Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Pilpres Prancis, Macron Berhadapan dengan Saingannya Le Pen

Nur Aivanni
24/4/2022 16:50
Pilpres Prancis, Macron Berhadapan dengan Saingannya Le Pen
Biarawati Fransiskan dari ordo Saint Clare memberikan suaranya di tempat pemungutan suara selama putaran kedua pemilihan presiden Prancis.(AFP/Francois Nascimbeni.)

WARGA Prancis menuju tempat pemungutan suara pada Minggu (24/4) untuk memilih presiden mereka dengan latar belakang perang di Ukraina dan krisis biaya hidup. Pemungutan suara putaran kedua melihat petahana Emmanuel Macron berhadapan dengan kandidat nasionalis dan sayap kanan Marine Le Pen. 

Keduanya juga berada di putaran final pada pilpres 2017. Komentator politik percaya Le Pen meningkatkan peluangnya kali ini.

"Sementara Macron kemungkinan akan terpilih kembali pada Minggu, sekitar 13%-15% pemilih masih ragu-ragu. Oleh karena itu, masih ada ruang untuk kejutan," kata Antonio Barroso, wakil direktur penelitian di perusahaan konsultan Teneo, dalam catatan penelitian pada Kamis.

Barroso mengatakan bahwa salah satu jalan potensial menuju kemenangan Le Pen yaitu jika sejumlah besar pemilih yang memilih kandidat sayap kiri Jean-Luc Melenchon di putaran pertama, tiba-tiba beralih ke sayap kanan bukannya tinggal di rumah atau memberikan suara kosong. Jajak pendapat pada Kamis memperkirakan bahwa Macron akan memenangkan putaran kedua dengan 55% suara dan Le Pen sebesar 45% suara. 

Namun, selisihnya lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil akhir pilpres Prancis 2017. Saat itu, Macron menghancurkan partai Le Pen (Front Nasional yang sejak itu berganti nama menjadi National Rally) dengan 66,1% suara terhadap 33,9%.

"Jajak pendapat sekarang memberi Macron keunggulan 55% terhadap 45% atas Le Pen. Dalam lima tahun terakhir, jajak pendapat tidak mengecilkan dukungan untuk Le Pen. Namun, dengan 25% pemilih masih ragu-ragu awal minggu ini, kami tidak dapat mengesampingkan kemenangan yang mengecewakan untuk Le Pen," kata analis di Berenberg dalam catatan penelitian pada Jumat.

Baca juga: Sekjen PBB Bahas Ketegangan Jerusalem dengan Pemimpin Israel-Palestina

Le Pen melunakkan retorikanya terhadap Uni Eropa sejak 2017. Dia tidak lagi berkampanye agar Prancis meninggalkan UE dan euro. Dia ingin mengubah blok itu menjadi aliansi negara. Dia juga ingin pasukan Prancis keluar dari komando militer NATO.

"Pendekatan sempit France first Le Pen dan keinginannya untuk menempatkan aturan Prancisnya sendiri di atas aturan Uni Eropa akan menyebabkan perselisihan terus-menerus dengan UE, merusak iklim bisnis dan menakut-nakuti investor asing. Prancis akan mundur," kata analis Berenberg. (CNBC/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya