Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
INDONESIA Emas 2045 adalah cita-cita bersama seluruh komponen Bangsa Indonesia, sebuah idealisme yang dibangun di atas landasan integritas, kerja keras, dan komitmen kuat untuk menjadikan masyarakat Indonesia sejahtera dan sejajar kedudukannya dengan bangsa-bangsa maju lain di dunia ini.
Visi lengkap Indonesia Emas 2045 adalah Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan. Tepat 100 tahun setelah Indonesia merdeka, memang saatnyalah mencapai kemajuan dan hasil-hasil pembangunan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Dari 8 agenda (misi) pembangunan 2045, modal dasarnya adalah jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Jumlah itu dapat bermakna peluang kemajuan, namun pada saat yang sama bisa berubah menjadi jebakan dan ancaman.
Baca juga : Instagram Batasi Konten Berbahaya untuk Pengguna Remaja
Dalam mewujudkan Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan, sangat penting untuk menyusun langkah strategis terkait dengan sasaran pembangunan “meningkatkan daya saing sumber daya manusia”. Sasarannya adalah meningkatkan Human Capital Index (HCI) hingga mencapai nilai 0,73 pada 2045.
Dengan nilai HCI yang semakin mendekati 1 itu, diharapkan seluruh warga negara Indonesia memiliki kemungkinan besar untuk merealisasikan potensinya secara maksimum.
MI/HO--Dean Faculty of Arts and Science, Sampoerna University Ade Iva Murty
Menurut Dean Faculty of Arts and Science, Sampoerna University Ade Iva Murty, sasaran peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak hanya bergantung dari bidang kesehatan dan pendidikan.
Baca juga : Kasus Bunuh Diri pada Anak Meningkat Lima Tahun Terakhir
Ada satu faktor penting yang sering dilupakan, yaitu faktor kesehatan mental yang merupakan modal dan karakter utama yang menjadi landasan pembentukan kualitas sumber daya manusia.
Menurut WHO, kesehatan mental adalah keadaan sejahtera mental yang memungkinkan seseorang mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuannya, belajar dengan baik dan bekerja dengan baik, serta berkontribusi pada komunitasnya.
“Apa yang harus dipersiapkan untuk menyongsong generasi emas 2045 yang sehat mentalnya? Pertama, dengan berbagai jenis gangguan kesehatan mental yang sering ditemui, maka di seluruh dunia, setiap tahunnya ekonomi global menanggung biaya US$1 triliun untuk mengobati masalah gangguan mental ini, belum terhitung terjadinya kehilangan produktivitas di semua tingkatan usia. Meskipun dunia kedokteran dan psikologi telah banyak menemukan cara-cara pengobatan dan perawatan modern bagi gangguan mental, tetap saja biaya yang ditanggung tidak menurun dan penyebaran pengobatan masih belum merata ke seluruh penjuru dunia (Lancet, 2020). Catatan ini perlu menjadi perhatian serius untuk strategi pencapaian Indonesia Emas 2045,” katanya.
Baca juga : Coco Lee Alami Depresi Sebelum Meninggal Dunia
Berdasarkan laporan dari World Population Review, 9 juta penduduk Indonesia atau 3,7 persen dari populasi, menderita depresi.
Bahkan setiap jam seseorang di Indonesia melakukan bunuh diri. Angka menakjubkan sebesar 3,4 kasus bunuh diri per 100.000 orang di Indonesia telah dilaporkan oleh lembaga tersebut.
Sementara itu, laporan dari organisasi nirlaba Our Better World yang mengutip dari data Kementrian Kesehatan RI juga menunjukkan bahwa 16 juta orang (6%) berusia 15 tahun ke atas telah menunjukkan gejala kecemasan atau depresi, dan sekitar 400.000 orang (1,72%) hidup dengan penyakit yang lebih parah seperti psikosis.
Baca juga : Jujur dan Beri Dukungan, Pertolongan Pertama bagi Penderita Depresi
Sekitar 19% remaja Indonesia pernah mempunyai pikiran untuk bunuh diri, dan 45% di antaranya mengaku melakukan tindakan menyakiti diri sendiri.
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia (sekitar 270 juta orang) namun hanya memiliki sekitar 800 psikiater (0,3 psikiater per 100.000), 450 psikolog, dan 48 fasilitas kesehatan mental. Di sini terdapat celah yang bisa menghamat terbentuknya generasi unggul pada 2045.
Kedua, aspek pencegahan menentukan sejauh mana tingkat kedalaman persoalan gangguan kesehatan mental akan menjadi masalah yang menuntut penyelesaian secara holistik dan mendasar.
Baca juga : Gangguan Bipolar Bisa Dorong Penderitanya Lakukan Bunuh Diri
Pencegahan terhadap prevalensi gangguan kesehatan mental harus melibatkan seluruh masyarakat, khususnya institusi-institusi yang memang berhubungan langsung dengan masyarakat, misalnya sekolah, universitas, kantor pelayanan pemerintah, rumah ibadah, termasuk media massa.
“Pada unit terkecil yaitu keluarga, kesehatan mental dapat ditanamkan melalui berbagai intervensi sosial dan budaya yang akan menjadikan keluarga sebagai tempat kembali yang nyaman, memberdayakan dan membantu individu merealisasikan potensinya seoptimal mungkin,” imbuhnya.
Persoalannya, tambahnya, adalah kesehatan mental di Indonesia yang dipublikasikan dalam jurnal Global Health Neurology and Psychiatry (JoGHNP) menghadapi tantangan besar berupa rendahnya ketersediaan tenaga profesional, rendahnya pendanaan, dan tingginya kesenjangan pengobatan.
Baca juga : Studi Kaukus Keswa: Pemilu 2024 Tingkatkan Risiko Kecemasan dan Depresi
Di daerah pedesaan dan pinggiran kota, kurangnya pengetahuan, stigma yang ada, dan sulitnya akses terhadap layanan kesehatan mental menyebabkan terjadinya pengurungan dan pengurungan kembali.
“Di sisi lain, kaum muda di perkotaan mengalami peningkatan tingkat gangguan mental yang umum, seperti depresi dan kecemasan, yang dipercepat oleh pandemi dan lebih mengkhawatirkan kesehatan mental mereka.”
Ketiga, WHO menyatakan gangguan kesehatan mental yang paling sering muncul di tengah keluarga dan masyarakat adalah anxiety dan depression.
Baca juga : 4 Tips dan Solusi Menghadapi Kesehatan Mental Pasca Pemilihan Umum
Anxiety merupakan kecemasan yang membahayakan, berbeda dari kecemasan biasa. Kecemasan intensif dan berlebihan sehingga mengganggu fisiologis seseorang, menurunkan tingkat produktivitas kerja dan belajar.
Menjadikan seseorang terhambat dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan sebelumnya. Depresi merupakan gangguan Kesehatan mental dan fisik yang mempengaruhi bagaimana orang berpikir, merasa dan bertindak, sehingga menurunkan ketertarikan seseorang terhadap aktivitas dan terjadi berlarut-larut selama beberapa hari hingga berbulan-bulan.
Penelitian kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada (UGM), University of Queensland (UQ) di Australia, Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health (JHSPH) di Amerika Serikat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Hasanuddin (Unhas) menunjukkan gangguan jiwa yang paling banyak diderita remaja adalah gangguan kecemasan (gabungan antara fobia sosial dan gangguan kecemasan umum) sebesar 3,7%, disusul gangguan depresi mayor (1,0%), gangguan perilaku (0,9%), serta PTSD dan ADHD (keduanya 0,5%).
Baca juga : Orang yang Ceria dan Humoris Bisa Jadi Alami Masalah Mental Mendalam
Intinya, untuk mencapai Indonesia Emas 2045, bangsa Indonesia tidak dapat mengabaikan potensi terjadinya gangguan Kesehatan Mental dalam berbagai bentuknya. Indonesia Emas 2045 hanya dapat dicapai dan dipertahankan oleh sumber daya manusia Indonesia yang secara fisik kuat serta dalam kategori Kesehatan Mental, merupakan individu yang mampu melakukan coping dengan positif dan sehat, terhadap semua tantangan kehidupan.
Masalah dan tekanan-tekanan akan tetap ada dalam kehidupan seseorang, tidak ada suatu masyarakat pun di dunia ini yang individu-individunya betul-betul terbebas 100% dari gangguan penyakit mental.
Oleh karena itu, sistem Kesehatan Nasional, Pendidikan dan Keluarga merupakan benteng terdepan dalam menjamin bahwa di masa Indonesia Emas 2045, bangsa ini mampu mengendalikan masalah-masalah gangguan Kesehatan Mental dan memberikan jalan atau Solusi yang secara terang benderang akan membantu setiap insan Indonesia mencapai kesehatan mental yang prima. (RO/Z-1)
Seiring mobilitas yang semakin tinggi dan hadirnya beragam profesi, figur ayah di rumah terasa kurang dan membuat ikatan emosional antar ayah dan anak berkurang
Tren gaya hidup tanpa alkohol semakin berkembang di tengah masyarakat, dengan banyak orang memilih untuk mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol.
Ternyata, terdapat sebuah penelitian baru yang menunjukkan bahwa rajin berolahraga bisa membantu menutunkan tingkat depresi.
Hari terakhir di sekolah bisa membawa kesedihan bagi anak. Mereka harus berpisah dengan guru dan teman-teman akan memberikan tantangan emosional.
Pada orang dengan hoarding disorder, penimbunan sering kali dilakukan secara acak dan sembarangan. Mereka merasa aman saat bisa menumpuk sampah karena merasa sayang saat membuangnya.
Salah satunya ialah muncul stresor pada penderita OCD. Stresor merupakan faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respons stres.
“Tepung olahan dapat berkontribusi pada berbagai kondisi kesehatan yang serius, termasuk penambahan berat badan, sindrom metabolik, diabetes dan lainnya,"
Angka kejadian depresi postpartum adalah 1-2 dari 1.000 kelahiran. Sebanyak 25% pada kelahiran bayi pertama (primipara) dan 20% pada perempuan telah melahirkan lebih dari satu kali.
Hipnoterapi adalah kondisi untuk membuat pasoen rileks dengan menembus filter dari alam sadar atau alam bawah sadar.
Ibu yang mengalami baby blues bisa mengalami perubahan emosi seperti menjadi mudah marah, gampang menangis, mudah cemas, dan cepat kelelahan.
Mindfulness ternyata berhubungan dengan peningkatan regulasi emosi, perhatian, dan pengendalian diri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved