Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kemenkes Tegaskan Tak Ada Korelasi Keganasan DBD dengan Nyamuk Wolbachia

M. Iqbal Al Machmudi
02/4/2024 14:55
Kemenkes Tegaskan Tak Ada Korelasi Keganasan DBD dengan Nyamuk Wolbachia
Petugas menunjukkan sampel nyamuk aedes aegypti yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia.(Dok. Antara)

DIREKTUR Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu menegaskan tidak ada hubungan antara penyebaran nyamuk ber-wolbachia atau nyamuk wolbachia dengan tingkat keganasan nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD).

Karakteristik nyamuk Aedes aegypti di daerah yang telah disebarkan maupun belum disebarkan nyamuk wolbachia tetap sama. Tanda dan gejala orang yang terkena DBD akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti juga sama. Seperti demam tinggi yang diikuti nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, mimisan, dan gusi berdarah.

"Secara keseluruhan karakteristik dan gejalanya sama. Bahkan, tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes aegypti sebelum dan setelah wolbachia dilepaskan," kata Maxi, Selasa (2/4).

Baca juga : Beda dengan Sri Lanka, Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Indonesia Lebih Efektif dan Aman

Hingga kini, penyebaran nyamuk wolbachia telah dilaksanakan di 5 kota, yakni Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat. Penetapan kelima wilayah tersebut mempertimbangkan kesiapan stakeholder dan masyarakat setempat.

Semarang menjadi lokasi pertama yang melaksanakan penyebaran nyamuk wolbachia, diikutin Kota Bontang dan Kota Kupang. Sampai saat ini, pelaksanaan tersebut belum menyeluruh di semua wilayah. Di Kota Semarang, penyebaran nyamuk wolbachia dilakukan di 4 kecamatan, Kota Bontang di 3 kecamatan dan Kota Kupang di 1 kecamatan.

Sementara itu, untuk wilayah Bandung, penyebaran nyamuk wolbachia baru dilakukan di 1 kelurahan, yakni Pesanggrahan, Kecamatan Ujung Berung. Di Jakarta Barat juga penyebaran nyamuk wolbachia hingga kini belum dilaksanakan.

Baca juga : Bali Tolak Program Penyebaran 200 Juta Telur Nyamuk Wolbachia

"Hasil monitoring bersama antara Kemenkes dan dinas kesehatan di 5 kota tersebut menunjukkan setelah pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia, konsentrasi nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang ada di alam berada di kisaran 20 persen," ungkapnya.

Angka tersebut masih berada di bawah persentase nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang idealnya mencapai 60% di alam.

"Setelah populasinya mencapai 60%, pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia akan ditarik kembali dan hasil penurunan kasus dengue baru akan mulai terlihat setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun dan seterusnya seperti implementasi yang dilakukan di Kota Yogyakarta," pungkasnya.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya