Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Misteri “Kepunahan Massal” 252 Juta Tahun Lalu Terpecahkan

Thalatie K Yani
03/7/2025 10:35
Misteri “Kepunahan Massal” 252 Juta Tahun Lalu Terpecahkan
Penelitian terbaru mengungkap hilangnya hutan tropis menyebabkan pemanasan global berkepanjangan setelah peristiwa Great Dying 252 juta tahun lalu.(Zhen Xu)

SEKITAR 252 juta tahun yang lalu, Bumi mengalami bencana terbesar dalam sejarah kehidupan: peristiwa kepunahan massal yang dikenal sebagai “Great Dying”, yang memusnahkan sekitar 90% spesies di planet ini. Namun, yang masih menjadi misteri selama ini adalah mengapa Bumi menjadi sangat panas setelahnya.

Kini, tim peneliti internasional menemukan jawaban mengejutkan: runtuhnya hutan tropis adalah penyebab utama. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications, Rabu (3/7), dan memberikan gambaran yang mengerikan tentang dampak jangka panjang pemanasan global, terutama jika hutan hujan tropis masa kini ikut lenyap akibat ulah manusia.

Bukan Sekadar Letusan Gunung Berapi

Selama ini, peristiwa Great Dying dikaitkan dengan letusan dahsyat di wilayah Siberian Traps yang melepaskan gas rumah kaca dalam jumlah besar. Letusan tersebut memicu pemanasan global ekstrem, yang menyebabkan ekosistem darat dan laut runtuh serta lautan menjadi asam.

Namun, yang belum bisa dijelaskan selama puluhan tahun adalah mengapa suhu tetap panas dalam jangka waktu begitu lama. Bahkan setelah aktivitas vulkanik berhenti.

Menurut Zhen Xu, peneliti dari University of Leeds, tingkat pemanasan saat itu jauh melampaui peristiwa lain dalam sejarah Bumi. Bersama timnya, ia meneliti data fosil yang dikumpulkan selama puluhan tahun oleh para geolog China, dan memetakan keberadaan tumbuhan sebelum, selama, dan sesudah peristiwa kepunahan.

Hilangnya Hutan, Hancurnya Siklus Karbon

Hasil analisis mereka menunjukkan bahwa lenyapnya hutan tropis menyebabkan Bumi kehilangan salah satu mekanisme alami terpenting untuk menyerap karbon dioksida. Dengan tidak adanya pepohonan dan tumbuhan, karbon tetap bertahan di atmosfer dan membuat suhu terus meningkat.

Selain menyerap karbon, hutan juga mendukung proses pelapukan silikat — reaksi kimia antara batuan dan air hujan yang membantu mengurangi karbon di atmosfer. Akar pohon mempercepat proses ini. Namun, saat hutan mati, seluruh sistem karbon Bumi terganggu.

Profesor Michael Benton, pakar paleontologi dari University of Bristol yang tidak terlibat dalam studi ini, menyebut temuan ini sebagai bukti bahwa hilangnya hutan dapat menyebabkan peningkatan CO2 yang tak terkendali dalam jangka panjang.

Peringatan Serius untuk Masa Kini

Menurut para peneliti, studi ini memberikan peringatan keras: jika pemanasan global yang disebabkan manusia terus berlanjut dan menyebabkan keruntuhan hutan hujan tropis, Bumi bisa memasuki titik kritis (tipping point) yang membuat pemulihan iklim menjadi sangat sulit — bahkan jika seluruh emisi karbon dihentikan.

Profesor Benjamin Mills, penulis utama studi ini, menegaskan bahwa meski hutan hujan masa kini mungkin lebih tahan panas dibanding jutaan tahun lalu, kita tetap menghadapi risiko besar.

“Jika kita memanaskan hutan tropis terlalu jauh, sejarah sudah menunjukkan apa yang akan terjadi. Dan itu sangat buruk,” kata Mills. (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya