Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Waspada, Anak Usia 5-14 Tahun Terbanyak Kena Demam Berdarah

Despian Nurhidayat
27/3/2024 15:53
Waspada, Anak Usia 5-14 Tahun Terbanyak Kena Demam Berdarah
(MI)

PENYEBARAN penyakit demam bedarah saat ini mulai banyak terjadi karena musim penghujan yang masih belum mereda. Banyak korban berjatuhan dan yang paling perlu diwaspadai ialah anak-anak.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi mengatakan bahwa anak usia 5-14 tahun memang paling banyak yang kena demam berdarah. "Maka dari itu, upaya untuk meminimalisasi ini ada beberapa hal, di antaranya memperkuat pemberantasan sarang nyamuk, perkuat gerakan 3M (menguras, menutup, menimbun) dan juru pantau jentik setiap rumah," ungkapnya kepada Media Indonesia, Rabu (27/3).

Lebih lanjut, masyarakat juga diminta untuk memperluas lokasi intervensi teknologi nyamuk Wolbachia, meningkatkan daya tahan tubuh, serta melakukan vaksinasi dengue.

Baca juga : Pakar UGM: Nyamuk Wolbachia Aman dan Bukan Hasil Rekayasa Genetik

Secara terpisah, anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. R. Mahesa Suryanagara mengatakan virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti ini cukup unik. Pasalnya virus tersebut terbagi menjadi empat serotypes (jenis) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

"Seseorang yang sebelumnya terkena DBD oleh salah satu serotypes mungkin sudah mendapat kekebalan (imunitas), tetapi ketika terjangkit virus DBD serotypes yang lain akan mengalami gejala DBD kembali. Bahkan jika imunitasnya menurun, gejala akan lebih berat dari sebelumnya," kata dr. Mahesa.

Menurutnya, beberapa hal yang menjadi penyebab penularan virus oleh nyamuk tersebut bisa terus terjadi antara lain lingkungan yang menyediakan media perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti seperti genangan air, dan pembukaan area baru yang mengusik habitat nyamuk itu, seperti pembukaan lahan, atau pembangunan di area baru.

Oleh karena itu, ia menekankan selain langkah pencegahan DBD dengan gerakan 3M serta penggunaan tablet Abate yang dibagikan oleh kader jumantik (juru pemantau jentik), terdapat langkah pencegahan DBD dengan menggunakan vaksin DBD. "Namun karena vaksin ini masih bersifat voluntary dan berbayar, sehingga cakupannya tidak seluas jika program vaksinasi DBD dijadikan program vaksinasi nasional," tandasnya. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya