udara panas ke jalanan, AC berkontribusi terhadap efek pulau panas perkotaan. Studi pada 2014 menemukan bahwa pada malam hari panas yang dipancarkan dari sistem pendingin udara di pusat kota meningkatkan suhu udara rata-rata lebih dari 1 derajat celsius (hampir 2 derajat fahrenheit). 

Terakhir, karena biayanya, akses ke AC menimbulkan masalah ekuitas yang besar. Setelah terpasang, harga tagihan listrik dapat memaksa keluarga untuk memilih antara pendinginan dan kebutuhan penting lain.

Solusi pelengkap 

Bagi Enrica De Cian, profesor ekonomi lingkungan di Universitas Ca Foscari di Venesia, penggunaan AC ialah strategi penting dalam kondisi tertentu dan di tempat-tempat tertentu. Namun, tambahnya, penting untuk menggabungkannya dengan pendekatan pelengkap.

Pertama, terus menggenjot produksi energi terbarukan dan mengurangi bahan bakar fosil, sehingga energi yang digunakan AC menghasilkan emisi yang lebih sedikit. Kedua, mengembangkan dan memasang AC terjangkau yang mengkonsumsi lebih sedikit energi yang sedang dikerjakan oleh beberapa perusahaan. IEA mengadvokasi standar efisiensi yang lebih ketat, tetapi juga merekomendasikan penyejuk udara untuk disetel minimal 24 derajat celsius (75 derajat fahrenheit).

Selain membatasi emisi, efisiensi yang lebih besar juga akan mengurangi risiko pemadaman listrik terkait dengan permintaan berlebihan. Pada hari-hari panas, AC dapat menghabiskan lebih dari setengah konsumsi puncak.

Namun di atas semua itu, para ahli menekankan kebutuhan simultan untuk langkah-langkah perencanaan tata ruang, termasuk lebih banyak ruang hijau dan badan air, trotoar dan atap yang memantulkan sinar matahari, dan insulasi bangunan yang lebih baik. "Kita harus mencapai pendinginan dalam ruangan yang berkelanjutan," kata Dubrow.

Solusi yang diusulkan, "Sangat layak," tambahnya. "Ini masalah kemauan politik bagi mereka untuk diimplementasikan." (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya