Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kesehatan Gigi dan Mental: Hubungan Erat yang Sering Diabaikan

Alya Putri Abi
03/1/2025 20:54
Kesehatan Gigi dan Mental: Hubungan Erat yang Sering Diabaikan
Penelitian menunjukkan stres dan kecemasan dapat memicu kebiasaan buruk seperti menggertakkan gigi (bruxism).(essentialdentalsa)

KESEHATAN gigi sering kali dianggap terpisah dari kesehatan umum. Padahal keduanya saling berhubungan erat. 

Penelitian terbaru menunjukkan kesehatan gigi yang buruk berdampak negatif pada kesejahteraan mental. Sementara masalah kesehatan mental pun dapat memengaruhi perilaku perawatan gigi.

Dilansir dari The American Institute of Stress, stres dapat membuat seseorang kurang memerhatikan kebersihan gigi dan mulut, seperti menyikat gigi, flossing, atau berkumur. Jika kebiasaan ini terus terabaikan, risiko kerusakan pada gigi dan gusi pun akan semakin meningkat.

Stres atau kecemasan juga dapat terlihat melalui kebiasaan pada gigi dan mulut. Lalu, apa kebiasaan tersebut?

Bruxism (mengeratak gigi)

Stres dan kecemasan merupakan salah satu pemicu utama kebiasaan bruxism. Di tengah tekanan hidup sehari-hari, tubuh kadang tidak sadar mengekspresikan ketegangan melalui kebiasaan menggertakkan gigi. Kebiasaan ini biasanya sering terjadi saat tidur.

Menggertakkan gigi, mungkin tampak seperti kebiasaan yang tidak berbahaya atau hal yang sepele. Namun kebiasaan ini memiliki dampak jangka panjang yang dapat merusak kesehatan mulut.

Dampak stres pada gigi dan mulut

1. Trauma Gigi

Trauma gigi umumnya terjadi akibat kebiasaan menggertakkan gigi saat stres. Kondisi ini dapat menyebabkan retakan atau patahan pada gigi. Untuk mencegahnya, penggunaan pelindung gigi sangat disarankan. Pelindung gigi dapat mengurangi gesekan yang terjadi saat menggertakkan gigi, sehingga melindungi lapisan enamel gigi.

2. Gigi Sensitif

Kebiasaan menggertakkan gigi akibat stres dapat mengikis lapisan enamel pelindung gigi. Ketika enamel ini rusak, gigi menjadi lebih sensitif, menyebabkan ketidaknyamanan saat mengonsumsi makanan atau minuman panas, dingin, manis, atau asam.  

3. Sariawan

Meskipun hubungan antara stres dan sariawan belum sepenuhnya dipahami, beberapa penelitian menunjukkan stres dapat meningkatkan risiko sariawan berulang. Hindari makanan asam dan pedas, serta gunakan obat salep untuk mempercepat penyembuhan.

4. Mulut Kering

Stres dapat memengaruhi hormon dalam tubuh yang berfungsi merangsang produksi air liur. Gangguan produksi saliva ini dapat menyebabkan mulut kering (xerostomia). Ini menjadi tempat ideal bagi bakteri mulut berkembang biak. Bakteri tersebut dapat merusak gigi dan gusi jika dibiarkan.

5. Penyakit Gusi

Mulut kering yang disebabkan stres meningkatkan risiko penyakit gusi. Ditambah dengan kebiasaan hidup tidak sehat, seperti konsumsi junk food atau merokok. 

6. Gigi Berlubang

Stres dapat meningkatkan risiko gigi berlubang, terutama jika kebersihan mulut tidak terjaga dengan baik. Sisa makanan yang menempel pada gigi, menjadi tempat berkembangnya bakteri yang menghasilkan asam, penyebab utama gigi berlubang. 

Langkah Mempertahankan Kesehatan Gigi dan Mental

  • Perawatan Gigi Teratur: Melakukan pemeriksaan gigi rutin dan menjaga kebersihan gigi.
  • Kelola Stres: Menerapkan teknik pengelolaan stres seperti meditasi, yoga, atau olahraga.
  • Konsultasi dengan Profesional: Jika Anda merasa bahwa masalah gigi atau kesehatan mental Anda memburuk, berkonsultasilah dengan dokter gigi atau psikolog. 
  • Polusi Makanan: Hindari makanan dan minuman tinggi gula serta asam, yang dapat merusak gigi. 

Kesehatan gigi dan kesehatan mental adalah dua hal yang berkaitan. Dalam upaya menjaga kesehatan secara keseluruhan, kita perlu menjaga keduanya dengan baik. (kemkes/fkg.ugm/hellosehat/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya