Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Di Tahun 2023, Emisi dari Karhutla Turun 69,75 Persen Dibanding Tahun 2019

Media Indonesia
20/2/2024 08:19
Di Tahun 2023, Emisi dari Karhutla Turun 69,75 Persen Dibanding Tahun 2019
Persiapan operasi operasi (Teknologi Modifikasi Cuaca) untuk mengatasi dan mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di sejumlha dearah.(Ist)

DIREKTUR Jenderal (Dirjen) Pengendalian Perubahan Iklim (PPI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Laksmi Dhewanthi mengungkapkan, berdasarkan data pemantauan hotspot di provinsi rawan karhutla dari tahun 2019 - 2023, El Nino menjadi salah satu faktor yang berdampak signifikan.

Berdasarkan data KLHK, di tahun 2023 dengan kondisi El Nino, emisi gas rumah kaca mengalami penurunan sebesar 69,74% jika dibandingkan dengan tahun 2019. 

“Pemantauan hotspot dari 1 Januari sampai dengan 15 Februari 2024 dibandingkan dengan 2023 pada periode yang sama terjadi kenaikan jumlah hotspot sebanyak 29 titik bila dibandingkan dengan 2023," ujar Laksmi ketika  memberikan paparan dalam Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Karhutla 2024 yang dipimpin Menteri LHK, Siti Nurbaya baru-baru ini.

Baca juga : Hadapi Karhutla 2023, Ini Strategi Pemerintah

"Rencana pencegahan karhutla di tahun 2024 patroli terpadu akan dilaksanakan di 340 desa,” ujar Laksmi.

Lebih lanjut Laksmi mengatakan, kegiatan pemadaman darat yang dilakukan pada tahun 2023 dilakukan sebanyak 3.946 untuk luas areal terbakar kurang lebih 27.546 hektare dan intensitas pemadaman tertinggi terjadi di Kalimantan Barat (Kalbar) dengan kegiatan pemadaman sebanyak 956 kali di tahun 2023.

Ia menyebutkan, rencana operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sebagai upaya pencegahan akan dilaksanakan di enam provinsi rawan karhutla yaitu di Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan dengan total durasi pelaksanaan 143 hari. 

Baca juga : Pengendalian Deforestasi dan Karhutla di Indonesia

"Jadi, pelaksanaannya nanti melibatkan seluruh instansi terkait meliput KLHK, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN),  Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan mitra kerja swasta,” kata Laksmi.

Sementara itu Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono menegaskan lembaga yang dipimpinnya dan instansi terkait, siap melaksanakan upaya untuk mencegah karhutla.

Dalam Rakor Teknis Karhutla  yang diikuti sejumlah Lembaga terkait yang selama ini membantu penanganan karhutla itu, Hartono mengungkapkan, pasc -kebakaran hutan dan lahan tahun 2015, pemerintah mengupayakan penguatan regulasi untuk memperbaiki upaya-upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

Baca juga : KLHK Pastikan Pemegang Izin Konsesi Wajib Kendalikan Karhutla

BRGM dibentuk untuk mendukung upaya yang dilakukan Kementerian/Lembaga terkait terutama dalam mempercepat restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove di provinsi target. 

Hingga tahun 2023, lanjut Hartono, BRGM telah memasang 168 alat pemantau tinggi muka air lahan gambut di 7 provinsi rawan.

BRGM juga telah membangun Sipalaga, sebuah sistem informasi untuk memantau kondisi hidrologis lahan gambut, khususnya tinggi muka air, secara periodik dan sistematis untuk memprediksi kerawanan karhutla di suatu wilayah sehingga dapat mendukung penentuan lokasi operasi TMC agar lebih tepat dan objektif.

Baca juga : Januari-Juni 2023 Luas Karhutla 16.637 Hektare, KLHK : Turun Dibanding Tahun 2022

Pada tahun 2023, BRGM juga telah mendukung pelaksanaan operasi TMC di 6 provinsi yaitu di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan dengan total durasi 59 hari.

Curah Hujan Rendah di Sejumlah Daerah Juni - Agustus 2024

Sementara Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab mengatakan,  berdasarkan analisis dan prediksi ENSO dan IOD, El Nino Moderat masih bertahan di Bulan Januari 2024.

Baca juga : Patroli Cegah Karhutla di Riau Berfokus di Area Konservasi

Indeks ENSO diprediksi turun secara perlahan menuju Netral pada Bulan April 2024. Sementara itu, IOD Netral diprediksi terus bertahan pada Semester I 2024.

Berdasarkan jumlah Zona Musim, sebanyak 76% wilayah Indonesia masih mengalami musim hujan, sebagian mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) Sangat Pendek (1-5 hari).

Namun, masih terdapat HTH sangat panjang tercatat selama 42 hari di Pos Jangka, Kabupaten Bireuen, Aceh.

Baca juga : Antisipasi Karhutla, KLHK Andalkan Modifikasi Cuaca dan Kerahkan Manggala Agni

Pada periode Juni - Agustus 2024, curah hujan rendah sudah mulai terjadi di Nusa Tenggara, Bali, Jawa, Sumatera, dan sebagian besar Kalimantan.

Potensi karhutla berdasarkan kondisi iklim berpotensi terjadi di Riau pada Bulan Februari dan pada musim kemarau kedua (Juni - Juli 2024).

Pada bulan Agustus 2024, umumnya pada kriteria menengah dan tinggi berpotensi terjadi di Sumatera Selatan, utara Lampung, sebagian besar Jawa dan Nusa Tenggara, serta Nusa Tenggara Timur dan Papua.

Baca juga : TMC Pencegahan Karhutla Pada 2024 Dimulai Februari

Sedangkan Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Fajar Setyawan mengatakan, persiapan Rencana Operasional Kedaruratan Bencana Dalkarhutla, bahwasanya refleksi Tahun 2023 jumlah total bencana yang ditangani oleh BNPB itu 5.400 kali.

"Sehingga kalau dibagi 364 hari rata-rata per hari 15 kali bencana dengan bermacam bencana yang mendominasi adalah bencana karhutla sebanyak 2.051 kali kejadian," jelas Fajar.

Sehingga pada tahun 2023, porsi yang paling masif penanganan yaitu kebakaran hutan dan lahan. (S-4)

Baca juga : Masuk Musim Kemarau, Sejumlah Wilayah Mulai Rawan Karhutla

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya