Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
PENGAMAT hubungan internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Faris Al-Fadhat menilai kemenangan Presiden Turki petahana Recep Tayyip Erdogan dapat memperkuat perannya di kancah dunia. Meski demikian kepemimpinannya tidak akan banyak perubahan bagi rakyatnya.
Dalam pemilihan presiden Turki tahap kedua yang dilaksanakan Minggu (28/5), Erdogan berhasil meraih kemenangan atas pemimpin oposisi, Kemal Kilicdaroglu. Berdasarkan data yang dihimpun, dengan 99,43% suara telah terhitung, hasil pra-resmi yang diumumkan oleh Dewan Pemilihan Tertinggi Turki (YSK) pada hari tersebut menunjukkan bahwa Erdogan berhasil meraih 52,14% dari total suara.
Di sisi lain, Kilicdaroglu mendapatkan dukungan sebesar 47,86% dari keseluruhan suara. Menurut Faris kemenangan ini mengukuhkan posisinya untuk memimpin Turki sebagai presiden pada periode ketiga.
Baca juga : Presiden Tukri Erdogan Incar Dekade Ketiga Pemerintahannya
Sebagai gambaran, Erdogan telah memimpin Turki selama 20 tahun sejak terpilih sebagai perdana menteri tahun 2003-2014, dilanjurkan terpilih sebagai Presiden tahun 2014. "Meskipun tampaknya tidak akan banyak perubahan dalam gaya kepemimpinan Erdogan untuk lima tahun ke depan, namun kita akan menyaksikan penyesuaian yang akan dilakukan pemeirntah," ujar Faris kepada Media Indonesia, Senin (29/5).
Menurut Wakil Rektor UMY ini, Erdogan hanya akan sedikit mengubah pendekatannya kepada rakyat. Mengingat ini untuk pertama kalinya dia tidak menang satu putaran.
Hampir setengah dari warga Turki dengan 47,86% yang ingin Erdogan diganti. Hal ini tentu akan menjadi evaluasi dari tim pemerintah mengenai gaya komunikasi publik dan cara dia memimpin.
Baca juga : KPU Turki Umumkan Hasil Suara Erdogan vs Kilicdaroglu
Faris menambahkan beberapa program pemerintah juga boleh jadi akan ada perubahan prioritas atau penyesuaian. Hal ini disebabkan dampak dari pemilu tahun ini yang menunjukkan pembelahan dari masyarakat Turki.
"Mirip dengan beberapa negara yang politiknya terbelah, seperti di AS dan juga Indonesia (pada pemilu 2019), Turki kali ini menjukkan hal yang sama. Hal ini sudah ditujukkan oleh respon oposisi yang menolak dan mengecam hasil pemilu yang dianggak tidak fair dan tidak demokratis," tururnya.
Setelah hasil pemilu diketahui, kata dia,Kilicdaroglu mengatakan pesta demokrasi kali ini menjadi periode pemilihan presiden yang paling tidak adil dalam sejarah negaranya. Dia bahkan menuduh pemerintahan Erdogan sebagai pemerintahan yang otoriter.
Baca juga : 64 Juta Warga Turki Tentukan Nasib Erdogan dan Kilicdaroglu
"Karena itu, hasil dari pemilu ini akan direspon oleh Erdogan dengan beberapa penyesuaian prioritas kebijakan, jika ia ingin pemilu selanjutnya tetap dimenangkan oleh AKP," tuturnya.
Menurut Faris, Erdogan memiliki ambisi dalam membawa Turki sebagai negara yang punya peran besar di dunia internasional, atau paling tidak di kawasan. Dalam beberapa kali pidatonya, hal ini tampak sangat jelas, termasukan dalam hubungannya dengan Eropa dan Rusia dalam perang Ukraina baru-baru ini.
Setelah pemilu ini, Erdogan akan terus melanjutkan peran Turki tersebut. Namun yang penting untuk diselesaikan perosalan ekonomi yang dalam dua tahun terakhir kondisinya semakin memburuk.
Baca juga : Erdogan Kunci Dukungan Sinan Ogan
Sejauh ini respon dunia internasional cukup baik atas terpilihnya Erdogan kembali. Beberapa kepala negara telah mengucapkan selamat. Bahkan presiden Amerika Serikat telah menyampaikan ucapan selamat.
Dampak lain, kata dia, dari kemenangan ini akan semakin memperkuat hubungan Turki dan Indonesia dlaam lima tahun ke depan, yang selama ini di bawah kepemimpinan Erdogan telah terjalin dengan baik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa di Indonesia cukup banyak yang simpatik atau mungkinj ngefans dengan gaya kepemimpina Erdogan dan partai AKP. Bagi Turki, Indonesia adalah mitra sangat strategis karena sebagai negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki dampak yang besar bagi posisi Turki di dunia internasional.
"Selama ini Indonesia juga banyak berkontribusi terhadap ekonomi Turki melalui wisatawan asal Indonesia. Begitu juga dalam membantu Turki ketika terjadi gempa. Hubungan perdagangan antara Indonesia dan Turki selama ini terus mengalami pertumbuhan," pungkasnya. (Z-4)
Forum ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Turki sepanjang 2025.
Satu orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka saat gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,1 mengguncang Sindirgi, Turki, Minggu (10/8) malam.
ADMINISTRASI Otonom Suriah Utara dan Timur (AANES) memperingatkan bahwa situasi krisis air di Sungai Efrat semakin parah setelah ketinggian air di Danau Bendungan Efrat menyusut.
SURIAH saat ini menghadapi krisis kemanusiaan besar akibat perubahan iklim, konflik geopolitik, dan penurunan curah hujan.
Sedikitnya 10 petugas pemadam dan relawan tewas saat memadamkan kebakaran di Turki.
FESTIVAL Olahraga Masyarakat Nasional (FORNAS) VIII Tahun 2025 di Nusa Tenggara Barat sebagai jembatan diplomasi budaya antara Indonesia dan Turki.
Keputusan Prabowo memberikan amnesti pada Hasto Kristiyanto dan abolisi pada Tom Lembong harus dibaca menggunakan asumsi yang tepat
Indonesia telah memiliki pemimpin nasional dari berbagai latar belakang, mulai dari militer (TNI) hingga sipil, tetapi belum ada yang berasal dari korps kepolisian.
Core memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2025 akan lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024.
Pemilu serentak nasional terdiri atas pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR RI, dan DPD RI.
WAKIL Ketua Komisi II DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi menyoroti kompleksitas Pemilu serentak atau yang berlangsung bersamaan, terutama dalam konteks pemilihan legislatif dan presiden
Usulan tersebut berkaca pada pelaksanaan Pilpres, Pileg, dan Pilkada serentak pada 2024 yang membuat penyelenggara Pemilu memiliki beban yang berat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved