Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Nyamuk Wolbachia, Inovasi Efektif tetapi bukan Solusi Satu-Satunya

Hanif Rahadian, Litbang Media Indonesia
29/11/2023 11:47
Nyamuk Wolbachia, Inovasi Efektif tetapi bukan Solusi Satu-Satunya
Cegah DBD, Kilang Pertamina Plaju Semprot Fogging di Desa Sungai Rebo.(MI/Dewi Apriani)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi Indonesia akan memasuki musim hujan pada November 2023. Artinya, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap terjadinya perubahan cuaca ekstrem, bencana banjir, sampai penyebaran beberapa penyakit-penyakit tertentu, seperti penyakit demam berdarah.

Demam berdarah merupakan penyakit yang dipicu virus Dengue dan disebarkan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini umum terjadi di negara beriklim tropis seperti Indonesia. 

Pada saat musim hujan, jumlah kasus demam berdarah berpotensi naik. Tingkat penyebaran di Indonesia bahkan termasuk yang tertinggi di negara-negara Asia Tenggara.

Baca juga: Menkes: Peningkatan Kasus DBD Ikuti Pola El Nino

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat kasus demam berdarah di Indonesia sepanjang Januari hingga Oktober 2023 telah mencapai 68.999 kasus dengan 498 kematian yang turut menyertai. 

 

Jumlah kasus-kasus ini tersebar di 464 kabupaten/kota di 34 provinsi. Sementara itu, jumlah kematian akibat DBD di Indonesia tersebar di 195 kabupaten/kota di 32 provinsi.

Sebagai upaya penanggulangan wabah demam berdarah, pemerintah Indonesia, melalui Kemenkes, disebut menyiapkan strategi khusus dengan memanfaatkan penggunaan teknologi nyamuk Wolbachia, inovasi yang dikembangkan organisasi World Mosquito Program (WMP) yang berasal dari Monash University serta didanai filantropis Bill Gates.

Baca juga: Empat Warga Cianjur Meninggal Dunia akibat DBD

Mengenal nyamuk Wolbachia

Nyamuk Wolbachia sendiri merupakan nyamuk Aedes aegypti yang sudah diinfeksi dengan bakteri Wolbachia, bakteri yang umum ditemukan pada serangga, kupu-kupu, lebah, serta kumbang. 

Bakteri ini disebut tidak dapat membuat manusia atau hewan seperti ikan, burung maupun hewan peliharaan menjadi sakit. Proses infeksi Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti dilakukan saat nyamuk-nyamuk tersebut masih berbentuk telur.

Tujuan menjangkiti nyamuk Aedes aegypti dengan bakteri Wolbachia ialah menghambat replikasi virus Dengue yang ada pada tubuh nyamuk sehingga virus tersebut tidak menularkan penyakit dengue, zika, maupun chikungunya. 

Dengan kata lain, bakteri ini melumpuhkan virus Dengue yang ada di dalam tubuh Aedes aegypti. 

Bilamana nantinya nyamuk berkelamin jantan kawin dengan nyamuk betina, virus Dengue yang terdapat dalam tubuh nyamuk betina akan terblok. Kemudian, apabila nyamuk betina yang terinfeksi bakteri Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang tidak terinfeksi, seluruh telur nyamuk akan mengandung bakteri Wolbachia.

Uji coba di Yogyakarta

Efektivitas nyamuk Wolbachia sudah diteliti di Yogyakarta. Penelitian dilakukan WMP pada 2011 dengan dukungan dari filantropi yayasan Tahija. 

Penelitian terbagi atas dua fase utama, yaitu persiapan serta pelepasan nyamuk Aedes aegypti dengan Wolbachia dalam skala terbatas pada rentan waktu 2011 hingga 2015. Kemudian pada 2022, uji coba penyebaran nyamuk Wolbachia dilakukan di Kota Yogyakarta serta Kabupaten Bantul. 

Hasil uji coba yang dilakukan di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul menunjukkan hasil yang cukup baik. Menurut laman resmi Kemenkes, hasil penelitian menyebutkan lokasi yang disebar nyamuk Wolbachia terbukti mampu menekan angka kasus demam berdarah hingga 77%, serta menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86%. 

Berdasarkan hasil penelitian dan uji coba ini Wolbachia kemudian menjadi pilihan pemerintah Indonesia untuk mengatasi persoalan demam berdarah di banyak kota di Indonesia, serta menjadikannya inovasi strategi pengendalian yang termasuk dalam program Strategi Nasional (Stranas). 

Kemenkes juga menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan No 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraaan Pilot Project Penanggulangan Dengue melalui Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan DBD. Pilot project ini akan dilaksanakan di lima kota berbeda, yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, serta Bontang.

Dinyatakan aman dan digunakan berbagai negara

Nyamuk ber-wolbachia diklaim aman untuk digunakan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US CDC) menyebutkan tidak ada data yang menunjukkan bakteri Wolbachia dapat menyebabkan kerusakan pada manusia, hewan, serta lingkungan.

Laman resmi dari situs WMP turut menyebutkan berdasarkan proses dari tiga penilaian risiko yang dilakukan secara independen, metode Wolbachia dinyatakan aman. Hasil penilaian-penilaian tersebut menyimpulkan adanya risiko yang dapat diabaikan terkait pelepasan nyamuk Wolbachia. 

Klaim WMP juga sudah diamini Kemenkes RI. Hasil asesmen risiko keamanan Wolbachia yang dilakukan Kemenkes menunjukkan teknologi Wolbachia masuk pada risiko rendah, yaitu peluang peningkatan bahaya oleh teknologi Wolbachia dalam 30 tahun ke depan disebut dapat diabaikan. 

Kemenkes juga menegaskan nyamuk Wolbachia bukanlah hasil rekayasa genetik sehingga tidak berbahaya bagi manusia sekaligus memastikan program penyebaran nyamuk ber-wolbachia bukan uji coba yang belum terbukti.

Teknologi nyamuk ber-wolbachia sudah digunakan banyak negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Australia, Brasil, Singapura, Thailand, dan Meksiko. 

Hasil pemanfaatan nyamuk Wolbachia di negara-negara ini memberikan hasil positif. Seperti di dua negara bagian California dan Texas, yaitu terdapat penurunan yang signifikan terhadap populasi nyamuk Aedes aegypti. 

Kemudian di negara bagian Far North Queensland, Australia, demam berdarah tidak lagi dinyatakan sebagai darurat kesehatan masyarakat. Brasil juga melaporkan jumlah kasus demam berdarah dan chikungunya yang lebih sedikit di Rio de Janeiro dan Niteroi, keduanya merupakan wilayah yang disebar nyamuk Wolbachia.  

Bukan satu-satunya solusi

Meskipun sukses di beberapa negara, Wolbachia tidaklah dianggap sebagai satu-satunya solusi untuk menangani wabah DBD. Menurut Dr Ng Lee Ching, selaku direktur dari kelompok Institut Kesehatan Lingkungan NEA Singapura, nyamuk Wolbachia tidak bisa dijadikan satu-satunya solusi sebab penggunaannya haruslah dibarengi upaya pengendalian demam berdarah. 

Dr Ng Lee juga menyebut nyamuk Wolbachia akan kewalahan jika harus bersaing dengan nyamuk-nyamuk liar yang ada di alam bebas. Wolbachia akan jauh lebih efektif apabila populasi nyamuk liar turut dikontrol atau bahkan dimusnahkan.

Wolbachia memang menawarkan solusi menjanjikan bagi pemerintah untuk meminimalkan angka penyebaran demam berdarah. Namun, peran aktif masyarakat untuk memelihara kebersihan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya juga tidak kalah penting mencegah berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti yang bertanggung jawab dalam penyebaran virus Dengue, penyebab demam berdarah. 

Masyarakat perlu lebih menggalakkan upaya pencegahan di musim hujan dengan melakukan langkah 3M+, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup wadah-wadah penampungan air, serta mengubur barang-barang bekas. Langkah-langkah ini diperlukan untuk mencegah nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang biak secara bebas di sekitar lingkungan rumah. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya