Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Jabatan Netanyahu Berakhir Saat Koalisi Membentuk Pemerintahan

Nur Aivanni
14/6/2021 07:50
Jabatan Netanyahu Berakhir Saat Koalisi Membentuk Pemerintahan
Warga Israel merayakan kemenangan Naftali Bennett menggantikan Benjamin Netanyahu yang telah 12 tahun memimpin Israel.(AFP/JACK GUEZ)

ALIANSI yang beragam dari partai-partai Israel, pada Minggu, mengakhiri masa jabatan Benjamin Netanyahu selama 12 tahun berturut-turut sebagai perdana menteri, ketika parlemen memilih pemerintahan baru yang dipimpin oleh mantan sekutunya, nasionalis sayap kanan Naftali Bennett.

Bennett, seorang jutawan teknologi dan mantan komandan pasukan khusus, dilantik sebagai pemimpin blok dari delapan partai yang terbagi secara ideologis.

Sesaat sebelum kekalahannya, Netanyahu bersumpah apa yang akan dilakukannya jika dia akan berakhir menjadi oposisi. "Jika takdir kita menjadi oposisi, kita akan melakukannya dengan kepala tegak sampai kita menjatuhkan pemerintahan yang buruk ini dan kembali memimpin negara dengan cara kita sendiri," tekadnya.

Netanyahu telah lama mendominasi politik Israel. Tetapi pada hari Minggu, pemungutan suara di legislatif Knesset setelah berminggu-minggu drama politik mengakhiri pemerintahannya dengan mayoritas tipis 60 banding 59.

Presiden AS Joe Biden dengan cepat memberi selamat kepada Bennett. "Saya berharap dapat bekerja sama dengan Perdana Menteri Bennett untuk memperkuat semua aspek hubungan yang erat dan langgeng antara kedua negara kita. Israel tidak memiliki teman yang lebih baik daripada Amerika Serikat," katanya dalam sebuah pernyataan.

Orang-orang yang bersuka ria memenuhi alun-alun di dekat Knesset (parlemen) di Yerusalem dan mengalir ke pusat kota Tel Aviv untuk merayakan kejatuhan Netanyahu. Kerumunan orang berkumpul di kota pantai, bertepuk tangan, bersorak dan mengibarkan bendera. Di Rabin Square Tel Aviv, lawan Netanyahu mengadakan perayaan, melambaikan plakat "Bye bye Bibi".

Sebelum pemungutan suara, Bennett mengatakan kepada Knesset bahwa pemerintahannya mewakili seluruh Israel. Dia mengatakan negara itu, setelah empat pemilu yang tidak meyakinkan dalam waktu kurang dari dua tahun, telah dilemparkan ke dalam pusaran kebencian dan pertempuran.

"Waktunya telah tiba bagi para pemimpin yang berbeda, dari semua bagian populasi, untuk menghentikan kegilaan ini", katanya.

Bennett, mantan menteri pertahanan di bawah Netanyahu, bersumpah untuk menjaga Israel aman dari Iran. Dia pun berjanji bahwa Israel tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir.

Blok anti-Netanyahu yang beragam itu disatukan oleh Yair Lapid, mantan presenter TV. Blok tersebut mencakup spektrum politik, dengan tiga partai sayap kanan, dua partai tengah dan dua partai sayap kiri, dan bahkan sebuah partai konservatif Islam Arab.

Lapid akan menjabat sebagai menteri luar negeri selama dua tahun ke depan sebelum mengambil alih posisi Bennett sebagai perdana menteri.

Kanselir Jerman Angela Merkel pun memberi selamat kepada Bennett dalam pernyataan yang dicuit oleh juru bicaranya, "Jerman dan Israel terhubung oleh persahabatan unik yang ingin kami perkuat lebih lanjut. Dengan pemikiran ini, saya berharap dapat bekerja sama dengan Anda".

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengirim pesan ucapan selamat. Dia pun menyampaikan bahwa Ottawa tetap teguh dalam komitmennya untuk solusi dua negara, dengan Israel dan Palestina hidup dalam damai, aman dan bermartabat - tanpa rasa takut dan dengan menghormati hak asasi manusia mereka.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mencuit, "Saya berharap untuk melanjutkan kerjasama di bidang keamanan, perdagangan dan perubahan iklim, dan bekerja sama untuk mengamankan perdamaian di kawasan". Dan, Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga mencuit ucapan selamatnya. (AFP/OL-13)

Baca Juga:Trauma Pascaperang yang Melanda Warga Gaza



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya