Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

195 Ribu Orang Benua Biru Tewas Akibat Cuaca Ekstrem

Cahya Mulyana
14/6/2023 10:05
195 Ribu Orang Benua Biru Tewas Akibat Cuaca Ekstrem
Hampir 195 ribu orang tewas dan kerugian mencapai 560 miliar euro dialami Eropa akibat cuaca ekstrem sejak 1980.(AFP)

CUACA ekstrem di Eropa telah menewaskan hampir 195 ribu orang dan kerugian ekonomi lebih dari 560 miliar euro atau Rp8.983 triliun sejak 1980. Tahun ini jumlahnya mencapai rekor dengan 53 ribu orang.

"Hampir 195 ribu kematian disebabkan oleh banjir, badai, gelombang panas dan dingin, kebakaran hutan dan tanah longsor antara tahun 1980 dan 2021," ungkap laporan Badan Lingkungan Eropa (EAA).

Dampak lain cuaca ekstrim juga menyebabkan kerugian materiil senilai Rp8.983 triliun euro, dengan hanya 30% atau 170 miliar euro sekitar Rp2.727 triliun yang diasuransikan. "Untuk mencegah kerugian lebih lanjut, kita perlu segera beralih dari menanggapi peristiwa cuaca ekstrim menjadi mempersiapkannya secara proaktif," kata pakar EEA Aleksandra Kazmierczak kepada AFP.

Baca juga: Hutan Kanada Membara, Ribuan Orang Mengungsi dan Menantikan Bantuan

Menurut data terbaru, gelombang panas menyebabkan 81% kematian dan 15% kerugian finansial. Eropa perlu mengambil langkah-langkah untuk melindungi populasi yang menua, dengan orang lanjut usia yang sangat sensitif terhadap panas ekstrim.

“Sebagian besar kebijakan adaptasi nasional dan strategi kesehatan mengenali dampak panas pada sistem kardiovaskular dan pernapasan. Tetapi kurang dari setengahnya mencakup dampak langsung dari panas seperti dehidrasi atau serangan panas,” katanya.

Baca juga: Hadapi Cuaca Ekstem, Petani Bisa Manfaatkan Asuransi Parametriks Indeks Cuaca

Musim panas 2022 menyebabkan lebih banyak kematian dari biasanya di Eropa setelah gelombang panas berulang. Angka kematian 2022 tidak termasuk dalam data yang diterbitkan EAA terbarunya.

Terdapat 53 ribu kematian pada Juli 2019 hingga 2022, rekor rata-rata bulanan sejak 2016 hingga 2019, atau naik 16%. Spanyol mencatat lebih dari 4.600 kematian terkait dengan panas ekstrim pada Juni, Juli, dan Agustus 2022.

Pemodelan iklim telah memprediksi gelombang panas yang lebih lama, lebih intens, dan lebih sering. Pada Februari 2022, EAA mengatakan cuaca ekstrim menewaskan 142 ribu orang dan menyebabkan kerugian 510 miliar euro atau Rp8.183 triliun untuk periode 1980-2020.

Peningkatan angka yang dirilis pada hari Rabu sebagian disebabkan oleh fakta bahwa pada 2021, banjir di Jerman dan Belgia menyebabkan kerugian ekonomi hampir 50 miliar euro atau Rp802 triliun.

Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia meningkatkan risiko kekeringan lima atau enam kali lipat pada 2022. Kebakaran hutan selama ini telah merusak lingkungan dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.

Kerugian ekonomi dapat meningkat dari sembilan miliar euro per tahun saat ini menjadi 25 miliar euro atau Rp144 triliun pada akhir abad ini jika planet menghangat hingga 1,5 derajat Celcius.

Itu bisa naik menjadi 31 miliar euro atau Rp497 triliun jika menghangat 2 derajat Celcius dan 45 miliar euro atau Rp721 triliun jika menghangat 3 derajat Celcius.

"Petani dapat membatasi dampak buruk dari kenaikan suhu dan kekeringan dengan mengadaptasi varietas tanaman, mengubah tanggal penaburan dan mengubah pola irigasi," kata laporan EAA itu.

Tanpa perubahan, hasil dan pendapatan pertanian diproyeksikan menurun di masa depan, katanya. Walaupun kerugian manusia akibat banjir jauh lebih rendah, terhitung hanya dua persen dari total, mereka adalah yang paling mahal, menyumbang 56% kerugian ekonomi. (AFP/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya