Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DIABETES melitus tipe 2 pada lansia kerap muncul tanpa tanda-tanda yang mencolok, meskipun akibatnya bisa sangat mengkhawatirkan.
Penyakit ini sering kali diasumsikan hanya menyerang generasi muda yang mengonsumsi terlalu banyak gula, padahal pada kenyataannya, diabetes tipe 2 lebih umum terjadi di kalangan orang dewasa dan lanjut usia.
Pada prinsipnya, diabetes adalah penyakit yang bisa dialami oleh siapa pun. Namun, seiring bertambahnya umur, kemungkinan untuk mengalami diabetes menjadi lebih tinggi.
Lansia menjadi kelompok yang lebih rentan, disebabkan oleh menurunnya sensitivitas insulin, berkurangnya massa otot, dan peningkatan lemak visceral—semua faktor ini menyebabkan penurunan respons terhadap insulin.
Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes pada lansia memiliki risiko besar untuk menimbulkan komplikasi berat, seperti kerusakan saraf, gangguan fungsi ginjal, masalah penglihatan, hingga penyakit jantung.
Berdasarkan publikasi dalam jurnal Diabetes Research and Clinical Practice, pada tahun 2019 diperkirakan sekitar 19,3% orang berusia 65–99 tahun di seluruh dunia hidup dengan diabetes.
Angka tersebut menunjukkan hampir satu dari lima lansia, menyoroti betapa pentingnya deteksi dini dan pengelolaan yang tepat.
Salah satu aspek yang sering diabaikan adalah gaya hidup yang tidak aktif—yaitu kebiasaan minim berolahraga, seperti terlalu banyak duduk atau berbaring dalam waktu lama.
Pada lansia, keadaan ini umumnya disebabkan oleh keterbatasan fisik, rasa sakit, atau kurangnya motivasi untuk bergerak.
Namun, gaya hidup yang tidak aktif menghambat metabolisme dan memperburuk resistensi insulin, yang kemudian bisa meningkatkan kadar gula darah.
Selain itu, penggunaan beberapa jenis obat yang umum diresepkan untuk orang tua, seperti kortikosteroid, diuretik, dan antipsikotik, juga dapat memengaruhi cara tubuh memproses glukosa.
Sayangnya, banyak lansia dan anggota keluarganya tidak menyadari efek ini dan tidak secara rutin memeriksa gula darah mereka.
Asupan makanan juga memegang peranan penting. Banyak lansia cenderung memilih makanan yang mudah dikunyah dan cepat saji, seperti mi instan, roti putih, dan snack kemasan, yang tinggi akan karbohidrat sederhana dan rendah serat.
Makanan jenis ini dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah dan memperburuk efek diabetes.
Gejala diabetes pada lansia sering kali samar atau tidak spesifik. Situasi seperti buang air kecil yang berlebihan, rasa haus yang berlebih, kelelahan, kesemutan, bahkan penglihatan yang kabur sering kali dianggap sebagai hal biasa seiring bertambahnya usia.
Bahkan, beberapa lansia mungkin mengalami bingung, perubahan emosi, atau penurunan kesadaran akibat fluktuasi kadar gula darah.
Diabetes pada lansia menjadi tantangan tersendiri karena faktor usia yang memengaruhi kondisi tubuh dan risiko komplikasi yang lebih tinggi.
Namun, perubahan gaya hidup sederhana dapat membantu mencegah sekaligus mengelola penyakit ini secara efektif. Berikut beberapa langkah yang disarankan:
Diabetes pada lansia sering kali menimbulkan masalah tanpa disadari, padahal efeknya bisa sangat besar jika diabaikan.
Dengan mengenali faktor risiko—khususnya gaya hidup yang tidak aktif dan pola makan yang kurang sehat—serta rutin memantau kadar gula darah, komplikasi serius dapat dihindari dan kualitas hidup di usia tua bisa tetap terjaga. (Z-10)
Sumber: National Institute on Aging, Diabetes Research and Clinical Practice, Siloam Hospital
Penelitian menemukan mengonsumsi kentang goreng tiga kali seminggu dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 hingga 20%.
Tingkatkan kewaspadaan terhadap makanan penyebab diabetes tipe 2 pada anak. Temukan daftar makanan yang harus dihindari dan tips pola makan sehat untuk cegah risiko sejak dini.
Mikrobiota usus berperan penting dalam pengaturan gula darah dan resistensi insulin.
SEBUAH studi yang diterbitkan dalam jurnal Headache pada 2025 menunjukkan bahwa obat diabetes tipe 2 dan obesitas jenis tertentu bisa mengobati migrain hingga 75 persen.
penundaan waktu sarapan hingga pertengahan pagi sampai siang hari dapat mengurangi lonjakan gula darah setelah makan.
Kafein dalam kopi dan teh bisa berdampak pada kadar gula darah penderita diabetes. Ketahui batas aman konsumsi kafein, risiko terhadap insulin.
Ketua Umum Perkumpulan Juang Kencana, Sudibyo Alimoeso, menyebutkan bahwa program Lansia Berdaya menekankan pada tiga unsur, yaitu sehat fisik, sehat mental, dan sehat sosial.
Lansia Mengikuti Lomba HUT ke-80 RI di Semarang
Penyakit Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius.
Berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, peristiwa itu terjadi pada pukul 15.30 WIB.
STUDI terbaru dari tim peneliti dari Karolinska Institutet di Swedia, menemukan bahwa pola makan dapat berperan penting untuk memperlambat laju munculnya penyakit kronis pada lansia.
Penelitian selama 15 tahun di Swedia membuktikan pola makan sehat dapat memperlambat penuaan dan mengurangi risiko penyakit kronis pada lansia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved