Headline

Putusan MK harus jadi panduan dalam revisi UU Pemilu.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

BRIN Kucurkan Dana Riset Rp700 Miliar untuk Masyarakat Umum

Devi Harahap
06/2/2024 21:05
BRIN Kucurkan Dana Riset Rp700 Miliar untuk Masyarakat Umum
Ilustrasi. Periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengoperasikan alat pendeteksi suhu bawah permukaan panas bumi (geothermal).(ANTARA/AHMAD MUZDAFFAR FAUZAN)

BADAN riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2024 ini membuka delapan skema pendanaan riset sebagai bentuk dukungan untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mencapai Indonesia Emas 2045.

Berbeda dengan tahun sebelumnya yang dibatasi oleh waktu, tahun ini pendanaan riset bagi para akan dibuka sepanjang tahun sehingga peneliti diberikan keleluasaan untuk melakukan submit proposal.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa pihaknya melalui Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi, Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi mempunyai fungsi sebagai funding agency dalam pelaksanaan riset dan inovasi di Indonesia, bukan hanya untuk peneliti BRIN namun dapat diakses oleh untuk masyarakat umum seperti akademisi, start-up, maupun industri.

Baca juga : Resmikan Animalium BRIN, Megawati Harap Riset RI Lebih Terstruktur

“Hal ini bertujuan agar industri bisa masuk ke proses aktivitas produk development yang berbasis riset tanpa harus memiliki riset. Caranya para peneliti dari berbagai lembaga bisa memakai fasilitas di BRIN dan berkolaborasi dengan peneliti BRIN. Dalam hal ini, peneliti BRIN tetap menjadi tulang punggung bagi perbaikan ekosistem riset di Indonesia,” ujarnya pada acara ‘Launching Skema Pendanaan dan Fasilitasi Riset dan Inovasi Tahun 2024’ di Jakarta pada Selasa (6/1).

Sementara itu, Plt. Deputi Bidang Fasilitas BRIN Agus Haryono menjelaskan bahwa komitmen tersebut dapat dilihat dari alokasi anggaran riset tahun 2024 yang mencapai hampir Rp700 miliar, angka ini naik sekitar Rp400 miliar dari tahun 2022-2023 Rp365 miliar untuk mendanai 1.500 judul riset dengan jangka waktu penelitian 1-3 tahun. Melalui aktivitas tersebut, BRIN mampu menghasilkan 712 publikasi internasional, 144 paten, dan 173 prototipe.

“Alokasi anggaran riset dan inovasi tersebut diberikan melalui berbagai skema pendanaan riset. Sesuai Perpres No.111 tahun 2021, anggaran riset BRIN bersumber dari dana abadi LPDP. Tahun ini jumlahnya sekitar hampir 700 miliar sehingga BRIN sangat menunggu proposal para peneliti di seluruh Indonesia,” jelasnya.

Baca juga : Kepala BRIN Dorong Kebebasan Peneliti, tetapi tidak Serampangan

Lebih lanjut, Agus memaparkan bahwa geliat penelitian di Indonesia selama dua tahun belakangan justru mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya durasi submit proposal yang terbatas hingga minimnya reviewer proposal.

“Tahun 2022 proposal yang masuk sekitar 6 ribu proposal, tetapi pada 2023 justru berkurang kurang menjadi 5 ribu proposal. Oleh karena salah satu indikator kinerja BRIN adalah jumlah proposal yang masuk, maka jika proposal yang masuk tidak memenuhi kuantitas yang ada artinya menjadi suatu tolak ukur ketidakberhasilan dalam membuat penelitian ini maju. Lewat skema baru ini diharapkan bisa meningkatkan gairah penelitian,” katanya.

Melalui data yang terekam dalam penelitian BRIN, peneliti yang mendapatkan dana masih didominasi pada wilayah Pulau Jawa dan Sumatera. Kendati penelitian yang masuk mengalami kemajuan di beberapa wilayah, namun pemerataan ini belum terjadi khususnya pada wilayah Indonesia Timur.

Baca juga : Indofood Berikan Dana Riset Kepada 64 Mahasiswa S1

“Melalui data tercatat ada sekitar 1014 peneliti di pulau Jawa yang mendapatkan dana, disusul Pulau Sumatera sebanyak 104 peneliti, kemudian Sulawesi sebanyak 59 peneliti, Nusa Tenggara sebanyak 18 peneliti, Kalimantan sebanyak 15 peneliti, Bali sebanyak 7 peneliti, sedangkan wilayah Maluku dan Papua sekitar 7 peneliti. Semoga tahun ini para peneliti yang bekerjasama dengan BRIN akan lebih banyak lagi,” tuturnya.

Delapan skema

Direktur Pendanaan Riset dan Inovasi BRIN Ajeng Arum Sari mengatakan bahwa 8 skema pendanaan riset yang diluncurkan di tahun 2024 terdiri dari Pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Kompetisi, RIIM Ekspedisi, RIIM Start-Up, RIIM Invitasi, RIIM Kolaborasi, Pusat Kolaborasi Riset (PKR), Pengujian Produk Inovasi Kesehatan, dan Pengujian Produk Inovasi Pertanian.

Baca juga : UP Terima Matching Fund Kedaireka 2022 dari Kemendikbud-Ristek

“Kegiatan launching ini sekaligus menandai penerimaan proposal atau Call for Proposal bagi skema-skema pendanaan tersebut. Hal yang membedakan dengan tahun lalu adalah skema-skema ini akan dibuka sepanjang tahun,” kata Ajeng.

Menunurt Ajeng, skema pendanaan riset dan inovasi BRIN tahun ini jauh lebih fleksibel dan mudah diakses sehingga tidak akan memberatkan para peneliti baik dari segi waktu, skema hingga monitoring dan evaluasi proposal. Diharapkan, para peneliti bisa mengajukan proposal yang berkualitas tanpa dibatasi masalah teknis.

“Tahun lalu, kami melakukan monev kepada tim peneliti atau pengusul proposal dan tidak ada sarana bertanya secara reguler. Tetapi pada tahun ini, kami hanya lakukan monev kepada kepala lembaga atau instansi pengusung dalam hal ini organisasi risetnya atau lembaga penelitian dalam hal ini LPM, lalu akan dibuka jadwal coaching clinic/sarana bertanya secara reguler,” ungkapnya.

Baca juga : PIRN XX Buka Kesempatan Mahasiswa Dapat Pendanaan Riset Tugas Akhir

Ajeng menyebutkan, masing-masing skema pendanaan memiliki persyaratan berbeda. Pendanaan RIIM Kompetisi misalnya, merupakan sebuah pendanaan riset untuk mencari kebaruan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berpotensi dikembangkan lebih lanjut.

“Pendanaan RIIM kompetisi ini menerima semua bidang, baik dari science, engineering, sosial dan humaniora, tata kelola pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat. Kecuali bidang-bidang yang sudah masuk ke dalam tema di skema RIIM Ekspedisi atau RIIM Invitasi Strategis,” jelasnya.

Ada pula RIIM Ekspedisi yang merupakan pendanaan riset untuk menghasilkan data dan/atau koleksi ilmiah dalam rangkaian penjelajahan dan penyelidikan lapangan secara ilmiah untuk mendapatkan rekaman data dan/ atau koleksi ilmiah. Tema yang dibuka pada RIIM Ekspedisi Gelombang Dua adalah Ekspedisi dan Eksplorasi Keragaman Masyarakat dan Budaya Indonesia.

Baca juga : Perdebatan Terkait BRIN Akibat ‘Kebutaan Ilmiah’

“Tema ini mencakup ekspedisi dan eksplorasi terkait agama, etnisitas, seni, tradisi, pengetahuan lokal, bahasa, sastra, dan arkeologi dan yang relevan dan terdapat di wilayah Indonesia sesuai dengan tema yang telah ditentukan,” ungkapnya.

Selain itu, pendanaan riset dan inovasi untuk RIIM juga menjangkau ke pembiayaan untuk calon perusahaan startup/ rintisan berbasis hasil riset BRIN atau hasil riset masyarakat yang disalurkan melalui skema RIIM Start-Up. Dalam hal ini, Ajeng mengatakan bahwa BRIN akan menanggung resiko-resiko pengujian produk yang selama ini menjadi tantangan bagi peneliti.

“Penulis seharusnya mendapatkan kekayaan intelektual dan sudah sewajarnya mengkomersialisasikan produk risetnya, tetapi terkadang para peneliti terkendala pada tahap pengujian lebih lanjut karena mahal dan waktunya lama. Ada resiko kegagalan yang terkadang tidak mau ditanggung oleh mitra industri, sehingga BRIN siap untuk menanggung resiko-resiko yang mungkin timbul saat pengujian produk inovasi,” jelasnya

Baca juga : Riset Indonesia Sulit Maju Jika Dilakukan Pendekatan Kekuasaan

Lebih lanjut, Ajeng menurunkan terkait pengujian produk, BRIN juga meluncurkan skema Pengujian Produk Inovasi Pertanian yang merupakan program untuk pengujian produk inovasi pertanian, peternakan, dan perikanan. Ada pula pengujian penelitian untuk Inovasi Kesehatan seperti obat, vaksin, dan lainnya.

“Skema Pengujian Produk Inovasi Kesehatan merupakan skema pengujian dari BRIN sebagai penanggung jawab skema dan sponsor bersama industri pengusul untuk melakukan pelaksanaan pengujian praklinik atau uji klinik atas kandidat produk inovasi kesehatan yang akan diedarkan. Pengusul skema pengujian ini adalah industri yang memanfaatkan hasil riset inventor,” ungkapnya.

Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan skema pendanaan RIIM Invitasi yang diberikan kepada institusi atau lembaga riset baik pemerintah maupun non pemerintah dengan tema peneliti. yang ditentukan oleh penyelenggara RIIM Invitasi maupun usulan dari kementerian/lembaga/badan usaha.

Baca juga : Perkuat Industri Laut, BRIN Resmikan Fasilitas Riset BBIL di Lombok

Sementara bagi peneliti nasional atau internasional yang bekerja sama dengan BRIN untuk meningkatkan kolaborasi riset nasional, bisa memanfaatkan skema RIIM Kolaborasi yang merupakan implementasi dari target BRIN sebagai platform kerja sama nasional dan global yang inklusif dan kolaboratif.

Pada kesempatan yang sama, Kepala OR Hayati dan Lingkungan BRIN, Iman Hidayat menjelaskan saat ini pengguna pendanaan riset BRIN pun masih didominasi oleh perguruan tinggi. Dia juga menyoroti pentingnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam peningkatan pembangunan.

“Tanpa SDM yang kuat dan berkualitas, kita tidak mungkin bisa menghasilkan kontribusi bagi pembangunan. Saat ini 70% kunci pemajuan pembangunan ada pada faktor SDM, walaupun pendanaan dan infrastruktur sangat penting, tapi yang paling dominan adalah SDM unggul,” tandasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya