Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
MENJELANG penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO dari Afghanistan, beberapa pekan ke depan, para penerjemah yang membantu pasukan asing di negara itu mengaku mereka berharap bisa ikut meninggalkan negara itu.
Kedutaan Besar AS telah mengeluarkan ribuan visa untuk penerjemah Afghanistan dan keluarga dekat mereka, tetapi tidak sedikit permohonan mereka yang ditolak. Beberapa permohonan tersebut ditolak karena alasan yang mereka katakan kurang jelas.
“Saat masjid tidak menjadi tempat yang aman untuk imam atau bocah perempuan berusia 10 tahun tidak aman bahkan di sekolah mereka, bagaimana kami bisa aman?” tanya Omid Mahmoodi, seorang penerjemah yang bergabung dengan pasukan AS sejak 2018 hingga 2020.
Baca juga: Israel Minta AS Dana US$1 Miliar untuk Isi Ulang Iron Dome
Pekerjaannya di Kabul dan benteng selatan Taliban di Kandahar berakhir setelah gagal dalam tes poligraf dan sejak saat itu visanya ditolak oleh pemerintah AS.
Para penerjemah yang gagal mendapatkan visa berharap hal itu bisa dipertimbangkan lagi karena mereka yakin Taliban akan memandang mereka sebagai kolaborator pasukan asing.
“Mereka melacak kita,” ungkap Mahmoodi terhadap AFP.
“Taliban tidak akan memaafkan kita. Mereka akan membunuh kita dengan memenggal kepala kita,” lanjutnya
Ketakutan tersebut juga dialami Omar (nama samaran) yang pernah bekerja untuk kedutaan AS selama 10 tahun tetapi kontraknya dihentikan karena gagal dalam tes poligraf.
“Saya menyesal bekerja untuk AS. Itu merupakan kesalahan terbesar saya,” ujar Omar kepada AFP yang meminta namanya disamarkan.
Sementara banyak penerjemah yang telah dibunuh dan disiksa selama dua dekade terakhir oleh militan, ancaman juga ternyata timbul dari rumah.
“Paman dan sepupu saya sendiri memanggil aku dengan sebutan agen AS” kata Omar.
Pada protes Kabul pekan lalu, seseorang berumur 32 tahun Waheedullah Hanifi berkata pemerintah Perancis menolak tawaran suakanya setelah mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak percaya ia sedang dalam bahaya.
Padahal dia sempat bekerja untuk militer Prancis dari 2010 hingga 2012, saat Paris menarik pasukan tempur mereka.
“Kami merupakan suara untuk pasukan Prancis di Afghanistan dan sekarang mereka menyerahkan kami kepada Taliban,” ujar ayah dua anak tersebut.
Saat ini, dia sedang dalam ketakutan akan diburu.
“Jika aku tetap menetap di negara ini, tidak akan ada kesempatan aku untuk selamat. Tentara Prancis telah mengkhianati kami.” (AFP/OL-1)
Antonio Guterres pada (28/6) waktu setempat menyambut baik penandatanganan kesepakatan damai yang digelar sehari sebelumnya antara Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Rwanda.
MILIARDER Elon Musk memperingatkan AS bisa terjerumus ke dalam perbudakan utang akibat rancangan undang-undang (RUU) belanja negara dan pajak yang diajukan Presiden Donald Trump.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump pada Sabtu (28/6) menyebut kasus korupsi yang menjerat pemimpin Israel Benjamin Netanyahu sebagai perburuan penyihir politik.
TIM judo Polri menyumbangkan 10 medali, 6 emas, 1 perak, dan 3 perunggu dalam ajang World Police And Fire Games (WPFG) 2025 di Birmingham, Alabama, Amerika Serikat (AS).
ADAM Christopher Sheafe, 51, mengaku dalam suatu wawancara di penjara bahwa ia telah membunuh William Schonemann, pemimpin New River Bible Chapel.
SEORANG pria bernama Adam Christopher Sheafe, 51, yang dituduh membunuh seorang pendeta lansia di Arizona dengan cara sangat mengerikan, memberikan pengakuan mengejutkan.
AKTIVIS pendidikan Malala Yousafzai meminta para pemimpin Muslim untuk menentang kebijakan represif Taliban di Afghanistan.
MALAYSIA, Indonesia, India, Afghanistan, dan Jepang dengan keras mengutuk serangan Israel terhadap Iran pada Sabtu (26/10). Mereka mengatakan itu sebagai pelanggaran hukum internasional.
PM Malaysia Anwar Ibrahim pada Sabtu (19/10) mengutuk keras pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh pasukan Israel. Begitu pun pemerintahan sementara Taliban di Afghanistan.
KELOMPOK ISIS mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri mematikan di Kabul yang menewaskan sedikitnya enam orang.
Secara singkat, syariah merupakan sistem hukum agama yang diambil dari Al-Qur'an sebagai kalam Allah dan Hadis atau perkataan atau tindakan Nabi Muhammad SAW.
Untuk pertama kalinya, di pertemuan Doha III ini, hadir otoritas de facto atau de facto authority (DFA) di Afghanistan, yaitu Taliban.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved