Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PERKEMBANGAN Taliban di Afghanistan telah membuat negara tetangganya, Iran, gelisah. Akan tetapi republik Islam itu tampaknya mengadopsi pendekatan pragmatis dan mencari pemulihan hubungan dengan milisi yang bangkit kembali tersebut.
Pasukan AS dan sekutu tengah bergegas untuk keluar dari Afghanistan. Pemerintah Afghanistan pun goyah setelah serangkaian kemenangan oleh kelompok Sunni garis keras itu. Hal tersebut membuat Syiah Iran khawatir masuknya pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan sektarian di samping bahaya saingan ideologis mengambil alih kekuasaan negara tetangga itu.
Surat kabar reformis Etemad, Minggu (17/7), memperingatkan konsekuensi yang tidak menyenangkan jika gerakan ekstremis dan kekerasan seperti Taliban berkuasa. "Dampaknya mulai dari banjir pengungsi hingga pemberdayaan sekte berbahaya, yang menyebarkan pemikiran Taliban, di perbatasan timur kita," tulis koran dari Iran itu.
Kurang dari tujuh minggu sebelum tentara AS terakhir akan meninggalkan Afghanistan setelah dua dekade, Taliban mengatakan mereka menguasai sekitar 85% negara itu. Itu membuat para pejabat terkejut di Iran yang memiliki perbatasan lebih dari 900 kilometer (550 mil) dengan Afghanistan.
Sejatinya Iran telah lama menyerukan pasukan musuh bebuyutannya, Amerika Serikat, meninggalkan Afghanistan. Di sisi lain, ia juga khawatir konsekuensinya jika Taliban, yang memerintah dari 1996 hingga invasi pimpinan AS pada 2001, kembali berkuasa atau jika negara itu jatuh sekali lagi ke dalam kekacauan.
"Iran sedang mencoba menyeimbangkan antara preferensi ideologis republik Islam yang militan anti-Amerikanisme dan kebutuhan utama lain untuk menjaga keamanan di sisi timur negara itu," Clement Therme, seorang peneliti di Institut Universitas Eropa di Italia, mengatakan kepada AFP.
Salah satu ketakutan utama yaitu masuknya pengungsi baru dari negara itu. Badan pengungsi PBB telah memperingatkan krisis kemanusiaan yang akan segera terjadi.
Badan tersebut mengatakan Iran telah menampung hampir 3,5 juta warga Afghanistan. Jumlah itu hampir 4% dari populasinya.
Masuk para pengungsi lebih lanjut akan menambah tantangan yang dihadapi negara yang sudah terperosok dalam krisis ekonomi sejak Washington memberlakukan kembali sanksi pada 2018. Iran juga dilanda wabah virus korona paling mematikan di Timur Tengah dan sedang berjuang untuk menahan gelombang infeksi kelima.
Pejabat Iran mengkonfirmasi pekan lalu bahwa perbatasan dengan Afghanistan dalam kondisi aman setelah Taliban mengatakan mereka telah merebut tempat persimpangan kunci itu. Surat kabar ultrakonservatif Iran Kayhan memperingatkan potensi dampak dari kekerasan sektarian di negara tetangga.
Baca juga: Taliban Klaim Rebut Perbatasan Utama dengan Pakistan
"Taliban berkeras bahwa mereka tidak menentang Syiah dan menghormati perbatasan Iran, tetapi pendekatan Taliban yang dibangun dengan kekuatan menandakan Syiah dan perbatasan negara kita menghadapi masa depan yang tidak pasti," katanya. Kembalinya Taliban juga telah memicu kekhawatiran bahwa para jihadis yang terkait dengan kelompok Negara Islam juga bisa mendapatkan pijakan yang lebih kuat di Afghanistan. (OL-14)
Jurnalis TV Pemerintah Iran (IRIB), Younes Shadlou, mengungkapkan bahwa sejumlah rekannya masih berada di dalam gedung saat serangan Israel menghantam, Senin (16/6).
TELEVISI pemerintah Iran (IRIB) mengonfirmasi bahwa sejumlah pegawainya tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam kantor pusat lembaga penyiaran tersebut di Teheran, Senin (16/6).
ISRAEL telah melancarkan serangan udara ke Gedung sebuah kantor berita di Iran, Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB), di Taheran, Iran, Senin (16/6).
Lahir di kota suci Mashhad dari keluarga ulama sederhana, Ali Khamenei mulai terlibat dalam gerakan radikal pada awal 1960-an.
IRAN kembali melancarkan serangan rudal besar-besaran ke wilayah Israel, tepatnya Tel Aviv dan Haifa, serta menyebabkan kerusakan parah pada permukiman warga.
DUA pejabat Amerika Serikat (AS) di Washington mengungkap bahwa Presiden AS Donald Trump telah memveto rencana Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
AKTIVIS pendidikan Malala Yousafzai meminta para pemimpin Muslim untuk menentang kebijakan represif Taliban di Afghanistan.
MALAYSIA, Indonesia, India, Afghanistan, dan Jepang dengan keras mengutuk serangan Israel terhadap Iran pada Sabtu (26/10). Mereka mengatakan itu sebagai pelanggaran hukum internasional.
PM Malaysia Anwar Ibrahim pada Sabtu (19/10) mengutuk keras pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh pasukan Israel. Begitu pun pemerintahan sementara Taliban di Afghanistan.
KELOMPOK ISIS mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri mematikan di Kabul yang menewaskan sedikitnya enam orang.
Secara singkat, syariah merupakan sistem hukum agama yang diambil dari Al-Qur'an sebagai kalam Allah dan Hadis atau perkataan atau tindakan Nabi Muhammad SAW.
Untuk pertama kalinya, di pertemuan Doha III ini, hadir otoritas de facto atau de facto authority (DFA) di Afghanistan, yaitu Taliban.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved