Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Iran Waspada Kebangkitan Taliban di Afghanistan

Mediaindonesia.com
17/7/2021 17:34
Iran Waspada Kebangkitan Taliban di Afghanistan
Warga Iran memakai masker sebagai tindakan pencegahan covid-19 di suatu jalan di ibu kota Teheran, pada 7 Juli 2021.(AFP/Atta Kenare.)

PERKEMBANGAN Taliban di Afghanistan telah membuat negara tetangganya, Iran, gelisah. Akan tetapi republik Islam itu tampaknya mengadopsi pendekatan pragmatis dan mencari pemulihan hubungan dengan milisi yang bangkit kembali tersebut.

Pasukan AS dan sekutu tengah bergegas untuk keluar dari Afghanistan. Pemerintah Afghanistan pun goyah setelah serangkaian kemenangan oleh kelompok Sunni garis keras itu. Hal tersebut membuat Syiah Iran khawatir masuknya pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan sektarian di samping bahaya saingan ideologis mengambil alih kekuasaan negara tetangga itu.

Surat kabar reformis Etemad, Minggu (17/7), memperingatkan konsekuensi yang tidak menyenangkan jika gerakan ekstremis dan kekerasan seperti Taliban berkuasa. "Dampaknya mulai dari banjir pengungsi hingga pemberdayaan sekte berbahaya, yang menyebarkan pemikiran Taliban, di perbatasan timur kita," tulis koran dari Iran itu.

Kurang dari tujuh minggu sebelum tentara AS terakhir akan meninggalkan Afghanistan setelah dua dekade, Taliban mengatakan mereka menguasai sekitar 85% negara itu. Itu membuat para pejabat terkejut di Iran yang memiliki perbatasan lebih dari 900 kilometer (550 mil) dengan Afghanistan.

Sejatinya Iran telah lama menyerukan pasukan musuh bebuyutannya, Amerika Serikat, meninggalkan Afghanistan. Di sisi lain, ia juga khawatir konsekuensinya jika Taliban, yang memerintah dari 1996 hingga invasi pimpinan AS pada 2001, kembali berkuasa atau jika negara itu jatuh sekali lagi ke dalam kekacauan.

"Iran sedang mencoba menyeimbangkan antara preferensi ideologis republik Islam yang militan anti-Amerikanisme dan kebutuhan utama lain untuk menjaga keamanan di sisi timur negara itu," Clement Therme, seorang peneliti di Institut Universitas Eropa di Italia, mengatakan kepada AFP.

Salah satu ketakutan utama yaitu masuknya pengungsi baru dari negara itu. Badan pengungsi PBB telah memperingatkan krisis kemanusiaan yang akan segera terjadi.

Badan tersebut mengatakan Iran telah menampung hampir 3,5 juta warga Afghanistan. Jumlah itu hampir 4% dari populasinya.

Masuk para pengungsi lebih lanjut akan menambah tantangan yang dihadapi negara yang sudah terperosok dalam krisis ekonomi sejak Washington memberlakukan kembali sanksi pada 2018. Iran juga dilanda wabah virus korona paling mematikan di Timur Tengah dan sedang berjuang untuk menahan gelombang infeksi kelima.

Pejabat Iran mengkonfirmasi pekan lalu bahwa perbatasan dengan Afghanistan dalam kondisi aman setelah Taliban mengatakan mereka telah merebut tempat persimpangan kunci itu. Surat kabar ultrakonservatif Iran Kayhan memperingatkan potensi dampak dari kekerasan sektarian di negara tetangga.

Baca juga: Taliban Klaim Rebut Perbatasan Utama dengan Pakistan

 

"Taliban berkeras bahwa mereka tidak menentang Syiah dan menghormati perbatasan Iran, tetapi pendekatan Taliban yang dibangun dengan kekuatan menandakan Syiah dan perbatasan negara kita menghadapi masa depan yang tidak pasti," katanya. Kembalinya Taliban juga telah memicu kekhawatiran bahwa para jihadis yang terkait dengan kelompok Negara Islam juga bisa mendapatkan pijakan yang lebih kuat di Afghanistan. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya