Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Rusia Minta AS Dekati Iran Lebih Aktif demi Kesepakatan Nuklir

Nur Aivanni
26/9/2021 09:40
Rusia Minta AS Dekati Iran Lebih Aktif demi Kesepakatan Nuklir
Sergey Lavrov.(AFP.)

MENTERI Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Sabtu (26/9) meminta Amerika Serikat untuk mengambil pendekatan yang lebih aktif untuk membantu melanjutkan pembicaraan yang terhenti dengan Iran. Hal ini terkait menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran.

"Tampaknya jelas bahwa mereka harus lebih aktif dalam menyelesaikan semua masalah yang terkait dengan kesepakatan itu," kata Lavrov kepada wartawan di PBB, New York. Lavrov menambahkan bahwa dia berharap negosiasi di Wina antara Iran, Rusia, Tiongkok, Prancis, Inggris, dan Jerman akan dilanjutkan sesegera mungkin.

Pembicaraan, yang ditengahi oleh Eropa, mencari kembalinya Amerika Serikat ke perjanjian 2015 yang dihancurkan oleh mantan Presiden Donald Trump agar Iran kembali mematuhi perjanjian tersebut. Trump menarik Amerika keluar pada 2018 dan mengembalikan sanksi terhadap Iran yang telah dicabut Washington sebagai bagian dari perjanjian. Sejak itu, Teheran mundur dari banyak komitmennya. 

Baca juga: Menlu Iran Optimistis Perundingan Nuklir Bergulir Kembali

Lavrov mengatakan Iran tidak lagi memenuhi unsur-unsur perjanjian karena Amerika Serikat telah meninggalkannya. Dia menambahkan bahwa sanksi yang diterapkan kembali kepada Iran juga memengaruhi negara-negara yang berdagang secara legal dengan Teheran.

"Sanksi ini harus dicabut sebagai bagian dari pemulihan kesepakatan nuklir," katanya. Ia menambahkan bahwa Iran seharusnya tidak menderita akibat tindakan sepihak AS.

Penerus Trump, Joe Biden, telah mengindikasikan dia ingin kembali ke kesepakatan itu. Akan tetapi pemerintahannya telah menyatakan ketidaksabaran pada pembicaraan yang terhenti tersebut.

Baca juga: AS Frustrasi, Menlu Iran: Insyaallah Kami kembali Rundingkan Nuklir

Diskusi antara Iran dan lima negara yang tersisa yang bertujuan menghidupkan kembali kesepakatan itu dimulai di Wina pada April. Lantas itu ditangguhkan sejak Juni ketika Ebrahim Raisi terpilih sebagai presiden.

Harapan untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu tetap ada awal bulan ini ketika Iran menyetujui kompromi baru dengan badan nuklir PBB tentang pemantauan fasilitas nuklirnya. Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, pada Jumat, mengatakan bahwa pembicaraan tersebut akan segera dilanjutkan, tetapi Amerika Serikat mengatakan Teheran tidak secara spesifik mengenai jangka waktunya. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya