Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KANKER paru merupakan penyakit yang sering berakibat fatal jika tidak dideteksi dan diobati secara dini. Di Indonesia, di antara jenis-jenis kanker, kanker paru menempati peringkat pertama penyebab kematian laki-laki dan peringkat keenam bagi perempuan. Faktor risiko utama kanker paru antara lain merokok, paparan asap rokok (termasuk rokok elektrik), pajanan silika/asbes (misal di lingkungan kerja), riwayat fibrosis paru, dan riwayat kanker pada keluarga.
Pencegahan kanker paru dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat dan menghindari faktor-faktor risikonya. Selain itu, melakukan deteksi dini melalui skrining juga penting. Deteksi dini kanker yang diikuti pengobatan meningkatkan peluang kesembuhan.
Salah satu metode skrining kanker paru yang efektif dan direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Kementerian Kesehatan RI ialah menggunakan Low Dose CT scan Thorax. Bagaimana pelaksanannya? Berikut penjelasan dokter spesialis paru konsultan onkologi toraks dari RS MRCCC Siloam Semanggi, dr. Sita Andarini, Sp.P(K).
Baca juga : Ini Tiga Kelompok yang Perlu Skrining Kanker Paru
Dalam tahap ini, dokter akan melakukan wawancara dengan pasien untuk mengumpulkan informasi tentang faktor risiko, riwayat kesehatan, gejala yang dialami, dan faktor risiko yang mungkin terkait dengan kanker paru. Gejala seperti batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, penurunan berat badan, serta riwayat merokok, riwayat pajanan, dan riwayat kanker akan menjadi fokus utama. Anamnesis yang teliti membantu dokter memahami kondisi pasien secara holistik dan memandu langkah selanjutnya.
Low Dose CT scan (LDCT) Thorax merupakan salah satu metode skrining yang efektif untuk mendeteksi kanker paru tahap awal. Metode ini menggunakan sinar-X dalam dosis radiasi rendah untuk menghasilkan gambaran detail paru, termasuk struktur dan tekstur jaringan paru. Dibandingkan dengan rontgen dada konvensional, LDCT memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dalam mendeteksi kanker paru tahap awal, bahkan ketika tumor masih dalam bentuk lesi kecil yang sulit terlihat dengan metode lain.
Selama prosedur, pasien berbaring di atas meja CT scan dan mesin akan mengambil serangkaian gambar detail paru dari berbagai sudut. Hasil dari pemeriksaan ini kemudian akan dianalisis oleh dokter spesialis radiologi dan klinisi, seperti dokter spesialis paru, untuk mengevaluasi apakah ada tanda-tanda nodul, atau lesi abnormal di paru yang memerlukan perhatian lebih lanjut.
Baca juga : Pemerintah Perlu Batasi Iklan Rokok
”LDCT memberikan dosis 1/7 radiasi jika dibandingkan dengan CT scan biasa, tanpa kontras, dan hanya memerlukan waktu 3-5 menit untuk pemeriksaannya, sehingga metode ini aman digunakan untuk seseorang yang memiliki risiko tinggi terkena kanker paru,” ujar dr. Sita.
Manfaat utama LDCT ialah kemampuannya untuk mendeteksi kanker paru tahap awal. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk dilakukannya intervensi dan pengobatan yang lebih efektif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan peluang kesembuhan. Selain itu, LDCT juga dapat digunakan untuk deteksi penyakit paru-obstruktif kronis (PPOK), emboli paru, dan pneumonia.
Meski demikian, masih ada risiko terkait penggunaan radiasi. Meskipun dosis radiasi yang digunakan lebih rendah, masih ada kemungkinan paparan radiasi yang dapat meningkatkan risiko kanker di kemudian hari. Namun, manfaat deteksi dini kanker paru umumnya dianggap lebih besar daripada risiko ini, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi.
Baca juga : Rokok Elektronik Bisa Sebabkan Paru Bocor
Setelah anamnesis dan pemeriksaan LDCT, jika ada temuan mencurigakan seperti adanya lesi abnormal, langkah selanjutnya ialah memastikan apakah lesi tersebut kanker atau bukan. Caranya, melalui biopsi, yaitu prosedur mengambil sampel jaringan paru, untuk mendapatkan sediaan yang diperlukan dalam pemeriksaan patologi anatomi
Dalam biopsi, ada beberapa pilihan metode yang dapat digunakan, seperti biopsi jarum halus (transthoracic core biopsy), bronkoskopi, atau biopsi terbuka (thoracotomy). Sampel jaringan yang diambil akan dianalisis di laboratorium patologi untuk menentukan diagnosis yang akurat, termasuk mengetahui tipe kanker dan analisis molekuler kanker paru untuk menentukan terapi yang sesuai, atau personalized molecular therapy.
Salah satu rumah sakit yang telah mengadopsi metode LDCT untuk skrining kanker paru adalah RS Siloam MRCCC Semanggi, Jakarta. RS ini telah dilengkapi dengan peralatan medis dan tim radiologi yang memungkinkan untuk dilakukannya LDCT dengan akurasi tinggi.
“Dengan metode skrining kanker paru seperti LDCT, diharapkan akan ada peningkatan dalam deteksi dini kanker paru dan peluang penyembuhan yang lebih baik bagi pasien,” pungkas dr. Sita. (B-1)
Saat ini penggunaan CT Scan belum merata di seluruh rumah sakit Indonesia. Dari 3.200 RS yang ada di Indonesia, baru ada sekitar 1.500 CT Scan yang tersedia.
Secara global, data WHO 2019 mencatat PPOK sebagai penyebab ketiga kematian (3,23 juta), dan diperkirakan kematian PPOK akan mencapai 5,4 juta pada 2060.
Indonesia kehilangan devisa hingga Rp170 triliun per tahun karena banyaknya masyarakat yang berobat ke luar negeri. Industri kesehatan dalam negeri semakin dituntut untuk berinovasi.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) berupaya memenuhi alat penunjang di rumah sakit-rumah sakit daerah.
rancangan peraturan daerah (raperda) kawasan tanpa rokok (KTR) di Jakarta, salah satunya memuat denda merokok di tempat umum di DKI Jakarta yang mencapai Rp250 Ribu.
Kebiasaan merokok biasanya diawali hanya dengan satu batang rokok tapi akan ada banyak resiko yang mengikuti setelahnya.
Saliva atau air liur yang produksinya menurun karena rokok rentan membuat jaringan dan rongga mulut terinfeksi serta perubahan komposisi air liur perokok menjadi lebih asam.
Metode berhenti merokok bisa dilakukan melalui beberapa cara mulai dari mengurangi, menunda hingga berhenti total.
Sebanyak 12% remaja laki-laki usia 12–19 tahun merupakan perokok aktif, sementara 24% menggunakan rokok elektronik.
Justin Bieber kembali menarik perhatian publik setelah video menunjukkan dirinya merokok sesuatu yang diduga ganja di samping adik tirinya, Jaxon.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved