Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ORANGTUA memegang peranan penting terhadap literasi digital pada anak, tak hanya mendampingi tapi juga membimbing penggunaan internet pada anak. Pada Era Digital penggunaan internet tak dapat lepas dari setiap aspek kehidupan, terlebih untuk pengasuhan anak.
Pada kesempatan talk show yang dihadiri Selebritis Andien Aisyah dan Spesialis Anak, dr William Jayadi Iskandar di Hotel Mega Anggrek, Ibu-ibu masa kini berbagi pengalaman dan pembelajaran agar memiliki literasi digital yang mumpuni dan mudah diterapkan pada pola pengasuhan anak.
Masih bagian dari rangkaian kegiatan Obral Obrol Literasi Digital, kali ini Kementerian Kominfo bersama Komunitas Birthday Club, menyelenggarakan talk show dengan tema Petwoalangan Aprlittle: Kasih Literasi Digital Ibu Kepada Beta, Sabtu (18/5).
Baca juga : Orangtua Diminta Tingkatkan Literasi Digital
Tumbuh kembang anak saat ini, sangat terpengaruh dengan dunia digital. Karena itu, orang tua harus bijaksana dalam mengenalkan gawai pada anak. Jika tidak maka stimulasi tumbuh kembang anak akan terpengaruh, dan bisa memiliki dampak tidak baik.
Spesialis Anak, dr William Jayadi Iskandar mengungkapkan bahwa seribu hari pertama kehidupan anak akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan saat dewasa nanti. Karena pada tahun-tahun pertama perkembangan anak, 80% otak anak sudah terbentuk dan mulai merekam informasi yang mereka peroleh.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengungkapkan bahwa 98% anak usia 6-12 tahun sudah menggunakan gawai, dan rata-rata anak menggunakan gawia per hari selama 6 jam 45 menit untuk nonton video, memakai aplikasi game, dan menggunakan media sosial.
Baca juga : Orangtua Diharap Pahami Digital Parenting
Lalu, dr William menekankan agar orang tua memahami faktor risiko penggunaan gawai pada anak dan harus menetapkan batasan penggunaan gawai dan internet.
"Batasi screen time. Dari Organisasi Profesi Dokter Anak sudah menetapkan batasan screen time untuk anak. Misalkan anak umur dibawah 2 tahun, tidak boleh sama sekali kecuali video call. Antara 2-5 Tahun maksimal 1 jam per hari. Anak diatas 5 tahun maksimal 2 jam per hari", ujar William.
Sebagai ibu 2 orang anak, Andien Aisyah merasakan manfaat internet memberikan kemudahan pada anak dalam mengakses pengetahuan. Meski demikian, Andien juga menyadari risiko penggunaan internet, bahwa seakan internet mengakomodir rasa ingin tahu tapi seringnya justru mendistraksi, dan menggiring pada penelusuran informasi pada topik random.
Baca juga : Orangtua Wajib Lindungi Anak dari Kejahatan Siber
"Tapi saya yakin di antara semuanya nomor satu adalah komunikasi dengan anak. Jika komunikasi diluar dunia digital baik makan di dunia digital juga kan baik,” terang Andien.
Menurut Andien model pengasuhan di dunia yang penuh distraksi seperti saat ini adalah secara demokratis, dimana anak diajak bermusyawarah dan bisa ngobrol dengan asyik dan menerapkan hal yang sama-sama enak.
Bahkan, saat anak marah maka orang tua sebaiknya mengidentifikasi sebab anak marah dan menerapkan kesepakatan terhadap anak saat menggunakan gawai.
Untuk mencegah kecanduan gawai pada anak, Kementerian Kesehatan menyarankan pada orang tua untuk meluangkan waktu lebih banyak dengan anak dan memiliki inisiatif melakukan aktivitas yang menstimulus anak melakukan kegiatan menarik seperti bermain boneka atau petak umpet.
Agar terhindar dari kecanduan gadget, orang tua juga harus bijak dengan tidak menggunakan gawai sebagai pengasuh kedua atau sarana untuk mengalihkan perhatian untuk anak saat sibuk. Alih-alih menggunakan gadget untuk menarik perhatian anak, orang tua juga disarankan untuk aktif menanyakan kegiatan apa yang ingin dilakukan dengan orang tuanya. (Z-6)
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Melatonin merupakan hormon yang bikin mengantuk hingga seseorang akhirnya bisa tertidur.
Kondisi ini dikenal sebagai gadget neck, yaitu nyeri yang muncul karena posisi kepala menunduk terlalu lama, seperti saat menatap layar ponsel atau laptop.
Autisme virtual menyebabkan anak mengalami kesulitan komunikasi sosial, perilaku repetitif, dan perilaku yang tidak lazim.
PP Tunas tidak melarang penggunaan gawai. Namun, PP mengatur produk, layanan, dan fitur (PLF) yang diakses anak harus sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Orangtua perlu memberikan contoh kepada anak dan menjelaskan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi.
Instansi pendidikan berperan dalam menyediakan ruang aman bagi anak untuk dapat mengembangkan diri dan meningkatkan pengetahuan.
Meski berguna untuk hal positif seperti belajar jarak jauh, ponsel ini juga kerap menjadi pintu masuk untuk berbagai masalah terkait dengan era digital ini.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved