Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Ini 3 Metode untuk Mengatasi GTM pada Anak yang Baru Mulai MPASI

Basuki Eka Purnama
19/2/2025 11:53
Ini 3 Metode untuk Mengatasi GTM pada Anak yang Baru Mulai MPASI
Ilustrasi(Freepik)

DOKTER spesialis anak Dimple Nagrani menyebut terdapat tiga metode yang dapat dicoba oleh para orangtua untuk mengatasi Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada anak yang baru mendapatkan Makanan Pendamping ASI (MPASI).

"Solusinya harus kita sesuaikan dengan penyebabnya. Jangan karena anak enggak mau makan, kita kasih gadget, anak enggak mau makan kita ajak keliling komplek. Jadi cari penyebab tersering kenapa anak tidak mau makan,"kata Dimple dalam konferensi pers, dikutip Rabu (19/2)..

Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Spesialis Anak Universitas Indonesia itu menyayangkan kebanyakan orangtua, terutama orangtua yang baru memiliki anak, sudah panik terlebih dahulu dan membuat anak terdistraksi saat waktu makan.

Beberapa yang kerap dilakukan adalah memainkan gawai, menonton televisi, mengajak anak berkeliling komplek hingga mencari hewan-hewan di sekitar. Padahal, hal tersebut hanya akan menyebabkan anak kehilangan fokusnya untuk mempelajari aroma, tekstur dan cara makan yang benar.

Kebiasaan tersebut juga dikatakannya dapat menyebabkan anak mengalami gangguan sensori ketika memasuki usia sekolah.

"Nanti ujungnya anak jadi overwhelming karena tiba-tiba sadar dia sedang makan. Jadi kalau sering diberikan screen time, mohon hentikan mulai sekarang," ujar Dimple.

Oleh sebab itu, Dimple meminta agar orangtua lebih peka terhadap penyebabnya dan mencari solusi yang tepat. Orangtua dapat mulai mengenali penyebab anak GTM melalui tiga metode.

Pada metode pertama, orangtua harus memastikan anak akan makan dalam keadaan lapar dan tidak mengantuk. Pastikan anak sudah diberikan jeda makan atau berpuasa selama 2 hingga 3 jam sebelum mulai MPASI, makan camilan atau diberi ASI.

"Waktu 2 sampai 3 jam itu bukan buatan manusia, tapi dari sananya. Kita harus beri waktu untuk perut mencerna susu sampai kosong,
baru makanan bisa dicerna," kata dia.

Setelah anak bangun tidur, orangtua perlu mengusahakan anaknya untuk langsung makan atau bermain guna mencegah rasa kantuk datang kembali. Apabila anak terlanjut masih mengantuk, lebih baik disusui terlebih dahulu dan tidur agar suasana hati anak tetap senang saat jam makan.

Metode kedua, yakni memberikan variasi rasa dan jenis makanan serta tekstur yang tepat sesuai usia. Kombinasikan sumber karbohidrat, protein hewani, lemak untuk MPASI. Sumber karbohidrat tidak melulu harus nasi, tapi bisa kentang, ubi, singkong mi atau roti.

Dimple menjelaskan nafsu makan bayi akan meningkat apabila MPASI dibuat dengan rasa dan aroma yang mengunggah selera. Kalaupun tidak diberikan garam, orang tua dapat menggunakan rempah seperti jahe, kunyit, cengkeh.

"Pastikan bayi naik tekstur sesuai usianya untuk melatih kemampuan mengunyah. Untuk usia 6-8 bulan harus halus dan kental seperti mashed potato, jadi teksturnya bisa kita congkel, karena kalau terlalu encer kemudian bertemu dengan air liur bayi yang banyak, anak akan
menyemburkan makanan," ucap dia.

Metode selanjutnya yakni berfokus pada pemberian makan yang tepat. Pastikan mulut sudah kosong sebelum bayi menerima suapan berikutnya dan makan dalam posisi duduk.

Pastikan anak selesai makan dalam durasi maksimal 30 menit tanpa adanya distraksi. Pada usia sekitar 9 bulan ke atas, berikan bayi kesempatan untuk belajar makan sendiri.

Jika masalah dalam pemberian MPASI masih berlanjut, Dimple menyarankan supaya orang tua segera datang ke rumah sakit untuk melakukan konsultasi kepada dokter.

Ia menekankan agar orangtua tidak menggampangkan kondisi anak yang tetap makan, meski hanya mendapatkan beberapa suap. Hal lain yang turut ia soroti adalah anak dianjurkan untuk tidak diberi camilan terus menerus atau diberi jeda makan lebih dari 2 hingga 3 jam, karena dapat menurunkan nafsu makan.

"Jadi semakin cepat anda berkonsultasi pada dokter terkait, semakin cepat anak mau makan sesuai dengan tumbuh kembangnya," pungkas Dimple. (Ant/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya