Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEBANYAK 28 pelajar dan mahasiswa tampak berseri-seri dan bersemangat memasuki ruang Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKU-MI), awal pekan lalu.
Mereka adalah pelajar SMP dan mahasiswa yang terpilih mengikuti Program Pertukaran Pelajar Antardaerah SabangMerauke yang tiba di Jakarta, Jumat (28/6) dan menjalani berbagai aktivitas hingga Senin (15/7).
Ada pelajar SMP yang datang dari Papua, Kalimantan Timur, Maluku dan juga Sumatra Utara, sementara untuk yang mahasiswa datang dari berbagai perguruan tinggi termasuk Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Kristen Satya Wacana.
Baca juga : Fatwa Salam Lintas Agama, Menag Yaqut tidak Sepakat dengan MUI
Secara aktif, pada program ini di 2024 melibatkan tiga kelompok partisipan, yaitu Adik SabangMerauke (ASM) yang merupakan siswa SMP, Kakak SabangMerauke (KSM) yang merupakan mahasiswa, dan Famili SabangMerauke (FSM). Jumlah partisipan untuk ASM adalah 13 orang, KSM adalah 15 orang, dan FSM adalah 13 keluarga.
Program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia ini memiliki tujuan menanamkan nilai-nilai toleransi, pendidikan, dan ke-Indonesiaan.
Pada Senin (8/7), mereka berkunjung dan diterima Wakil Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) KH Mulawarman Hannase.
Baca juga : PITI Sesalkan Ceramah yang Melecehkan Islam
Mulawarman menjelaskan kepada para peserta program bahwa Masjid Istiqlal sudah lama menjadi benchmark toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Beberapa program yang dijalankan Masjid Istiqlal yang berkaitan dengan toleransi, yakni kamping lintas agama (interfaith camp).
“Kita juga ada kegiatan interfaith-walk atau jalan santai lintas agama yang diikuti umat Katolik, Protestan, Hindu, Budha, hingga Konghucu,” kata Mulawarman.
MI/HO--Ustaz Saparwadi, Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) dan Protokoler Masjid Istiqlal mendampingi dan menjelaskan pada para peserta Program Pertukaran Pelajar Antardaerah SabangMerauke, Senin (8/7)
Baca juga : Cara Mengajarkan Anak Menghargai Perbedaan dengan Kegiatan Lintas Agama
Terbaru, pihak Istiqlal menginisiasi dibangunnya Terowongan Silaturahmi yakni terowongan yang menjadi penghubung antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
“Negara kita mencoba memberikan pelajaran penting bagi masyarakat dengan simbol-simbol penting yang menunjukkan bahwa negara kita benar-benar toleran dan rukun. Terowongan silaturahmi tidak ada di manapun di muka Bumi ini, baru ada di Jakarta, di Istiqlal,” ujar Mulawarman.
Selain itu, Istiqlal juga memiliki program unggulan yang dikenal sebagai Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang sudah berjalan selama empat tahun terakhir.
Baca juga : Perkuat Nilai-Nilai Toleransi untuk Menumbuhkan Kerukunan setiap Anak Bangsa
Di masjid berkapasitas 200 ribu jemaah itu digelar workshop LKLB setahun sekali dengan durasi satu pekan bagi peserta yang terdiri dari guru-guru madrasah dan ulama PKU-MI.
Selesai istirahat siang, partisipan Pertukaran Pelajar Antardaerah SabangMerauke 2024 yang selesai melakukan kunjungan ke Masjid Istiqlal kemudian menyambangi Gereja Katedral di seberangnya dengan melewati Terowongan Silaturahmi.
Gereja Katedral Jakarta atau dikenal dengan Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, yang berlokasi berseberangan dengan Masjid Istiqlal, menandakan potret toleransi dan kebersamaan masyarakat Indonesia yang sudah terjalin sejak dahulu kala.
Gereja Katedral yang terletak di pusat Jakarta ini merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang dijaga dan dilestarikan. Di dalamnya terdapat perpustakaan dan museum yang menjelaskan sejarah penyebaran ajaran Katolik di Jakarta.
Mereka diterima dan disambut Humas Keuskupan Agung Jakarta Susyana Suwadie. Mereka disambut langsung di dalam gereja yang sedang dipercantik untuk menyambut kehadiran Paus Fransiskus pada 3-6 September 2024.
Susyana kemudian bercerita terkait sejarah Gereja Katedral Jakarta, yang telah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda pada abad ke-18, yaitu saat misa mulai diselenggarakan di Jakarta untuk pertama kalinya.
Selain Susyana, Pastor Rekan Gereja Katedral Jakarta, Romo Yohanes Deodatus SJ, yang turut meberikan membekalan menjelaskan Gereja Katedral merupakan gereja besar tempat kedudukan resmi uskup yang identik sebagai bangunan Tahta Uskup.
Gereja dengan kapasitas 2.500 umat ini memiliki altar sebagai tempat untuk menghadirkan kurban salib dengan menggunakan tanda-tanda sakramental.
Romo Deo menyebut, keunikan atau kekhasan dari Gereja Katedral ini yakni relasi yang terbangun baik dengan Masjid Istiqlal atau komunitas muslim.
“Kami membangun relasi yang baik dengan Istiqlal. Sering ada acara bersama dengan Istiqlal, dan juga di sini,” ucap Romo Deo.
Selain itu, sering ada kebijakan penggunaan areal parkir secara bersama baik oleh Masjid Istiqlal maupun Gereja Katedral pada saat event atau perayaan hari besar keagamaan.
“Di hari raya besar Islam, kita membebaskan lahan parkir dipakai umat muslim yang beribadah di Istiqlal. Begitu juga, Istiqlal memberikan lahan parkir bagi jemaat kita saat perayaan Natal dan Paskah,” kata Romo Deo.
Menurutnya, keberadaan Terowongan Silaturahmi semakin merekatkan Katedral dengan Istiqlal dan pemeluk kedua agama.
“Ini menunjukkan toleransi dan kebersamaan yang luar biasa antara Gereja Katedral dengan Istiqlal. Pada perayaan Idul Fitri, Bapak Uskup juga sowan ke Istiqlal,” ujar Romo Deo.
“Pengalaman pertama kami belajar nilai-nilai perdamaian di mana ada sebuah materi yang kami terima bahwa beda keyakinan tetap berteman. Di mana kami di sini ada agama Islam, Katolik, dan Protestan,” ucap Andhika Saputra, Adik SabangMerauke (ASM) asal SMP YKP Pertamina Jambi.
Menurutnya, toleransi adalah modal bagi generasi muda saat ini mengisi pembangunan Indonesia di masa depan.
“Kalau kita tidak punya toleransi kita tidak bisa mewujudkan Indonesia Emas 2045. Kita diajarkan agar tidak boleh menghina SARA, dan tidak boleh menjuluki seseorang dengan sebutan apapun. Kita juga tidak boleh mem-bully agama termasuk melalui sosial media,” kata dia.
Selain mengungi tempat ibadah, di program Program Pertukaran Pelajar Antardaerah SabangMerauke ini, siswa-siswi SMP dan mahasiswa dari berbagai daerah diberi kesempatan untuk live-in bersama keluarga angkat yang berbeda agama dan/atau etnis, serta membangun hubungan yang bermakna dengan sesama peserta selama program berlangsung.
Kakak SabangMerauke (KSM) Shine Natasha Nauli Simanjuntak mengatakan, toleransi menjadi sesi yang menarik selama mengikuti program Pertukaran Pelajar Antardaerah Sabang Merauke 2024.
“Pada saat kita bergabung menjadi satu, cara pikir kita, cara pandang kita juga berbeda. Satu hal yang saya pelajari adalah tidak baik kita saling merendahkan satu sama lain karena background dan cara pandang kita yang berbeda,” ujar Shine.
Menurutnya, masyarakat Indonesia terlahir majemuk dan punya pengalaman panjang menghargai perbedaan. Karena itu, sikap toleransi yang diwariskan leluhur harus tetap dijaga dan dirawat oleh generasi masa kini.
“Bagi saya, untuk belajar perbedaan itu enggak pernah ada habisnya dan enggak pernah berkesudahan. Itu akan terus berjalan seiring fase kehidupan,” ucap mahasiswi Universitas Padjadjaran itu.
Dirinya berharap pembekalan yang diberikan Indika Foundation dan SabangMerauke dapat bermanfaat dan diimplementasikan dalam kehidupan keseharian.
“Jadi, pada saat kita kembali ke tempat perkuliahan masing-masing kita akan ketemu dengan orang yang berbeda lagi dan peran kita sebagai sosok yang terdepan merawat toleransi adalah merangkul teman-teman kita yang berbeda,” pungkasnya.
Selain itu, Program Pertukaran Pelajar Antardaerah SabangMerauke yang digelar oleh Indika Foundation juga menggelar Program Kelas Bahasa Isyarat Bahasa Indonesia turut menghadirkan narasumber dari komunitas tuli sekaligus Pengajar Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), Mohammad Adhika Prakoso.
Selain itu juga turut hadir Pendiri Kopi Tuli (Koptul), Putri Sampaghita Trisnawinny Santoso, yang turut menceritakan kisah suksesnya merintis Kopi Tuli pada 12 Mei 2018 dengan mempekerjakan semua karyawan dari kelompok tuli atau penyandang disabilitas.
Pengajar Bisindo, Mohammad Adhika Prakoso menyampaikan tingginya antusiasme dari partisipan dari pelajar SabangMerauke 2024 ketika belajar Kelas Bahasa Isyarat Bahasa Indonesia.
“Pada saat belajar bahasa isyarat adik-adik pada nanya, jadi saya jawab satu-satu isyaratnya. Misalnya, Jakarta isyaratnya seperti ini. Makassar, begini. Atau Medan, isyaratnya begini. Jadi, banyak banget pertanyaan ke saya dan saya senang sebetulnya,” ujar Mohammad Adhika Prakoso.
Menurutnya, belajar kelas bahasa isyarat menjadi sesuatu hal yang unik dan langka. Hanya orang-orang yang punya minat, kemauan, dan kesadaran yang bisa menekuni pembelajaran yang satu ini.
“Kalau menurut saya pribadi, sebetulnya tergantung kemauan masing-masing personal, kita enggak bisa memaksa,” kata Adhika.
Di kesempatan yang sama, Pendiri Kopi Tuli (Koptul), Putri Sampaghita Trisnawinny Santoso menyatakan, sikap toleransi penting dimiliki semua orang termasuk kalangan tuli maupun non-tuli. Ia berharap agar kelompok disabilitas mendapatkan perlakuan yang setara dengan masyarakat normal terutama akses berusaha dan kesempatan kerja.
“Sikap toleransi bagi orang-orang tuli sangat penting. Salah satu contoh yang bisa kita lakukan, yakni ketika kita ada acara atau seremoni di perusahaan maka perlu membuka dirinya kepada orang tuli dan disabilitas lainnya. Kalau itu sudah ada, maka inklusivitas bisa terjadi,” ujar Putri.
Project Lead Pertukaran Pelajar Antardaerah SabangMerauke 2024, Regita Savira Putri mengatakan, program aktivitas offline SabangMerauke 2024 diharapkan berdampak secara jangka panjang dan luas bagi masyarakat.
“Kami fokus untuk bagaimana adik-adik dan kakak-kakak ini pulang dari SabangMerauke bisa berdampak dulu bagi diri mereka. Yang mana mereka bisa melakukan aksi yang berkelanjutan di lingkungannya. Mereka bisa menyebarkan pembelajaran, informasi, dan pengalaman yang pasti bisa menghasilkan beneficiaries atau dampak yang lebih luas lagi,” kata Egi.
Ia menyampaikan Indika Foundation terlibat secara dalam mensponsori kegiatan Pertukaran Pelajar Antardaerah SabangMerauke. Program tersebut akan berlanjut setiap tahun dengan pengayaan materi dan konsep.
“Indika Foundation berperan sebagai kolaborator program pertukaran pelajar SabangMerauke di tahun ini karena kami melihat kesamaan value baik visi maupun misi yang fokusnya pada isu toleransi, perdamaian, dan keberagamaan,” ucap Egi.
Dia juga bercerita program ini kali pertama digelar kembali usai pandemi dan rencananya akan digelar pada tahun depan.
Yang perlu dipersiapkan jika ingin mengikuti Program Pertukaran Pelajar Antardaerah SabangMerauke yang pertama adalah harus aktif di media sosial ataupun organisasi. Program ini gratis dan tidak dipungut biaya apapun. (Z-1)
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Dengan memahami makna semboyan bangsa tersebut maka akan muncul cinta, toleransi, dan kelembutan perlu dimiliki oleh setiap orang yang beragama.
PAUS Leo XIV meminta gereja Katolik merespons perkembangan kecerdasan artifisial (artificial intelligence, AI) dalam pernyataan perdananya kepada Kolese Kardinal, 10 Mei 2025.
Persoalan di Manggarai, Jakarta Selatan, lebih tepat diatasi bila ada lowongan pekerjaan yang disiapkan bagi anak-anak muda di sana.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Andar Nubowo menyebut hasil dari survei tersebut memperlihatkan persepsi positif terkait hal itu.
Sebagai salah satu negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki pengalaman panjang mengelola keberagaman agama dan budaya.
INDONESIA akan menjadi tuan rumah International Partnership on Religion and Sustainable Development (PaRD) Leadership Meeting 2025 yang membahas peran agama dalam pembangunan global
Gua Maria adalah sebuah tempat yang dibangun khusus untuk kegiatan peziarahan dan keagamaan kepada Maria dan biasanya terletak di tempat yang jauh dari pusat kota.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved