Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PAPARAN judi online terhadap anak-anak dan remaja harus dicegah dan diatasi secara bersama dalam upaya melindungi generasi penerus bangsa.
"Paparan judi online di kalangan anak-anak dan remaja harus segera dicegah dan diatasi bersama, demi mewujudkan generasi penerus bangsa yang memiliki karakter kuat dan berdaya saing di masa datang," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam sambutan tertulisnya pada diskusi daring bertema Judi Online Membunuh Anak-Anak Indonesia, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (3/7).
Diskusi yang dimoderatori Eva Kusuma Sundari (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI) itu menghadirkan Dr. Usman Kansong (Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI),
Dr. Jasra Putra, S.Fil.I,.M.Pd (Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia/KPAI), dan Debora Basaria S.Psi., M.Psi, (Psikolog, Dosen Ilmu Psikologi Universitas Tarumanagara) sebagai
penanggap.
Baca juga : Perpres Perlindungan Anak di Ranah Daring dalam Proses Sinkronisasi
Selain itu, hadir pula Dr. Devie Rahmawati (Pengamat sosial dari Universitas Indonesia /UI) sebagai penanggap.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memperkirakan nilai judi online pada 2023 senilai Rp327 triliun dalam 168 juta transaksi. Jumlah masyarakat yang terlibat judi online sekitar 3,2 juta orang. Dari jumlah tersebut lebih dari 2% pemain judi online berusia kurang dari 10 tahun atau 80.000 anak-anak. Pemain judi online untuk rentang usia 10-20 tahun berjumlah 11% atau sebanyak 440.000 remaja.
Menurut Lestari, catatan PPATK tersebut harus segera direspon dengan langkah-langkah yang tepat agar paparan judi online di kalangan anak dan remaja dapat segera dicegah dan diakhiri.
Baca juga : DAK Non Fisik Perlu Dimaksimalkan untuk Tangani Isu Perempuan dan Anak
Rerie, sapaan akrab Lestari menilai dampak judi online di kalangan muda berdampak buruk terhadap proses pembentukan mental dan penanaman nilai-nilai kebangsaan yang akan menjadi bagian dari proses membangun karakter generasi penerus bangsa.
Di era globalisasi yang sarat akan kompetisi, tegas Rerie yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, membutuhkan anak bangsa yang memiliki karakter kuat dan berdaya saing.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu menilai paparan judi online terhadap anak dan remaja mengganggu proses pembangunan sumber daya manusia (SDM) nasional yang lebih baik di masa depan.
Baca juga : Jatim Bentuk Satgas Khusus Judi Online, Soroti Pelaku Anak
Rerie sangat berharap semua pihak, para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah, serta masyarakat mampu berkolaborasi dengan baik untuk mengambil langkah yang tepat dalam memberantas judi online di tanah air.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Usman Kansong mengungkapkan judi online sudah sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan besaran uang yang beredar dalam judi online sampai Rp327 triliun pada 2023, sementara pada kuartal I 2024 peredaran uang pada judi online ini sudah mencapai Rp100 triliun.
Ironisnya, ujar Usman, 70% pemain judi online dari kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah dan sekitar 2% di antaranya adalah anak-anak.
Baca juga : Tiga Pendekatan Pencegahan Kejahatan Judi Online
Dampak yang terjadi, menurut Usman, sangat mengerikan karena pemain judi online berpotensi terganggu secara sosial, psikologis dan ekonomi, yang memicu tindak kejahatan selanjutnya.
Menurut Usman, dalam pemberantasan judi online, pemerintah menghadapi sejumlah tantangan antara lain sumber dan bandar besarnya berada di sejumlah negara tetangga.
Karena itu, ungkap Usman, pemerintah sudah memutus jaringan internet dari Kamboja dan Davao (Filipina). Upaya lainnya, pemerintah melakukan take down 2,2 juta konten terindikasi judi online, serta menutup 6.000 rekening terkait judi online.
Selain itu, tegas Usman, untuk memutus demand judi online pemerintah berupaya melakukan penyuluhan kepada masyarakat dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan aparat agar masyarakat memahami bahaya judi online bagi kehidupan.
Komisioner KPAI, Jasra Putra menilai berdasarkan kriteria anak pada rentang usia 0-18 tahun, paparan judi online saat ini sudah menjangkau ratusan ribu anak.
Jumlah itu, tegas Jasra, sudah sangat mengkhawatirkan dan berharap satuan tugas pemberantasan judi online mampu melakukan pemberantasan, perlindungan, pengawasan dan pencegahan yang efektif terhadap meluasnya paparan judi online di masyarakat.
Menurut Jasra, tanggung jawab perlindungan anak juga berada pada negara dan pemerintah daerah yang harus memastikan terwujudnya generasi emas pada 2045.
Diakui Jasra, situasi perlindungan anak kita saat ini belum optimal pelaksanaannya sesuai regulasi yang ada. Sementara, tambah dia, kompleksitas kekerasan terhadap anak cenderung meningkat.
Kondisi tersebut, tegas dia, menyebabkan pemenuhan hak anak belum sepenuhnya terealisasi ditambah lagi dengan paparan judi online, narkoba dan pornografi.
Apalagi, tegas Jasra, saat ini sebagian anak kita diasuh oleh media sosial, sehingga perlu literasi digital dalam pengasuhan agar dapat mencegah, mengatasi potensi paparan judi online melalui ruang digital.
Dosen Ilmu Psikologi Universitas Tarumanagara, Debora Basaria berpendapat para pemangku kepentingan harus melakukan tindakan preventif agar kasus-kasus judi online tidak bertambah semakin banyak.
Debora berpendapat ada kecenderungan remaja berperilaku impulsif, bertindak tanpa rencana untuk mendapatkan pengalaman baru.
Bahkan, tambah dia, kalangan remaja saat ini juga ikut terlibat mempromosikan judi online, sehingga kegiatan judi online merupakan kegiatan yang tidak awam lagi bagi remaja.
Menurut Debora, sejumlah faktor yang memicu ketertarikan remaja terhadap judi online antara lain faktor individu, keluarga, dan lingkungan sosial.
Pengamat sosial UI, Devie Rahmawati berpendapat banyak hal yang menyebabkan orang terperosok ke judi online. Antara lain, tambah dia, selain mudah diakses, tampilannya berupa game dan uang yang dipertaruhkan dalam satu permainan relatif terjangkau.
"Sehingga orang yang semula tidak tertarik judi, malah jadi pemain judi online," ujar Devie. Apalagi, ujar dia, salah satu pintu masuk judi online adalah konten pornografi.
Di sejumlah negara, ungkap Devie, judi online dianggap bisnis yang legal. Dunia digital yang tidak mengenal batas negara, jelas dia, menjadi pintu masuk judi online yang sangat terbuka.
Sehingga, tegas Devie, bila dalam pemberantasan judi online hanya menggantungkan pada negara dan aparat, akan sulit untuk berhasil.
Keluarga, jelas dia, merupakan pintu utama masuknya judi online, sehingga anak usia 0-6 tahun seharusnya tidak boleh terpapar digital.
"Bila di setiap rumah bisa menutup rapat paparan judi online terhadap keluarga, Insya Allah masalah judi online akan bisa kita atasi sebagai sebuah bangsa, " pungkas Devie. *
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Pertanian tetap menjadi sektor terbesar untuk pekerja anak, menyumbang 61% dari semua kasus, diikuti oleh jasa (27%), seperti pekerjaan rumah tangga.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath mengatakan bidan merupakan inti dari sistem perawatan kesehatan primer, terutama bagi perempuan dan anak perempuan.
Program Sinergi Mengajar terbukti mampu menjawab isu-isu ketenagakerjaan yang sebelumnya cukup dominan di area tersebut.
Kesiapan SDM menjadi pilar utama dalam menjaga daya saing industri manufaktur Indonesia khususnya di tengah dinamika global yang tak menentu.
Perkembangan ekonomi digital nasional, khususnya di sektor jasa keuangan, perlu diimbangi dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan talenta-talenta digital yang terlibat di dalamnya.
LPP PHI dan STIAMI menjalin kerja sama pengembangan pendidikan. Hal ini mengingat tingginya kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang andal dan profesional di sektor perhotelan dan wisata.
KAMPUS berperan penting dalam mencetak lulusan yang berdaya saing. Karena itu, kemampuan berwirausaha dan profesionalisme harus ditanamkan pada mahasiswa sejak awal jenjang kuliah.
KETUA Umum Asosiasi Logistik Digital Economy Indonesia (ALDEI) Imam Sedayu Pusponegoro mengatakan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan industri logistik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved