Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
DALAM rangka meningkatkan akses dan kualitas pendidikan tinggi untuk tenaga medis dan tenaga kesehatan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) resmi meluncurkan Program Akselerasi Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Tenaga Medis untuk Percepatan Perwujudan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka melalui Strategi Kemitraan Sistem Kesehatan Akademik, Selasa (22/7).
“Pendidikan tinggi harus berorientasi pada akses, mutu, relevansi, dan dampak sesuai misi Asta Cita. Kita perlu menghasilkan tenaga medis yang berkualitas dan hilirisasi riset yang berkontribusi untuk peningkatan sistem pelayanan kesehatan,” ujar Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto.
Akselerasi Pemenuhan dan Distribusi Dokter dan Dokter Spesialis melalui Sistem Kesehatan Akademik merupakan pengejawantahan dari arahan Presiden Prabowo Subianto guna mempertegas pentingnya perluasan akses dan mempercepat pemenuhan tenaga medis dan tenaga kesehatan, khususnya dokter spesialis dan subspesialis. Di samping itu, kegiatan ini sekaligus merupakan bagian dari program strategis Diktisaintek Berdampak, yang tercantum dalam Rencana Strategis Kemdiktisaintek, dan juga sebagai implementasi dari Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2023 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024.
Sejatinya upaya ini membutuhkan kolaborasi dan semangat gotong royong dari pemerintah pusat dan daerah, serta seluruh pemangku kepentingan. Mengingat Sistem Kesehatan Akademik sebagai pendekatan dan model kemitraan strategis antara penyelenggara pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan wilayah, telah diinisiasi sebelumnya melalui Komite Bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak tahun 2022. Inisiasi ini dimaksudkan untuk mewujudkan kemandirian daerah dalam pemenuhan tenaga medis dan tenaga kesehatan.
Karena itulah pada kesempatan ini dilaksanakan juga penandatanganan komitmen kemitraan perguruan tinggi, Rumah Sakit Pendidikan, pemerintah daerah, TNI/POLRI dan pihak swasta dari perwakilan enam wilayah Sistem Kesehatan Akademik.
“Isu pemerataan dokter spesialis merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri kepentingannya,” tegas Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.
Kemdiktisaintek telah mengoordinasikan perguruan tinggi dalam jejaring kemitraan sistem kesehatan akademik dan membentuk Satuan Tugas (Satgas) untuk akselerasi pemenuhan dan distribusi dokter dan dokter spesialis mulai tahun 2025. Dari 136 Fakultas Kedokteran (FK), terdapat 25 FK yang telah menjalankan 358 program studi spesialis/subspesialis. Sekitar 3.600 lulusan dokter spesialis dihasilkan setiap tahun, tetapi distribusinya masih terpusat di Pulau Jawa, yakni pada angka 59%. Hal ini menjadi tantangan yang harus diselesaikan secara kolektif melalui berbagai deregulasi kebijakan dan dukungan pendanaan.
Dalam jangka pendek, Satgas Kemdiktisaintek akan melakukan program quick wins dengan tiga strategi, yaitu:
(1) Penambahan program studi baru dan peningkatan kuota mahasiswa dokter spesialis-subspesialis dengan model kemitraan perguruan tinggi;
(2) Penempatan/deployment residen senior pada Rumah Sakit Pendidikan (RSP) prioritas; serta
(3) Penguatan Kemitraan dengan Pemerintah Daerah, K/L dan stakeholders.
Kemdiktisaintek bermitra dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) yang mengoordinasikan 57 FK untuk pembukaan 148 prodi baru dokter spesialis dan subspesialis, serta dengan ~ 350 rumah sakit di tahun 2025-2026. Dengan akselerasi ini, diharapkan terdapat peningkatan jumlah kuota mahasiswa menjadi ~ 8000 mahasiswa pada tahun 2026 (peningkatan 2 kali lipat), sehingga terdapat peningkatan lulusan menjadi ~6000/tahun pada tahun 2030.
Kebijakan kuota mahasiswa baru Fakultas Kedokteran (FK) di Indonesia saat ini berjumlah kurang lebih 18.000 mahasiswa per tahun. Dengan peningkatan pesat jumlah FK menjadi 144 fakultas pada 2025, ditambah estimasi peningkatan jumlah lulusan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) setiap tahun dan sekitar 26 FK baru, jumlah lulusan saat ini dapat ditingkatkan menjadi sekitar 15.000 dokter per tahun pada tahun 2030. Pada tahun 2025–2030, diproyeksikan dapat dihasilkan lebih dari 48.000 dokter untuk mengatasi kesenjangan kekurangan dokter berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Sampai saat ini terdata 16 FK sudah menjalankan strategi penempatan residen senior, bekerja sama dengan pemerintah daerah di wilayah Sistem Kesehatan Akademik. Fakultas-fakultas tersebut menempatkan sekitar 200 residen senior untuk spesialis prioritas di berbagai daerah.
Strategi penguatan kerja sama dengan K/L dan stakeholders lain juga terus ditingkatkan, terutama dengan Kemdagri bersama Pemda, dan Kemhan bersama TNI/POLRI. Saat ini 32 provinsi telah terlibat dalam program ini. Sekitar 200 RS milik Pemda dan ~ 40 RS milik TNI/POLRI akan terlibat dalam kemitraan ini.
“Peluncuran program ini merupakan awal aksi kolektif Komite Bersama Kemdiktisaintek dan Kemenkes bersama seluruh pemangku kepentingan,” jelas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemdiktisaintek, Khairul Munadi.
“Kita bisa meningkatkan kolaborasi dan kawal program ini bersama-sama. Hal yang masih kurang, kita perbaiki. Kemdiktisaintek terbuka untuk berbagai masukan dan kritik,” kata Brian.
Kemdiktisaintek berharap agar seluruh pemangku kepentingan dapat senantiasa memberikan pemikiran kritis dan usulan solusi konkret untuk peningkatan kualitas pendidikan, penelitian dan pelayanan kesehatan, sesuai misi Diktisaintek Berdampak.
“Kemdiktisaintek akan selalu gelorakan semangat kolaborasi untuk menciptakan pendidikan tinggi, tenaga medis, dan tenaga kesehatan yang kompeten dan bermartabat untuk peningkatan kualitas kehidupan bangsa,” pungkasnya. (H-2)
Mendiktisaintek Brian Yuliarto menargetkan bahwa pencairan tunjangan kinerja (tukin) dosen aparatur sipil negara (ASN) dapat dilakukan pada pertengahan tahun ini.
KOLABORASI yang kuat antarkementerian dan lembaga harus konsisten dibangun dalam menyikapi langkah efisiensi anggaran di sektor pendidikan.
Mendiktisaintek Brian Yuliarto siap mendukung kolaborasi bidang pendidikan tinggi, sains, dan teknologi antara Indonesia dan Bulgaria.
MENDIKTISAINTEK Brian Yuliarto disebut berkomitmen membayar tunjangan kinerja atau tukin dosen ASN di 2025 dan memastikan tidak ada kenaikan UKT.
Kepemimpinan Mendiktisaintek yang baru diharapkan dapat mendorong sinergi antara lembaga riset dan perguruan tinggi dalam ekosistem riset dan inovasi.
Rasio dokter di Indonesia hanya sekitar 0,60 hingga 0,72 dokter per 1.000 penduduk. Angka itu jauh di bawah standar WHO yaitu 1 dokter per 1.000 penduduk.
SEBULAN lalu, sebanyak 158 guru besar FKUI menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap arah pendidikan kedokteran dan sistem layanan kesehatan Indonesia.
AI tidak dapat menggantikan, tetapi mengubah cara dokter dalam bekerja, dengan menyinergikan teknologi yang ada.
Penerapan SKA mampu menyediakan tenaga kesehatan dan standar pelayanan yang berkualitas.
Penghargaan itu diberikan dalam ajang internasional 25th Cluster of Achievers yang diselenggarakan pada Sabtu (12/4) di Dubai, Uni Emirat Arab.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved