Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Ebus, Teknologi untuk Mendiagnosis Kanker Paru-Paru

Eni Kartinah
18/7/2024 21:38
Ebus, Teknologi untuk Mendiagnosis Kanker Paru-Paru
Gejala kanker paru-paru antara lain batuk terus-menerus.(Dok. Freepik)

KANKER paru-paru terjadi ketika sel-sel di dalam paru-paru berkembang secara tidak terkendali. Berdasarkan asalnya, kanker ini terbagi menjadi dua jenis, primer dan sekunder. Disebut primer jika sel kanker berasal dari paru-paru itu sendiri, dan disebut sekunder jika berasal dari penyebaran kanker organ lain.

”Gejalanya tidak selalu terlihat pada tahap awal, tetapi beberapa tanda awal yang sering muncul adalah sesak napas, suara serak, batuk terus-menerus dengan atau tanpa dahak dan darah, nyeri dada, serta kelelahan,” terang dokter spesialis paru RS Siloam MRCCC Semanggi, dr. Ginanjar Arum Desianti, Sp.P (K), baru-baru ini.

Untuk mendiagnosis kanker paru-paru, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, salah satunya yaitu prosedur Endobronchial Ultrasound (Ebus). “Ebus merupakan prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran lebih jelas dan memperoleh sampel dari saluran pernapasan, paru-paru, dan kelenjar getah bening. Prosedur ini melibatkan penggunaan selang khusus, yang dilengkapi kamera video dan alat ultrasound, yang dimasukkan melalui mulut dan tenggorokan,” terang dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Baca juga : Deteksi Dini Kanker Paru dengan CT Scan Dosis Rendah

Apa manfaat Ebus dan bagaimana prosedurnya?

Tingkat Ketepatan Capai 95%

Ebus memiliki beberapa manfaat, termasuk kemampuannya untuk memberikan sampel asli langsung dari area yang dijangkau, menghasilkan gambar yang detail untuk evaluasi patologi, dan menyediakan pilihan anestesi sedang atau anestesi umum. Proses Ebus juga relatif cepat. Sebagian besar pasien dapat pulang pada hari yang sama.

“Ebus bisa menjadi alternatif pilihan diagnosis kanker paru-paru karena tingkat ketepatan dan keberhasilannya mencapai 95%. Dengan bantuan Ebus, pasien akan mendapatkan proses pengobatan tepat sehingga kualitas hidup akan menjadi lebih baik,” ujar dr. Arum.

Baca juga : Ini Kondisi Batuk Pilek yang Berbahaya pada Anak

Prosedur Ebus

Sebelum melakukan Ebus, pasien akan menjalani pemeriksaan, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat medis. Pasien mungkin juga perlu berpuasa beberapa jam. Jika ada kondisi medis tertentu atau penggunaan obat-obatan tertentu, dokter akan memberikan instruksi khusus.

Selanjutnya, anestesi. Ebus dapat dilakukan dengan anestesi sedang atau anestesi umum (bius total), tergantung pada situasi dan preferensi pasien. Penting bagi pasien mengikuti instruksi dokter terkait kebutuhan makan atau minum sebelum prosedur dilakukan.

Setelah pasien dibius, dokter akan memasukkan selang Ebus yang dilengkapi kamera dan alat ultrasound melalui mulut dan tenggorokan pasien. Selang ini akan mencapai saluran pernapasan, paru-paru, dan kelenjar getah bening di sekitarnya.

Baca juga : Udara di Jakarta sudah Tidak Sehat? Ini Penjelasan Ahli Paru

Saat selang Ebus dimasukkan, dokter akan menggunakan monitor untuk melihat gambaran real-time dari saluran pernapasan, paru-paru, dan kelenjar getah bening. Gambar ini akan membantu dokter dalam menemukan dan mengevaluasi area yang diperlukan.

Selain visualisasi, dokter dapat melakukan teknik aspirasi jarum transbronkial selama Ebus. Teknik ini memungkinkan dokter mengambil sampel jaringan atau cairan dari paru-paru dan kelenjar getah bening di sekitarnya menggunakan jarum kecil.

Setelah prosedur selesai, selang Ebus akan ditarik perlahan. Saat efek anestesi menghilang, pasien akan dipantau secara berkala untuk memastikan pemulihan yang baik.

Baca juga : Penderita Asma Lebih Berisiko Alami Osteoporosis

Dokter akan menggunakan sampel yang diambil selama prosedur untuk analisis lebih lanjut dan mendiagnosis kondisi pasien. Pada umumnya, pasien dapat pulang pada hari yang sama, tetapi ini tergantung pada keadaan individu dan instruksi dokter.

Pemulihan Setelah Ebus

Setelah prosedur Ebus, penting bagi pasien untuk istirahat yang cukup untuk memungkinkan tubuh pulih. Hindari aktivitas yang berat dan pastikan untuk tidur dengan baik. “Pasien mungkin mengalami sedikit ketidaknyamanan atau sakit tenggorokan setelah prosedur. Minum air hangat dapat membantu meredakan gejala ini. Jika ada perdarahan atau infeksi, segera hubungi dokter,” saran dr. Arum.

Pasien juga perlu memantau gejala-gejala yang tidak biasa seperti demam, batuk berdarah, atau sesak napas yang memburuk. Jika mengalami hal ini, segera berkonsultasi dengan dokter. “Pasien harus menjaga kebersihan dan kebersihan diri untuk mencegah infeksi pasca-prosedur. Cuci tangan dengan sabun dan air dengan seksama, hindari kerumunan, dan hindari kontak dengan orang yang sedang sakit,” pungkas dr. Arum. (B-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eni Kartinah
Berita Lainnya