Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Baru 38% Puskesmas di Indonesia yang Punya Layanan Kesehatan Jiwa

Despian Nurhidayat
06/10/2024 12:34
Baru 38% Puskesmas di Indonesia yang Punya Layanan Kesehatan Jiwa
Petugas melayani pasien konsultasi kesehatan jiwa di Puskesmas Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.(Dok. MI)

KASUS bunuh diri kini semakin menyeruak ke permukaan. Penyebabnya pun dapat diakibatkan oleh beragam hal, salah satunya terkait dengan kesehatan jiwa. Namun, sejauh ini hanya 38% Puskesmas di Indonesia yang punya layanan kesehatan jiwa.

Direktur Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan, dr. Imran Pambudi memberikan data bahwa memang sampai saat ini, mayoritas  Puskesmas di Indonesia belum memiliki layanan kesehatan jiwa. Kendati demikian, pemerintah menyediakan layanan hotline pencegahan bunuh diri.

“(Layanan hotline pencegahan bunuh diri) masih berfungsi melalui (telepon) 119 ext 8, chat WhatsApp ke 081380073120, dan laman healing119.id. Layanan bisa melalui 3 metode ini yang dikelola oleh RSJ Marzoeki Mahdi sebagai Pusat Kesehatan Jiwa Nasional,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Minggu (6/10).

Baca juga : Ini Dampak Masalah Kejiwaan pada Pekerja

Lebih lanjut, dengan masih rendahnya capaian ketersediaan layanan kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan pertama, Kementerian Kesehatan pun menggencarkan pelatihan bagi tenaga kesehatan agar dapat memberikan skrining kesehatan jiwa.

Imran menjelaskan pelatihan orientasi dengan materi konseling dan dukungan psikologis awal telah diberikan kepada pengelola program kesehatan jiwa di Dinkes Provinsi dan Dinkes Kab/kota serta tenaga kesehatan di Puskesmas.

Persentase Puskesmas dengan nakes yang terorientasi materi ini dengan capaian sebesar 8% berdasarkan data per September 2024, proses orientasi masih terus berjalan sampai 2025. Sementara itu, penegakan diagnosis dan tatalaksana telah menjadi kompetensi dokter umum di Puskesmas.

Baca juga : Tantangan Indonesia Emas 2045, Menciptakan Generasi Sehat Mental

Sehingga peningkatan kapasitas yang dilakukan bersifat refreshing melalui Pelatihan dan Orientasi Kesehatan Jiwa Terpadu yang dilaksanakan secara tatap muka maupun daring melalui platform Learning Management System Kementerian Kesehatan.

Sampai saat ini telah terdapat 65% Puskesmas yang tenaga kesehatan/tenaga medisnya telah terorientasi. Namun, penatalaksanaan juga perlu didukung dengan ketersediaan psikofarmaka.

Sayangnya, masih ada 50% Puskesmas yang tidak memiliki psikofarmaka untuk menatalaksana diagnosis gangguan jiwa yang menjadi kompetensi FKTP. Jika dua indikator ini digabungkan, maka baru ada sekitar 38% Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan/medis terlatih/terorientasi dan memiliki psikofarmaka dengan persentase tertinggi ada di provinsi DI Yogyakarta dengan capaian 89% dan Kepulauan Bangka Belitung dengan capaian 85%.

Baca juga : Orang yang Ceria dan Humoris Bisa Jadi Alami Masalah Mental Mendalam

Adapun berdasarkan hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022, sekitar 1 dari 3 remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan jiwa, dengan sebagian besar di antaranya tidak mencari bantuan karena takut stigma atau tidak tahu ke mana harus meminta bantuan.

Global School-based Student Health Survey (GSHS) Indonesia 2023 juga menunjukkan bahwa 8,3% siswa berusia 13-17 tahun di Indonesia pernah secara serius mempertimbangkan untuk bunuh diri dan 10 % siswa berusia 13-17 tahun di Indonesia pernah mencoba untuk bunuh diri satu kali atau lebih dalam 12 bulan terakhir. Jika dibandingkan dengan data GSHS 2015 angka tersebut mengalami peningkatan.

Selain itu, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa prevalensi masalah kesehatan jiwa pada penduduk berusia ≥15 tahun yang dinilai dengan Self Reporting Questionnaire (SRQ) mencapai 2%, dengan 0,25% di antaranya memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup dalam satu bulan terakhir.

Baca juga :  Instagram Batasi Konten Berbahaya untuk Pengguna Remaja

Dihubungi secara terpisah, Founder sekaligus Direktur Personal Growth Counseling & Development Center, Ratih Ibrahim mengatakan bahwa ramainya kasus bunuh diri sebetulnya tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di penjuru dunia. Hal ini pun dikatakan sangat mengkhawatirkan.

“Kasus-kasus yang semakin muncul ke permukaan ini memang amat sangat mengkhawatirkan ya. Ini bukan hanya di Indonesia. Menyimak dari berita-berita dan juga masukan dari teman-teman di berbagai penjuru dunia tampaknya ini menjadi isu global,” ucap Ratih. (Z-9)

Disclaimer: Tulisan ini bukan dimaksudkan menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Jika Anda merasa depresi, berpikir untuk bunuh diri, segera konsultasikan segala masalah Anda ke tenaga profesional seperti psikolog, klinik kesehatan mental, psikiater, dan pihak lain yang bisa membantu.

Layanan konseling darurat 24 jam:
- Menelpon 119 Ext 8
- Chat Whatsapp 081380073120
- Chat via healing119.id

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya