Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Sebuah penelitian dari tim Ilmuwan Australia dan Eropa telah mengembangkan 'Bumi Virtual' untuk mengantisipasi dan memetakan kepunahan global yang disebabkan oleh perubahan iklim dengan lebih baik.
Tim juga mengklaim bahwa bumi akan menghadapi kepunahan massal pada tahun 2100 sehingga dapat menghilangkan lebih dari seperempat keanekaragaman hayati dunia.
Seperti dilansir dari Daily Mail, Kamis (21/12), hasil penelitian menunjukkan kepunahan 10% yang melibatkan semua spesies tumbuhan dan hewan pada tahun 2050 meningkat menjadi 27% pada akhir abad ini.
Menurut para ilmuwan, eksploitasi sumber daya yang berlebihan, perubahan penggunaan lahan, pemanenan yang berlebihan, polusi, perubahan iklim dan "invasi biologis'' adalah beberapa kejadian yang menjadi penyebab kepunahan massal.
Studi tersebut dipimpin oleh ilmuwan Komisi Eropa Giovanni Strona dan Profesor Corey Bradshaw dari Flinders University, Adelaide, Australia.
"Anak-anak yang lahir hari ini yang hidup hingga usia 70-an dapat menyaksikan hilangnya ribuan spesies tumbuhan dan hewan, dari anggrek kecil dan serangga terkecil hingga hewan ikonik seperti gajah dan koala," kata Profesor Bradshaw.
Para akademisi mengatakan planet bumi telah memasuki peristiwa kepunahan massal keenam, didorong oleh aktivitas manusia dan perubahan iklim. Menurut daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), lebih dari 42.100 spesies terancam punah.
Para ilmuwan juga menggunakan superkomputer untuk menciptakan dunia dengan lebih dari 15.000 'jaring makanan' untuk memprediksi nasib spesies yang saling berhubungan.
Mereka mengatakan alat itu dapat memetakan kepunahan di mana-mana di Bumi' dan memprediksi masa depan yang suram bagi keragaman global, tim menegaskan tanpa keraguan bahwa dunia berada dalam pergolakan peristiwa kepunahan massal keenam.
Bahkan, pendekatan yang digunakan juga mampu memastikan tanpa keraguan bahwa dunia sedang menghadapi fase kepunahan massal keenam.
Kepunahan tersebut mengacu pada spesies yang punah karena spesies lain yang mereka andalkan tidak mampu bertahan pada perubahan iklim atau perubahan habitat mereka. "Bayangkan spesies predator yang kehilangan mangsanya karena perubahan iklim," kata Profesor Bradshaw.
Undur-undur laut, atau dikenal juga sebagai mole crab, merupakan krustasea kecil penghuni pantai berpasir.
Perubahan iklim membuat serangga harus beradaptasi. Bagi yang bisa, mereka bertahan. Tapi bagi yang tidak, mereka akan punah.
Fosil tengkorak dinosaurus yang diperkirakan berusia sekitar 200 juta tahun berhasil ditemukan di wilayah Lufeng, barat daya Tiongkok.
Peneliti dalam ekspedisi di Peru menemukan 27 spesies hewan baru, termasuk ikan berkepala aneh dan tikus semi-akuatik.
Sebelum nama Charles Darwin dikenal luas sebagai tokoh utama dalam teori evolusi, gagasan tentang perubahan spesies seiring waktu sudah mulai muncul sejak abad ke-18.
Simbiosis komensalisme adalah salah satu bentuk interaksi antara dua organisme yang berbeda spesies, di mana satu pihak mendapatkan keuntungan
Kawasan Asia Tenggara, yang menyimpan 15% hutan tropis dunia dan hampir 20% spesies tumbuhan dan hewan global, menghadapi potensi kehilangan hingga 50% spesies terestrial pada 2100.
Lestarikan keanekaragaman hayati! Jaga alam, sumber kehidupan. Pelajari pentingnya konservasi untuk masa depan bumi yang berkelanjutan.
Pelajari ekosistem: Keseimbangan alam esensial untuk kehidupan. Temukan peran pentingnya bagi bumi dan keberlangsungan makhluk hidup.
Balai Gakkum Kehutanan Wilayah Sumatra secara resmi menyerahkan tersangka AS (45) beserta barang bukti kasus perdagangan ilegal sisik trenggiling kepada Kejaksaan Tinggi Sumut
Lebih dari 15 jenis tanaman herbal Indonesia telah ditanam di greenhouse tersebut, antara lain jahe merah, jahe gajah, kunyit, pohon bidara, pohon katuk, serai wangi, saga, dan tapak dara.
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) juga telah mengumumkan para peraih KEHATI Award 2024, penghargaan tertinggi dalam bidang lingkungan di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved