Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
CT Scan Toraks Kuantitatif (CTK) dapat digunakan sebagai pemeriksaan tambahan pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Prosedur ini selain bisa mendeteksi lebih awal PPOK, pun bisa memperlihatkan risiko hendaya kognitif (HK) pada pasien PPOK.
"Dengan demikian, tata laksana holistik dapat dilakukan lebih awal. Ini membantu menurunkan risiko demensia pada pasien PPOK, yang pada pasien dengan HK memiliki tiga kali lebih berisiko terkena demensia dalam 2-5 tahun," ujar ahli radiologi dr Yopi Simargi Sp Rad Subsp TR (K) MARS, dalam sidang promosi doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rabu (31/7), dalam disertasinya berjudul 'Peran CT Scan Toraks Kuantitatif, HIF-1 Alpha, dan Faktor Klinis Terhadap Kejadian Hendaya Kognitif pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik'.
Dia menjelaskan bahwa hipotesis awal dan umumnya diketahui, hipoksia kronik melalui peningkatan ekspresi gen HIF-1 Alpha dianggap sebagai dasar paling sering disebutkan untuk menyebabkan pasien PPOK mengalami HK. Namun, salah satu temuan penting penelitian ini menunjukkan, inflamasi sistemik derajat rendah dapat menjadi faktor lainnya yang lebih dasar terbentuknya HK tersebut.
Baca juga : Mantan Menteri Perindustrian Saleh Husin Raih Gelar Doktor dari Universitas Indonesia
"Hal itu terbukti dalam penelitian ini dengan adanya hubungan secara langsung dan tak langsung dari kerusakan paru yang terlihat pada CTK," kata Yopi yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan Kepala Instalasi Radiologi RS Atma Jaya tersebut.
Pada penelitiannya, Yopi mengusulkan teori patomekanisme terjadinya HK pada pasien PPOK, yang menunjukkan bahwa tenaga kesehatan perlu lebih memperhatikan inflamasi (peradangan) sistemik.
Teori patomekanisme ini diperoleh dengan melihat luas kerusakan paru (%LAA), yang bisa dideteksi dengan CTK. "Semoga ke depan, CTK masuk dalam guideline sebagai pemeriksaan rutin bagi pasien PPOK," ujarnya.
Baca juga : Dekan FK UI: Impor Dokter Asing Sudah Ada Sejak Lama untuk Transfer Pengetahuan
Yogi berharap temuan itu mampu membantu manajemen PPOK. Apalagi, teori patomekanisme yang diusulkan ini sudah diterima dalam publikasi jurnal internasional yang khusus membahas PPOK dengan indeks scopus tertinggi Q1, yaitu International Journal of COPD. “Sehingga, dengan adanya temuan bermakna parameter CTK dengan HK, dan bagaimana inflamasi sistemik perlu dipelajari pada pasien PPOK, maka CTK dapat diusulkan untuk digunakan lebih awal sehingga dapat menjadi alarm adanya HK pada pasien PPOK dan pasien bisa langsung mendapatkan tatalaksana yang tepat untuk HK secara pararel,” tutur Yopi.
Seperti diketahui, secara global, data WHO 2019 mencatat PPOK sebagai penyebab ketiga kematian (3,23 juta), dan diperkirakan kematian PPOK akan mencapai 5,4 juta pada 2060. PPOK sangat umum terjadi, tetapi di Indonesia PPOK kurang terdeteksi dengan baik. Ini terlihat dari data PPOK nasional yang tergolong minim.
Data Riskesdas menunjukkan prevalensi PPOK di Indonesia berdasarkan wawancara masyarakat usia kurang dari 30 tahun yakni 3,7%, tertinggi di Nusa Tenggara Timur (10%) dan terendah di Lampung (1,4%). Survei Epidemiology and Impact of COPD Asia mengungkapkan prevalensi PPOK di Indonesia mencapai 4,5%.
Penyakit ini dinilai bisa menurunkan kualitas hidup pasien. PPOK ialah kondisi peradangan paru kronis yang memicu terhambatnya aliran udara dari paru-paru. Pasien akan mengalami sesak napas yang kian memburuk dan rentan infeksi sehingga menyebabkan serangan akut. Komplikasi PPOK yang timbul di luar paru, salah satunya HK, juga perlu ditanggulangi dengan baik. (S-1)
Sampai saat ini terdata 16 FK sudah menjalankan strategi penempatan residen senior, bekerja sama dengan pemerintah daerah di wilayah Sistem Kesehatan Akademik.
Rasio dokter di Indonesia hanya sekitar 0,60 hingga 0,72 dokter per 1.000 penduduk. Angka itu jauh di bawah standar WHO yaitu 1 dokter per 1.000 penduduk.
SEBULAN lalu, sebanyak 158 guru besar FKUI menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap arah pendidikan kedokteran dan sistem layanan kesehatan Indonesia.
AI tidak dapat menggantikan, tetapi mengubah cara dokter dalam bekerja, dengan menyinergikan teknologi yang ada.
Penerapan SKA mampu menyediakan tenaga kesehatan dan standar pelayanan yang berkualitas.
Penghargaan itu diberikan dalam ajang internasional 25th Cluster of Achievers yang diselenggarakan pada Sabtu (12/4) di Dubai, Uni Emirat Arab.
ILUNI UI dianggap unik karena memiliki tiga stakeholder sekaligus yaitu akademisi di kampus, di dunia industri dan mahasiswa sebagai SDM masa depan.
Pemikiran Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo sebagai fondasi penting dalam membentuk arah kebijakan ekonomi dan keberpihakan Presiden Prabowo Subianto terhadap rakyat kecil.
Gerakan nasional ini diluncurkan langsung Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan PKKMB UI 2025.
IKATAN Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) akan menggelar Pemilihan Langsung (Pemila) Ketua Umum ILUNI UI periode 2025–2028 pada 23–24 Agustus 2025 secara elektronik (e-vote)
Ivan meyakini setiap alumni UI layak mendapatkan dukungan yang nyata agar bisa melangkah lebih jauh.
Apabila aset UI dikelola secara produktif akan dapat membantu subsidi bagi Uang Kuliah Tunggal atau UKT bagi mahasiswa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved