Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
DIREKTUR Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu menegaskan tidak ada hubungan antara penyebaran nyamuk ber-wolbachia atau nyamuk wolbachia dengan tingkat keganasan nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD).
Karakteristik nyamuk Aedes aegypti di daerah yang telah disebarkan maupun belum disebarkan nyamuk wolbachia tetap sama. Tanda dan gejala orang yang terkena DBD akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti juga sama. Seperti demam tinggi yang diikuti nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, mimisan, dan gusi berdarah.
"Secara keseluruhan karakteristik dan gejalanya sama. Bahkan, tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes aegypti sebelum dan setelah wolbachia dilepaskan," kata Maxi, Selasa (2/4).
Baca juga : Beda dengan Sri Lanka, Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Indonesia Lebih Efektif dan Aman
Hingga kini, penyebaran nyamuk wolbachia telah dilaksanakan di 5 kota, yakni Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat. Penetapan kelima wilayah tersebut mempertimbangkan kesiapan stakeholder dan masyarakat setempat.
Semarang menjadi lokasi pertama yang melaksanakan penyebaran nyamuk wolbachia, diikutin Kota Bontang dan Kota Kupang. Sampai saat ini, pelaksanaan tersebut belum menyeluruh di semua wilayah. Di Kota Semarang, penyebaran nyamuk wolbachia dilakukan di 4 kecamatan, Kota Bontang di 3 kecamatan dan Kota Kupang di 1 kecamatan.
Sementara itu, untuk wilayah Bandung, penyebaran nyamuk wolbachia baru dilakukan di 1 kelurahan, yakni Pesanggrahan, Kecamatan Ujung Berung. Di Jakarta Barat juga penyebaran nyamuk wolbachia hingga kini belum dilaksanakan.
Baca juga : Bali Tolak Program Penyebaran 200 Juta Telur Nyamuk Wolbachia
"Hasil monitoring bersama antara Kemenkes dan dinas kesehatan di 5 kota tersebut menunjukkan setelah pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia, konsentrasi nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang ada di alam berada di kisaran 20 persen," ungkapnya.
Angka tersebut masih berada di bawah persentase nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang idealnya mencapai 60% di alam.
"Setelah populasinya mencapai 60%, pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia akan ditarik kembali dan hasil penurunan kasus dengue baru akan mulai terlihat setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun dan seterusnya seperti implementasi yang dilakukan di Kota Yogyakarta," pungkasnya.
(Z-9)
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
DOKTER spesialis penyakit dalam dr. Dirga Sakti Rambe menyebut terdapat penjelasan mengapa kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sulit sekali dihentikan.
Virus ini dapat masuk ke tubuh manusia lewat perantara nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus.
Masyarakat diminta melakukan tindakan 3M, dengan membersihkan wadah-wadah yang bisa menampung genangan air bersih sebagai tempat nyamuk bersarang.
PAFI Kalteng mendorong pemerintah daerah dan dinas kesehatan setempat untuk melakukan pemetaan ulang terhadap kebutuhan obat-obatan DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) memang disebabkan oleh dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti, namun ternyata bukan hanya itu penyebabnya.
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, pencegahan agar nyamuk tidak berkembang biak dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 3M Plus dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
MUSIM kemarau basah merupakan kondisi yang memungkinkan timbul dan merebaknya berbagai penyakit. Di antaranya seperti demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis.
Sejumlah faktor turut memperparah penyebaran penyakit DBD yakni tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) melaporkan hingga 2 Juni 2025 terdapat 277 kasus kematian akibat DBD dari 63.014 kasus incidence rate dari berbagai daerah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved