Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
BEEBRAPA hari setelah menjadi negara pertama yang mendaratkan pesawat di dekat kutub selatan Bulan yang sebagian besar belum dijelajahi, badan antariksa India mengatakan pada Senin (28/8/2023) bahwa pihaknya akan meluncurkan satelit untuk mengamati Matahari.
"Peluncuran Aditya-L1, observatorium India berbasis ruang angkasa pertama yang mempelajari Matahari, dijadwalkan pada 2 September," kata Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) di X yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Aditya, yang berarti Matahari dalam bahasa Hindi, akan ditembakkan ke orbit halo di wilayah luar angkasa sekitar 1,5 juta kilometer (930.000 mil) dari Bumi. Dengan demikian, pesawat tersebut dapat melihat Matahari dengan jelas dan terus menerus.
Baca juga: India Jadi Negara Pertama yang Sukses Mendaratkan Pesawat Dekat Kutub Selatan Bulan
"Ini akan memberikan keuntungan lebih besar dalam mengamati aktivitas matahari dan pengaruhnya terhadap cuaca luar angkasa secara real time," kata ISRO. Pesawat ruang angkasa tersebut akan membawa tujuh muatan untuk mengamati lapisan terluar Matahari--yang dikenal sebagai fotosfer dan kromosfer--termasuk dengan menggunakan detektor medan elektromagnetik dan partikel.
Di antara beberapa tujuannya, penelitian ini akan mempelajari faktor pendorong cuaca luar angkasa, termasuk untuk lebih memahami dinamika angin matahari. Meskipun NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA) sebelumnya menempatkan pengorbit untuk mempelajari Matahari, ini akan menjadi misi pertama bagi India.
Baca juga: Serangan Israel Membuat Bandara Suriah Tutup Lagi
Chandrayaan-3 dalam bahasa Sansekerta berarti pesawat Bulan--yang tak berawak--mendarat di permukaan bulan minggu lalu. Ini menjadikan India negara keempat setelah Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok berhasil mendarat pesawat di Bulan.
Hal ini menandai tonggak sejarah terbaru dalam program luar angkasa India yang ambisius tetapi berbiaya rendah, sehingga memicu perayaan di negara berpenduduk terpadat di dunia. India memiliki program luar angkasa beranggaran rendah tetapi berkembang pesat dalam hal ukuran dan momentum sejak pertama kali mengirimkan wahana antariksa ke orbit Bulan pada 2008.
Baca juga: Kritikus Saudi Dihukum Mati karena Postingan Media Sosial
Para ahli mengatakan India dapat menekan biaya dengan meniru dan mengadaptasi teknologi yang ada dan berkat banyaknya insinyur berketerampilan tinggi yang memperoleh gaji lebih kecil dari gaji rekan-rekan mereka di luar negeri. Pada 2014, India menjadi negara Asia pertama yang menempatkan pesawat ke orbit di sekitar Mars dan dijadwalkan meluncurkan misi berawak selama tiga hari ke orbit Bumi pada tahun depan. Ia juga merencanakan misi bersama dengan Jepang untuk mengirim wahana antariksa lain ke Bulan pada 2025 dan misi orbit ke Venus dalam dua tahun ke depan. (AFP/Z-2)
Saksikan konjungsi Bulan, Saturnus, dan Venus pada 23 Mei 2025 sebelum matahari terbit. Fenomena langit ini akan terlihat jelas di arah timur dan dapat diamati dengan mata telanjang.
Peneliti mengidentifikasi kawah South Pole-Aitken di bulan menyimpan sisa mantel muda dan laut magma purba.
Penelitian terbaru terhadap sampel dari sisi jauh bulan yang dikumpulkan misi Chang’e 6 mengungkapkan bagian dalam sisi jauh bulan mengandung lebih sedikit air.
Ilmuwan dari Indian Institute of Science (IISc) menemukan bakteri tanah bernama Sporosarcina pasteurii dapat digunakan untuk memperbaiki retakan pada batu bata berbahan regolit bulan.
Pernah membayangkan Ramadan terjadi dua kali dalam satu tahun? Jika melihat kalender, fenomena unik ini akan terjadi pada 2030 nanti.
Misi Chang’e 6 milik Tiongkok berhasil membawa sampel pertama dari sisi jauh Bulan, memberikan wawasan berharga tentang sejarah geologinya.
Teleskop Surya Daniel K. Inouye berhasil mengambil gambar paling tajam dari permukaan matahari, mengungkap striasi halus akibat medan magnet skala kecil.
Ilmuwan berhasil menangkap citra korona Matahari dengan resolusi tertinggi berkat sistem optik adaptif terbaru pada Teleskop Surya Goode.
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Filamen matahari sepanjang 1 juta km meletus dramatis picu CME besar 12 Mei. Untungnya, letusan ini tidak mengarah ke Bumi, tapi tetap jadi sorotan ilmiah.
Penelitian terbaru NASA menunjukkan permukaan Bulan dapat menghasilkan dan mengisi ulang molekul air melalui bantuan angin matahari, yang membawa ion hidrogen bermuatan positif.
Meskipun Matahari jelas menjadi pusat dari Tata Surya, pemahaman terbaru tentang gerak planet menunjukkan hal yang menarik: ternyata, Bumi tidak benar-benar mengelilingi Matahari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved