Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
MILITER Myanmar meminta pasukan keamanan yang bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap pengunjuk rasa antikudeta selama akhir pekan lalu untuk tidak menggunakan amunisi langsung. Ini seiring dengan terus berkembangnya kecaman dari internasional.
Pengumuman itu dibuat dalam siaran di MRTV yang dikelola negara, setelah Myanmar pada Minggu (28/2) mengalami hari paling mematikan sejak kudeta 1 Februari. PBB mengatakan setidaknya 18 pengunjuk rasa tewas dan 30 lain terluka.
Militer juga mengatakan bahwa lebih dari 1.300 pengunjuk rasa ditangkap selama demonstrasi nasional. "Mengenai metode penyebaran massa, pasukan keamanan telah diperintahkan untuk tidak menggunakan peluru tajam," kata siaran itu sambil menuduh pengunjuk rasa menghasut kekerasan dengan menggunakan ketapel dan bom bensin.
"Pasukan keamanan diizinkan untuk melindungi diri mereka sendiri ketika pengunjuk rasa membahayakan nyawa mereka dengan melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa di bawah pinggang," imbuhnya. Tidak jelas bahwa pasukan hanya akan menggunakan peluru karet dalam pertahanan mereka.
Gelombang demonstrasi baru dimulai Selasa setelah pengadilan Myanmar mengajukan dakwaan tambahan terhadap pemimpin sipil yang ditahan, Aung San Suu Kyi. Dakwaan itu diperkirakan dapat menahannya di balik jeruji besi untuk jangka waktu lebih lama.
Bertambahnya korban tewas dapat meningkatkan tekanan pada pemerintah di seluruh dunia untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap para jenderal Myanmar yang menolak untuk mengakui kemenangan besar partai politik Suu Kyi pada November.
Seruan untuk menahan diri dari menggunakan peluru tajam datang ketika para menteri luar negeri di 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang akan mengadakan pertemuan informal pada Selasa (2/3). Mereka membahas situasi Myanmar untuk pertama kali sejak kudeta.
ASEAN telah lama mengikuti kebijakan nonintervensi dalam urusan dalam negeri para anggotanya, termasuk Myanmar. Sejauh ini organisasi itu menahan diri untuk tidak mengutuk militer atas tindakan atau merujuk pada kudeta.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-o-cha dilaporkan menyebutnya sebagai masalah politik yaitu masalah negara mereka. Indonesia, di sisi lain, mengeluarkan pernyataan pada Minggu yang menyerukan agar pasukan keamanan untuk menahan diri dari penggunaan kekuatan dan menghindari korban lebih lanjut.
"Ketidakstabilan di Myanmar pada akhirnya menimbulkan bahaya bagi kita semua di Asia Tenggara. Jadi ini bukan hanya situasi Myanmar," kata Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan dalam wawancara pada Senin.
"Meskipun seperti yang saya katakan, tanggung jawab untuk menyelesaikan ini terletak pada pihak berwenang di Myanmar," tandasnya. (Straits Times/OL-14)
LEBIH dari 500 orang terdiri dari warga sipil dan tentara Myanmar melarikan diri ke wilayah Thailand pada Sabtu (13/7) setelah terjadi serangan oleh kelompok etnis bersenjata.
ANGGOTA Komisi I DPR RI TB Hasanuddin menyatakan pemerintah tak perlu menggunakan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) untuk membebaskan WNI selebgram yang ditahan di Myanmar.
Kemenlu tengah menangani kasus hukum yang menimpa seorang Warga Negara Indonesia (WNI) berinisial AP, yang ditangkap oleh otoritas Myanmar pada 20 Desember 2024.
KETUA DPR RI Puan Maharani mendesak pemerintah untuk segera memberikan bantuan dan perlindungan kepada seorang selebgram asal Indonesia yang ditahan oleh otoritas Myanmar.
Abraham Sridjaja mendorong Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk membebaskan selebgran asal Indonesia yang ditahan oleh pemerintah Myanmar.
Pengumuman disampaikan Trump lewat maklumat presiden dan disertai pernyataan dalam bentuk video.
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
Wakil Gubernur California, Eleni Kounalakis, berencana mengajukan gugatan hukum atas keputusan Presiden Donald Trump yang mengerahkan Garda Nasional.
Penegak hukum di Los Angeles bersiap menghadapi malam yang penuh ketegangan usai demonstrasi terkait penggerebekan imigrasi.
Wali Kota LA, Karen Bass, mengatakan tidak ada kebutuhan menurunkan pasukan federal dan kehadiran Garda Nasional menciptakan kekacauan yang disengaja.
LAPD menyatakan unjuk rasa di luar Pusat Penahanan Metropolitan sebagai perkumpulan ilegal dan mengizinkan penggunaan peluru tak mematikan.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved