Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
SEJUMLAH universitas di Kabul hampir kosong pada hari pertama tahun ajaran Afghanistan pada Senin (6/9), ketika para profesor dan mahasiswa bergulat dengan aturan baru Taliban yang membatasi ruang kelas.
Taliban telah menjanjikan pemerintahan yang lebih lembut daripada selama pertama kali mereka berkuasa dari 1996-2001, ketika kebebasan perempuan di Afghanistan sangat dibatasi dan mereka dilarang mengenyam pendidikan tinggi.
Kali ini kelompok Taliban mengatakan perempuan akan diizinkan untuk kuliah di universitas swasta di bawah pemerintahan baru, tetapi mereka menghadapi pembatasan ketat pada pakaian dan gerakan mereka.
Taliban mengatakan bahwa perempuan hanya dapat menghadiri kelas jika mereka mengenakan abaya dan niqab dan dipisahkan dari pria.
"Mahasiswa kami tidak menerima ini dan kami harus menutup universitas," kata Noor Ali Rahmani, Direktur Gharjistan University di Kabul, di kampus yang hampir kosong. "Mahasiswa kami memakai jilbab, bukan niqab," tambahnya.
Otoritas pendidikan kelompok garis keras tersebut mengeluarkan dokumen panjang pada hari Minggu (5/9) yang menguraikan langkah-langkah mereka untuk ruang kelas, yang juga memutuskan bahwa pria dan perempuan harus dipisahkan - atau setidaknya dipisahkan dengan tirai jika ada 15 siswa atau kurang.
"Kami mengatakan kami tidak menerimanya karena itu akan sulit dilakukan," kata Rahmani kepada AFP. "Kami juga mengatakan bahwa itu bukan Islam yang sebenarnya, bukan apa yang dikatakan Al-Qur'an," tambahnya.
Mulai sekarang di perguruan tinggi dan universitas swasta, yang menjamur sejak kekuasaan pertama Taliban berakhir, perempuan hanya boleh diajar oleh perempuan lain, atau "pria tua", dan menggunakan pintu masuk khusus perempuan.
Mereka juga harus mengakhiri pelajaran mereka lima menit lebih awal dari laki-laki agar mereka tidak berbaur saat berada di luar. Sejauh ini, Taliban tidak mengatakan apa-apa tentang universitas negeri.
Namun, bagi beberapa siswa, melegakan karena perempuan masih bisa kuliah di universitas di bawah rezim Taliban yang baru.
Zuhra Bahman, yang menjalankan program beasiswa untuk perempuan di Afghanistan, mengatakan di media sosial dia telah berbicara dengan beberapa siswa.
"Mereka senang bisa kembali kuliah, meski berhijab," katanya. "Taliban membuka universitas untuk perempuan adalah kemajuan penting. Mari terus terlibat untuk menyepakati hak dan kebebasan lain," ujarnya.
Jalil Tadjlil, juru bicara Universitas Ibnu Sina di ibu kota, mengatakan pintu masuk terpisah telah dibuat untuk pria dan perempuan. "Kami tidak memiliki wewenang untuk menerima atau menolak keputusan yang telah diberlakukan," katanya kepada AFP.
Universitas itu mengunggah gambar daring siswa pria dan perempuan yang dipisahkan oleh tirai.
Gambar yang dibagikan di Facebook oleh departemen ekonomi dan manajemen universitas tersebut menunjukkan enam perempuan mengenakan jilbab dan sepuluh siswa pria dengan tirai abu-abu terbentang di antara mereka, ketika seorang guru pria menulis di papan tulis.
Semuanya Berubah
Biasanya, koridor kampus pada hari pertama semester akan penuh sesak. Tetapi pada hari Senin, jumlah kehadiran yang sangat rendah di universitas-universitas Kabul. Itu membuat para pemimpin pendidikan bertanya-tanya berapa banyak anak muda dan berbakat yang telah meninggalkan negara itu.
Rahmani mengatakan hanya 10% hingga 20% dari 1.000 siswa yang mendaftar tahun lalu datang ke Gharjistan University pada Senin, meskipun tidak ada jadwal kelas.
Dia memperkirakan hingga 30% siswa meninggalkan Afghanistan setelah Taliban mengambil alih kendali pada pertengahan Agustus. "Kita harus melihat dulu apakah siswa datang," katanya.
Reza Ramazan, seorang dosen ilmu komputer di universitas tersebut mengatakan bahwa mahasiswi sangat berisiko ketika bepergian ke kampus. "Ini bisa berbahaya di pos pemeriksaan," katanya. "Taliban dapat memeriksa telepon dan komputer mereka," terangnya.
Untuk mahasiswa ilmu komputer yang berusia 28 tahun, Amir Hussein, mengatakan bahwa semuanya berubah total setelah pengambilalihan Taliban.
"Banyak siswa yang tidak tertarik lagi untuk belajar karena tidak tahu akan seperti apa masa depan mereka," ujar Amir. "Kebanyakan dari mereka ingin meninggalkan Afghanistan," tandasnya. (AFP/Nur/OL-09)
Ribuan warga Afghanistan direlokasi ke Inggris usai kebocoran data 19.000 orang. Skema rahasia ini akhirnya terungkap setelah super-injunction dicabut.
RUSIA menjadi negara pertama yang secara resmi mengakui kekuasaan Taliban di Afghanistan.
Otoritas Emirat Islam Afghanistan menyebut pengakuan Rusia sebagai keputusan berani yang akan menjadi contoh bagi negara-negara lain.
DINAS pers tentara Pakistan, ISPR, melaporkan empat tentara Pakistan tewas dalam bentrokan dengan kelompok militan Tehrik-e Taliban Pakistan (TTP).
PAKISTAN telah meminta dukungan dari PBB dalam melawan terorisme di dalam negeri dan dari Afghanistan.
PIHAK berwenang Jerman terus menyelidiki serangan mobil yang melukai 36 orang di Kota Muenchen, Jerman.
PENDIDIKAN adalah hak dasar setiap anak sebagaimana dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Raperda Penyelenggaraan Pendidikan sebagai bentuk upaya pemerintah menjamin layanan pendidikan untuk semua anak usia sekolah.
TPPK yang dibentuk di setiap sekolah bertugas melakukan upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan.
THEFI 2025 berawal pada 9 Agustus di Jakarta, lalu berlanjut di 10 Agustus di Bandung, 12 Agustus di Makassar, 14 Agustus di Surabaya, dan 16 – 17 Agustus di Medan.
DORONG pemanfaatan hasil TKA untuk kebutuhan evaluasi dan peningkatan kualitas pendidikan nasional, sehingga mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang berdaya saing.
Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 kembali menghadirkan program unggulan bertajuk GIIAS Education Day pada Rabu (30/7) di ICE BSD City, Tangerang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved