Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Hari Ketiga, Demonstran Bentrok dengan Pasukan Keamanan Palestina

Mediaindonesia.com
27/6/2021 09:32
Hari Ketiga, Demonstran Bentrok dengan Pasukan Keamanan Palestina
Warga memprotes kematian aktivis hak asasi manusia Nizar Banat saat berada dalam tahanan pasukan keamanan Otoritas Palestina.(AFP/Ahmad Gharabli.)

PARA pengunjuk rasa Palestina bentrok dengan pasukan keamanan Palestina di kota Ramallah, Tepi Barat, pada Sabtu (26/6). Ini merupakan hari ketiga demonstrasi yang dipicu oleh kematian seorang aktivis dalam tahanan.

Nizar Banat, 43, dari Hebron yang dikenal dengan video media sosialnya yang mengecam dugaan korupsi dalam Otoritas Palestina (PA), meninggal pada Kamis (24/6). Keluarganya mengatakan kematian Banat tak lama setelah pasukan keamanan menyerbu rumahnya dan menangkapnya dengan kejam.

Pada Sabtu, ratusan orang turun ke jalan Ramallah, pusat PA di Tepi Barat yang diduduki Israel, menyerukan Presiden Palestina Mahmud Abbas untuk mundur. Pengunjuk rasa Ismat Mansour mengatakan kematian Banat hanyalah puncak gunung es sambil menuduh PA gunung korupsi dan menuntut agar pemilihan diadakan.

Yang lain mengacungkan poster yang diarahkan ke Abbas sambil berseru, "Pergi!" Petugas keamanan dengan perlengkapan antihuru-hara memblokade jalan-jalan.

 

Seorang fotografer AFP mengatakan pengunjuk rasa melemparkan batu ke pasukan keamanan yang menanggapi dengan meluncurkan rentetan tabung gas air mata untuk membubarkan kerumunan.
Tidak dapat segera dikonfirmasi apakah ada korban luka setelah protes pada hari itu.

Banat telah terdaftar sebagai kandidat dalam pemilihan parlemen Palestina yang telah ditetapkan pada Mei. Namun Abbas menundanya tanpa batas waktu.

Keluarga Banat mengatakan pasukan menggunakan semprotan merica kepadanya, memukulinya dengan parah, dan menyeretnya pergi dengan kendaraan.

Samir Abu Zarzour, dokter yang melakukan autopsi, mengatakan luka di tubuh Banat mengindikasikan dia dipukuli di kepala, dada, leher, kaki, dan tangan. Waktu antara penangkapan dengan kematiannya kurang dari satu jam.

Pada Kamis, setelah berita kematiannya menyebar, sekitar 300 orang berkumpul di Ramallah, serta kampung halaman Banat di Hebron. Pada Jumat, ribuan pelayat menghadiri pemakamannya di Hebron dengan kerumunan di sana meneriakkan slogan-slogan marah terhadap PA.

Unjuk rasa juga terjadi di kompleks masjid Al-Aqsa, Jerusalem timur yang dicaplok Israel. Kematian Banat juga memicu kecaman dari Amerika Serikat, PBB, dan Uni Eropa.

 

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan penyelidikan telah diluncurkan. PA menjalankan kekuasaan terbatas atas sekitar 40% Tepi Barat yang diduduki oleh Israel sejak Perang Enam Hari pada 1967. Israel, yang mengontrol semua akses ke wilayah itu dan berkoordinasi dengan PA, secara langsung mengelola 60% sisanya. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya