Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Sekolah Pusing Olah Limbah dari MBG

M Iqbal Al Machmudi
20/6/2025 18:08
Sekolah Pusing Olah Limbah dari MBG
Seorang siswa bersiap menikmati makan siang dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMPN 8 Padang, Sumatera Barat(ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

ANGGOTA Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah mendapatkan laporan bahwa sekolah pusing untuk mengolah limbah dari Makan Bergizi Gratis (MBG).

Masalah sampah sisa makanan, tanpa menghitung kelebihan makanan saja, paket MBG setiap hari menyisakan sampah, seperti kulit buah, kotak bekas susu, serta sisa makanan yang tidak habis dimakan siswa. Satu dua hari masih aman, namun setelah berbilang pekan dan bulan beberapa sekolah mulai memiliki problem baru yakni pengelolaan sampah.

Ledia menceritakan curhat kepusingan sekolah soal cara pengelolaan sampah.

"Sampah diproduksi setiap hari padahal tidak semua wilayah punya sistem pengelolaan sampah yang baik dan cepat. Beberapa sekolah jadi curhat terkait PR baru soal pengelolaan sampah ini," kata Ledia, Jumat (20/6).

Sekolah pada akhirnya memerlukan bantuan dalam hal pengelolaan sampah. Entah akan dimagotisasi atau komposting.

"Mau diapain juga itu sampah tentu harus disiapkan agar tidak menumpuk dan menjadi sumber masalah baru. Artinya, perlu koordinasi juga antara sekolah dan pihak terkait seperti RW dan Kelurahan," ujar dia.

Dari SPPG juga mengupayakan agar tidak terjadi kelebihan makanan di sekolah. Upaya meminimalisir kelebihan pengiriman ini memungkinkan terjadi kalau antara pihak sekolah dan dapur MBG bisa melakukan koordinasi.

“Makanan itu kan diantar siang diolah sejak pagi. Bagi yang dapurnya cukup dekat, masih dalam kisaran satu kecamatan misalnya, sekitar jam 07.00 pagi kan sudah bisa dilaporkan, berapa siswa yang tidak hadir," ungkapnya.

Jika dari 800 siswa yang tidak hadir 60 orang, maka bisa dikirim 750 paket saja, masih ada lebih tapi tidak banyak.

"Padahal lama-lama akan ketemu polanya, dan bisa diminimalisir kelebihan paket tidak lebih dari 10 misalnya. Pihak dapur yang terbiasa memegang beberapa sekolah tentu bisa mengatur hal ini," pungkasnya. (Iam/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya