Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengembangkan inovasi instalasi pengolahan air gambut (IPAG 60) agar air gambut bisa dikelola menjadi air layak minum. Profesor Bidang Teknik Lingkungan Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Ignasius Sutapa mengungkapkan, inisiasi tersebut telah dilakukan sejak tahun 2000-an.
“Itu merupakan sarana untuk mengolah air gambut yang sangat besar seperti di Sumatra, Kalimantan dan Papua,” kata Ignas dalam wawacara dengan Media Indonesia, Selasa (21/5).
Menurut Ignas, saat ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum bisa mengolah air gambut, air banjir maupun air payau untuk bisa menjadi air minum. Pasalnya, instalasi PDAM saat ini baru pada teknologi yang biasanya dipakai pada air baku standar. Sementara itu, air gambut dengan tingkat keasaman yang tinggi dan air banjir dengan tingkat sedimen yang tinggi perlu teknologi khusus.
Baca juga : El Nino, Pembasahan Lahan Gambut dengan Modifikasi Cuaca Digalakkan
Tanpa pemanfaatan teknologi, Ignas menilai akan ada gap yang tinggi terkait dengan pemenuhan air bersih di Indonesia. Pasalnya, banyak wilayah yang belum memiliki standar baku mutu air hingga mengalami krisisi air yang akhirnya akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Karenanya, BRIN terus mendukung berbagai riset terkait dengan pengelolaan air, salah satunya yakni dengan IPAG 60.
“Dengan itu, BRIN dan berbagai komponen yang ada, kita akan bisa mengolah hampir semua air baku yang ada di Indonesia. Air alami payau dan gabungan gambut, kita juga sudah bisa atasi dengan inovasi tertentu,” ucap dia.
Menurut Ignas, IPAG 60 kini sudah digunakan di berbagai tempat. Misalnya saja Kalimantan Tengah, di mana air bersih menjadi hal yang langka karena keterbatasan teknologi untuk pengelolaannya.
Ia menyatakan, krisis air merupakan ancaman bagi semua wilayah di dunia. Karenanya, dibutuhkan teknologi, serta kebijakan dalam penggunaan air. “Jangan kita semena-mena terhadap air. Kita perlu menggunakan air se-wise mungkin. Bagaimana kita mereduce, mereuse dan mericycle air, supaya keberlangsungan air tetap terjaga,” pungkas Ignas.
Kolaborasi antara IPB University dengan Kyoto University bertujuan meningkatkan peran masyarakat sebagai ujung tombak dalam penuntasan masalah gambut yang masih berkelindan di tanah air,
Kubah gambut merupakan sumber air yang sangat penting bagi kesehatan tanah di sekitarnya, terutama saat musim kemarau.
Buruknya perlakuan terhadap ekosistem gambut pun menyebabkan kerentanan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ikut meningkat.
Delegasi Hakim Lingkungan Hidup Tiongkok mengunjungi Indonesia, audensi terkait ekosistem gambut dan mangrove, upaya rehabilitasi dan penanganan hukum dalam kasus perusakan hutan.
Juru Kampanye Pantau Gambut Abil Salsabila memaparkan sejumlah temuan terkait kondisi gambut di Tanah Air.
Kerja sama ini dilakukan menyusul adanya pilot project restorasi dan pengelolaan ekosistem gambut di Kalimantan Tengah.
Pemerintah mengusung empat strategi utama: pencegahan deforestasi, pengelolaan hutan lestari, perlindungan ekosistem gambut, dan rehabilitasi hutan dan lahan.
Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan memerlukan komitmen dan kerja sama antar pemangku kepentingan untuk melaksanakan rencana intervensi secara efektif,
Sudah sejak sepekan terakhir upaya pembasahan gambut dilakukan tim Satgas Karhutla, menyusul mulai terbakarnya area gambut di sekitar bandara dan hutan lindung Liang Anggang
KEBAKARAN hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Kalimantan Selatan terus terjadi dan mulai merambah areal lahan gambut di sejumlah daerah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved