Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

200 Pengunjuk Rasa Menentang Kebrutalan Polisi Kenya

Haufan Hasyim Salengke
09/6/2020 12:10
200 Pengunjuk Rasa Menentang Kebrutalan Polisi Kenya
Pengunjuk rasa di Nairobi membawa kertas bertuliskan 'Nyawa kita tak ternilai' dan nama korban yang tewas (8/6/2020)(AFP/TONY KARUMBA)

Para pengunjuk rasa di ibu kota Kenya, Nairobi melakukan demonstrasi menentang kebrutalan polisi. Merka menuntut keadilan bagi para korban pembunuhan di luar proses hukum.

Demonstrasi pada Senin (8/6) terjadi beberapa hari setelah pengawas polisi mengatakan para petugas terlibat dalam pembunuhan setidaknya 15 orang sejak pihak berwenang memberlakukan jam malam virus covid-19 pada akhir Maret lalu.

Ada sekitar 200 demonstran berkumpul di Mathare, sebuah permukiman padat penduduk di Nairobi. Sebagian besar demonstran adalah anak muda dan kaum ibu. Mereka membawa karton atau papan kecil bertuliskan nama teman, tetangga, atau anak laki-laki yang tewas dalam operasi polisi dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Israel Tangkap 21 Warga Palestina di Jerusalem

Yang lain memegang plakat bertuliskan 'Nyawa kita tak ternilai', 'Selamatkan masa depan kita', dan 'Jangan pernah lagi'.

"Saya di datang untuk memprotes pemuda kami yang telah meninggal di tangan polisi tanpa kesalahan dan kami mengatakan cukup sudah. Sebagai ibu, banyak pemuda kami telah terbunuh ketika dicap sebagai pencuri," kata seorang warga Mathare, Rahma Wako, kepada kantor berita AFP.

Otoritas Independent Policing Oversight Authority (IPOA) melaporkan pekan lalu mereka telah menerima 87 pengaduan terhadap polisi sejak aturan jam malam dan peningkatan langkah-langkah keamanan diberlakukan pada 27 Maret.

"Ada 15 kematian dan 31 insiden korban mengalami luka-luka terkait langsung dengan tindakan petugas polisi selama penegakan jam malam," ujarnya.

Dalam beberapa hari terakhir, kota-kota di seluruh dunia telah menyaksikan protes besar-besaran terhadap kebrutalan dan rasisme polisi menyusul pembunuhan seorang lelaki kulit hitam di Amerika Serikat, George Floyd, di tangan para perwira kulit putih.

Aktivis di Kenya telah menyuarakan keluhannya di media sosial untuk menggambarkan kebrutalan polisi di negara itu yang jadi momok, yang biasanya tidak dihukum.

"Akhirnya suara kami didengar. Kami berada di daerah kumuh, tapi seluruh dunia akan mendengar tangisan kami seperti mereka mendengar George Floyd," kata pengunjuk rasa Cynthia Ochieng kepada Anadolu Agency.

Kepolisian Kenya sering dituduh oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia menggunakan kekuatan berlebihan dan melakukan pembunuhan di luar hukum, terutama di lingkungan miskin. (Al Jazeera/OL-14)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya