Presiden Joko Widodo menerima lima anggota Kongres Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (12/4). Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk dibahas beberapa isu seperti komitmen investasi Negeri Paman Sam di Tanah Air, isu energi hijau, dan keinginan Indonesia menjadi rantai pasok dunia.
"Pihak AS memberikan komitmen mengenai pentingnya Indonesia sebagai mitra. Mereka juga komitmen untuk memperdalam dan memperluas strategic partnership dengan Indonesia. Perwakilan Kongres AS juga memberikan dukungan pada keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini," ujar Menteri Luar (Menlu) Negeri Retno Marsudi yang hadir mendampingi Kepala Negara dalam pertemua tersebut.
Pada pertemuan tersebut, Menlu menjelaskan beberapa isu yang ditekankan oleh presiden. Pertama, isu perubahan iklim dan lingkungan. Dua isu itu menjadi magnet bagi pihak delegasi AS.
Baca juga: Luhut akan Bujuk Amerika Gunakan Produk Nikel Indonesia
"Bapak Presiden bicara dengan data untuk menunjukkan bahwa kita telah achieved of things di bidang climate change termasuk environment. Kita bisa mengurangi kebakaran hutan sampai lebih dari 80%," terang Retno.
Presiden, imbuhnya, juga meminta dukungan Amerika Serikat untuk memperpanjang fasilitas GSP dari Amerika Serikat. GSP merupakan fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk untuk komoditas-komoditas tertentu. Fasilitas tersebut diberikan secara khusus oleh pemerintah AS kepada negara-negara berkembang.
Baca juga: Amerika Akhiri Masa Darurat Kesehatan Nasional Covid-19
Kemudian, sambung Menlu, Presiden juga menekankan pentingnya isu akses pasar yang menurutnya penting bagi negara berkembang seperti Indonesia.
"Bapak presiden juga menyampaikan keinginan Indonesia agar menjadi bagian dari supply chain dunia dan supply chain dengan AS," imbuhnya.
Indonesia juga menyatakan siap bekerja sama dalam bidang energi hijau termasuk melalui program Just Energi Transfer Partnership (JETP). JETP disepakati oleh pemimpin negara di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali 2022 silam.
Angka investasi awal dari program tersebut sudah mencapai Rp310 triliun yang dikhususkan untuk mendukung transisi energi Indonesia. (Z-11)