Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Emisi Gas Rumah Kaca Capai Rekor, Bumi Terancam Lampaui Ambang Batas Pemanasan Global dalam Tiga Tahun

Thalatie K Yani
23/6/2025 12:32
Emisi Gas Rumah Kaca Capai Rekor, Bumi Terancam Lampaui Ambang Batas Pemanasan Global dalam Tiga Tahun
Ilustrasi(freepik)

PEMANASAN global akibat emisi gas rumah kaca yang terus memecahkan rekor diperkirakan dapat menghabiskan "anggaran karbon" Bumi dalam waktu tiga tahun ke depan. Jika tidak dikendalikan, hal ini akan mendorong suhu global melampaui ambang batas simbolis 1,5 derajat Celsius, sebuah tonggak penting yang disepakati dalam Perjanjian Paris 2015.

Batas 2 derajat Celsius selama ini dianggap sebagai ambang kritis. Jika terlewati, risiko bencana iklim yang parah dan tidak dapat diubah akan meningkat drastis.

Namun, laporan terbaru dari lebih dari 60 ilmuwan iklim ternama dunia menunjukkan target tersebut kian sulit dicapai. Studi yang dipublikasikan 19 Juni di jurnal Earth System Science Data itu mengungkapkan hanya tersisa sekitar 143 miliar ton karbon dioksida sebelum ambang batas 1,5°C terlampaui. Sementara itu, umat manusia saat ini melepaskan lebih dari 46 miliar ton karbon setiap tahunnya.

Jendela Peluang Kian Menyempit

“Waktu kita untuk menjaga suhu bumi tetap di bawah 1,5°C hampir habis,” kata Joeri Rogelj, profesor ilmu iklim dan kebijakan di Imperial College London. “Pemanasan global telah memengaruhi miliaran orang di seluruh dunia. Setiap kenaikan kecil pun berdampak besar, dari cuaca ekstrem hingga bencana yang lebih sering dan parah.”

Pada 2020, Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) memperkirakan anggaran karbon tersisa sekitar 550 miliar ton. Namun, emisi global yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir mempercepat habisnya anggaran ini, sementara laporan IPCC berikutnya baru akan dirilis pada 2029.

Laju Pemanasan Kian Meningkat

Para ilmuwan dalam studi ini menggunakan 10 indikator utama perubahan iklim, termasuk emisi gas rumah kaca bersih, ketidakseimbangan energi bumi, perubahan suhu permukaan, kenaikan permukaan laut, hingga intensitas suhu ekstrem.

Hasilnya mengkhawatirkan: suhu bumi kini meningkat sekitar 0,27°C setiap dekade, dan telah mencapai 1,24°C di atas rata-rata suhu praindustri. Panas yang terperangkap di atmosfer meningkat 25% lebih cepat dibanding dekade sebelumnya, dan 90% dari panas berlebih ini diserap oleh laut, yang memicu gangguan ekosistem laut, mencairkan es, dan mempercepat kenaikan permukaan laut.

“Sejak 1900, permukaan laut rata-rata global telah naik sekitar 228 mm. Meski terlihat kecil, dampaknya besar, terutama bagi wilayah pesisir rendah,” jelas Aimée Slangen, klimatolog dari NIOZ Royal Netherlands Institute for Sea Research. “Yang mengkhawatirkan, kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim berjalan lambat—artinya peningkatan akan terus terjadi selama beberapa dekade mendatang.”

Ancaman bagi Ketahanan Pangan dan Ekosistem

Dampak dari pemanasan ini berpotensi menghantam sektor pertanian global. Sebuah studi memperkirakan hasil panen jagung dan gandum di negara-negara besar seperti AS, Tiongkok, dan Rusia bisa turun hingga 40% sebelum akhir abad ini. Studi lain mencatat 30% wilayah daratan bumi mengalami kekeringan sedang hingga ekstrem pada 2022.

Masih Ada Harapan

Meski demikian, laporan ini juga menunjukkan secercah harapan: emisi global diperkirakan akan mencapai puncaknya dalam dekade ini sebelum menurun. Namun, untuk mencapainya, transisi ke energi bersih seperti tenaga angin dan surya harus dipercepat, sambil memangkas drastis emisi karbon dari sektor industri, transportasi, dan pembangkit listrik.

“Emisi dalam dekade ini akan menentukan seberapa cepat dan kapan pemanasan 1,5°C akan tercapai,” tegas Rogelj. “Pengurangan emisi secara cepat sangat penting untuk memenuhi target iklim Perjanjian Paris.” (Live Science/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya