TURKI mengakui bahwa perang Rusia di Ukraina tidak akan berakhir dengan mudah, meskipun Ankara berulang kali berupaya mengatur pembicaraan damai antara Kyiv dan Moskow.
Anggota NATO Turki, yang memiliki hubungan persahabatan dengan kedua tetangganya di Laut Hitam, telah memposisikan dirinya sebagai pemain netral dan mencoba menengahi gencatan senjata.
Namun perang yang berlanjut, yang memasuki bulan ke-10, memupuskan harapan Ankara. "Tampaknya perang ini tidak akan berakhir dengan mudah," kata Menteri Pertahanan Hulusi Akar kepada wartawan dalam pengarahan akhir tahun di ibu kota Ankara.
Dia menunjuk dukungan Barat untuk pernyataan Ukraina dan Rusia bahwa itu tidak akan menyerah pada alasannya.
“Tidak salah untuk mengatakan bahwa terlepas dari niat baik kami dan menyerukan gencatan senjata, perang ini kemungkinan akan berlanjut pada 2023,” kata Akar.
Turki, yang membantu menengahi kesepakatan dengan PBB untuk ekspor biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam musim panas ini, berupaya mempertemukan para pemimpin Rusia dan Ukraina untuk negosiasi guna mengakhiri perang.
Itu sudah menjadi tuan rumah pertemuan antara menteri luar negeri Rusia dan Ukraina selama tahap awal perang pada bulan Maret dan mengadakan pembicaraan lain antara dua pihak yang bertikai di Istanbul.
“Sebagai Turki, kami menyerukan gencatan senjata, setidaknya gencatan senjata kemanusiaan. Kemudian gencatan senjata permanen dan kemudian pembicaraan damai,” ujar Akar.
Namun Turki telah menghindari sanksi Barat terhadap Rusia yang telah meningkatkan perdagangan sambil memasok drone tempur ke Ukraina. (AFP/OL-4)