Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

AS Kecam Iran Lakukan Pengayaan Uranium 

 Nur Aivanni
17/8/2021 11:33
AS Kecam Iran Lakukan Pengayaan Uranium 
Pembangkit tenaga nuklir Iran yang dibangun bersama Rusia di Bushehr, Iran.(MAJID ASGARIPOUR / MEHR NEWS / AFP)

AMERIKA Serikat (AS), pada Senin (16/8), menyuarakan kekhawatiran atas peningkatan produksi logam uranium Iran yang dilaporkan oleh pengawas nuklir PBB ketika mendesak negara itu untuk kembali ke pembicaraan.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya telah melihat laporan terbaru kepada anggota Badan Energi Atom Internasional dan yakin bahwa Iran tidak memiliki kebutuhan yang kredibel untuk memproduksi logam uranium.

Iran berjanji untuk tidak memproduksi logam uranium, yang dapat digunakan untuk membuat bom nuklir, sebagai bagian dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015.  Iran menyatakan akan mengurangi program nuklirnya secara drastis dengan imbalan keringanan sanksi.

Tetapi Iran mengatakan awal tahun ini bahwa mereka sedang meneliti logam uranium untuk menyediakan bahan bakar canggih untuk reaktor penelitian - salah satu dari serangkaian langkah yang diambil di luar JCPOA setelah mantan Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan itu.

"Kami telah menjelaskan bahwa eskalasi nuklir yang terus berlanjut di luar batas JCPOA tidak konstruktif dan tidak konsisten dengan kembali ke kepatuhan bersama," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price.

"Iran harus menghentikan eskalasi nuklirnya dan kembali ke negosiasi menuju implementasi penuh JCPOA dengan itikad baik," ucapnya.

Presiden AS Joe Biden mendukung untuk kembali ke kesepakatan itu, yakin bahwa kesepakatan itu secara damai mengelola masalah utama dengan Iran.

Tetapi, pembicaraan tidak langsung di Wina. Austria, yang ditengahi oleh Eropa tidak membuat terobosan dengan pemerintah AS yang menolak untuk mencabut sanksi yang tidak terkait dengan masalah nuklir.

Pembicaraan tersebut pun terhenti sejak pelantikan Presiden baru Iran Ebrahim Raisi, meskipun dia mengatakan dia mendukung upaya untuk mencabut sanksi AS. (AFP/Nur/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya