Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Macron Tuding Turki Kirim Kelompok Jihadis ke Azerbaijan

Faustinus Nua
02/10/2020 11:11
Macron Tuding Turki Kirim Kelompok Jihadis ke Azerbaijan
Warga memperlihatkan sebuah rudal yang tidak meledak di kawasan Nagorny Karabakh yang disengketakan Azerbaijan dan Armenia.(AFP/Hayk Baghdasaryan / PHOTOLURE)

PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron, Jumat (2/10), menuntut Turki mengklarifikasi soal kedatangan pejuang jihadis di Azerbaijan dan mendesak NATO untuk membahas aksi Turki tersebut.

"Garis merah telah dilintasi dan tidak dapat diterima. Saya mendesak semua mitra NATO untuk membahas aksi anggota NATO itu. Tanggapan Prancis adalah meminta penjelasan Turki tentang hal ini," kata Macron.

Dia berbicara setelah pertemuan puncak di Brussel saat para pemimpin Uni Eropa setuju mengancam Turki dengan sanksi atas pengeboran gas di perairan Siprus.

Baca juga: Pertempuran Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh Terus Memanas

Tetapi, pemimpin Prancis itu juga marah dengan kejadian di Nagorno-Karabakh yang disengketakan, yang telah terjadi pertempuran sengit antara pasukan Armenia dan Azerbaijan.

Dia mengacu pada laporan intelijen mengenai adanya 300 pejuang Suriah yang ditarik dari kelompok-kelompok jihadis dari Kota Aleppo di Suriah telah melewati Kota Gaziantep di Turki dalam perjalanan ke Azerbaijan.

"Para pejuang ini dikenal, dilacak, dan diidentifikasi," katanya, seraya menambahkan dia akan menghubungi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam beberapa hari mendatang.

Armenia menuduh Turki mengirim tentara bayaran untuk mendukung sekutu mereka, Azerbaijan, dan pada Senin (28/9), Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan Ankara telah mengirim setidaknya 300 proxy dari Suriah utara.

Macron, pekan ini, mengutuk pernyataan Turki yang sembrono dan berbahaya dalam mendukung Azerbaijan.

Nagorno-Karabakh, wilayah pecahan etnis mayoritas Armenia di Azerbaijan, mendeklarasikan kemerdekaan setelah jatuhnya Tirai Besi, memicu perang di awal 1990-an yang merenggut 30.000 nyawa.

Pernyataan kemerdekaan itu tidak diakui negara mana pun, termasuk Armenia, dan pembicaraan untuk menyelesaikan konflik sebagian besar terhenti sejak perjanjian gencatan senjata pada 1994. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik