Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
POLISI Prancis menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan pemrotes ‘rompi kuning’ yang melempari batu di Paris, Sabtu (16/11), pada peringatan pertama gerakan itu yang menentang kebijakan Presiden Emmanuel Macron.
Bentrokan meletus di kota-kota Prancis lainnya ketika para aktivis berunjuk rasa untuk membuktikan gerakan mereka masih merupakan sebuah kekuatan setahun setelah protes besar pertama pada 17 November 2018, yang mengumpulkan 282.000 orang.
Jumlah yang menghadiri protes dan tingkat kekerasan telah berkurang tajam dari puncak gerakan, yang dimulai dengan frustrasi Macron gagal memenuhi kebutuhan rakyat Prancis.
Tetapi protes pada Sabtu (16/11) yang oleh para demonstran disebut 'Act 53' dari pertemuan mingguan mereka--menandai bentrokan serius pertama selama berbulan-bulan di Paris tengah antara pasukan keamanan dan demonstran.
Kementerian Dalam Negeri menyebut jumlah demonstran sekitar 28.600 orang secara nasional tetapi penyelenggara mengatakan hampir 40 ribu orang telah berkumpul.
Ketegangan terfokus di alun-alun Place d'Italie di tenggara Paris. Polisi dengan peralatan antihuru-hara membanjiri area itu dengan menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air setelah para demonstran melemparkan batu, membakar tempat sampah, menjungkirbalikkan mobil, dan membakarnya, demikian dilaporkan koresponden AFP.
Sebuah pusat perbelanjaan besar di daerah terpaksa memilih tutup setelah puluhan pemrotes melemparkan batu ke jendela sebuah hotel berdekatan. Beberapa demonstran dan jurnalis lepas terluka.
Polisi menangkap 147 orang di Paris pada pukul 20:00 waktu setempat, di antaranya 129 orang ditahan.
Sebelumnya pada sore hari, kepala polisi Paris Didier Lallement telah melarang demonstrasi Place d'Italie, mengutuk kerusakan dan serangan sistematis terhadap pasukan keamanan dan pemadam kebakaran.
"Sangat menyedihkan demonstrasi ini dilarang," kata Catherine Van Puymbroeck, 49. "Negara telah memicu kemarahan ini."
Polisi juga menembakkan gas air mata di daerah Les Halles, dekat museum Pompidou Center yang terkenal, untuk membubarkan demonstrasi.
Rompi kuning menginginkan aksi pada Sabtu (16/11)-hari biasa protes--dan juga Minggu (17/11), hari peringatan, untuk mengingatkan Macron mereka belum menghilang dari jalanan.
"Kami datang sekalipun Macron tidak menyukainya," teriak para demonstran ketika mereka tiba di pinggiran Paris Sabtu, dengan yang lain menyanyikan "Selamat Ulang Tahun". (AFP/Hym)
Prancis telah menghadapi tentangan dari para pemimpin beberapa bekas koloninya di Afrika di tengah memudarnya pengaruh Paris di kawasan itu.
Menlu AS Marco Rubio dan mitranya dari Prancis, Jerman, dan Inggris sepakat menetapkan akhir Agustus sebagai batas waktu de facto untuk mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran.
Dengan CEPA, tarif ekspor Indonesia ke Uni Eropa menjadi 0%.
Macron mengatakan kenangan yang paling membekas ialah di saat dirinya mengunjungi Akademi Militer di Magelang.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto. Ia juga menyebut Prabowo sebagai sahabat.
Timnas renang Prancis berlatih di Jakarta dalam rangka persiapan menuju World Aquatic Championship 2025 di Singapura.
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
Wakil Gubernur California, Eleni Kounalakis, berencana mengajukan gugatan hukum atas keputusan Presiden Donald Trump yang mengerahkan Garda Nasional.
Penegak hukum di Los Angeles bersiap menghadapi malam yang penuh ketegangan usai demonstrasi terkait penggerebekan imigrasi.
Wali Kota LA, Karen Bass, mengatakan tidak ada kebutuhan menurunkan pasukan federal dan kehadiran Garda Nasional menciptakan kekacauan yang disengaja.
LAPD menyatakan unjuk rasa di luar Pusat Penahanan Metropolitan sebagai perkumpulan ilegal dan mengizinkan penggunaan peluru tak mematikan.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved