Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KEBERADAAN serangga sebagai penyangga ekosistem kini berada dalam ancaman serius. Faktor yang paling berkontribusi antara lain perubahan iklim dan aktivitas manusia.
Pakar Entomologi IPB University, yang juga Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, Prof Damayanti Buchori menegaskan bahwa perubahan iklim dan aktivitas manusia telah berkontribusi besar terhadap kepunahan spesies serangga, yang belum sepenuhnya diketahui manusia.
"Perubahan iklim membuat serangga harus beradaptasi. Bagi yang bisa, mereka bertahan. Tapi bagi yang tidak, mereka akan punah," tegas Kepala Pusat Kajian Sains Keberlanjutan dan Transdisiplin IPB University itu.
Namun, lanjut Prof Damayanti, yang lebih mengkhawatirkan adalah dampak dari aktivitas manusia yang mengubah bentang alam secara masif.
"Perubahan tata guna lahan atau land use change yang dilakukan secara besar-besaran telah menyebabkan hilangnya habitat alami bagi banyak serangga," katanya.
Ia menambahkan, "Baru-baru ini pemerintah sempat menyebutkan bahwa hutan itu untuk kepentingan pangan dan energi. Apakah ini artinya tidak ada lagi tempat buat biodiversitas? Ini bahaya sekali."
Menurut Prof Damayanti, saat ini, banyak spesies serangga punah sebelum sempat diidentifikasi.
"Kita saat ini baru mengenal 1 juta spesies serangga, padahal diperkirakan jumlahnya mencapai 5 juta. Banyak yang sudah punah sebelum dikenali, bahkan tidak kita ketahui," ungkapnya.
Terkait dengan ancaman aktivitas manusia, Prof Damayanti juga menceritakan penelitian yang dilakukan oleh Perhimpunan Entomologi Indonesia bersama beberapa peternak lebah.
Hasil riset tersebut menunjukkan indikasi menurunnya populasi lebah di berbagai wilayah Indonesia. Lebih dari separuh (57%) peternak lebah yang menjadi responden mengaku pernah mengalami kejadian di mana populasi lebah ternak mereka berkurang drastis atau bahkan punah.
Di luar negeri, fenomena ini dikenal sebagai Colony Collapse Disorder (CCD), yang bisa dipicu oleh beberapa faktor yang bersamaan mempengaruhi populasi lebah seperti: serangan parasit tungau, pestisida (khususnya dari golongan neonicotinoid), dan perubahan iklim.
"Di Indonesia belum pernah ada penelitian mengenai CCD ini, tapi pengaruh negatif dari pestisida neonicotinoid telah dibuktikan sangat beracun bagi lebah," ungkapnya.
Di Amerika Utara dan beberapa negara Eropa sudah ada data mengenai menurunnya populasi lebah. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran dari berbagai kalangan. Bagaimana dengan Indonesia? Sangat disayangkan Indonesia belum memiliki data tersebut.
Prof Damayanti menyebut, data dasar (baseline information) terkait populasi lebah secara nasional belum ada, apalagi kalau bicara tentang wildbee (lebah liar di alam).
"Populasi lebah di Bogor saja kita tidak tahu. Padahal tanpa data ini, kita tidak bisa memastikan apakah sedang terjadi penurunan atau tidak," ucapnya. (Z-1)
Undur-undur laut, atau dikenal juga sebagai mole crab, merupakan krustasea kecil penghuni pantai berpasir.
Fosil tengkorak dinosaurus yang diperkirakan berusia sekitar 200 juta tahun berhasil ditemukan di wilayah Lufeng, barat daya Tiongkok.
Peneliti dalam ekspedisi di Peru menemukan 27 spesies hewan baru, termasuk ikan berkepala aneh dan tikus semi-akuatik.
Sebelum nama Charles Darwin dikenal luas sebagai tokoh utama dalam teori evolusi, gagasan tentang perubahan spesies seiring waktu sudah mulai muncul sejak abad ke-18.
Simbiosis komensalisme adalah salah satu bentuk interaksi antara dua organisme yang berbeda spesies, di mana satu pihak mendapatkan keuntungan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved