Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) menegaskan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan kasus dengue (DBD) tidak menimbulkan penyakit lain, tidak seperti yang dituduhkan.
"Nggak menimbulkan penyakit baru karena sudah ada penelitian dan kajian risiko," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi saat dikonfirmasi, Jumat (17/11).
Wolbachia merupakan bakteri alami di serangga dan sekitar 6 dari 10 jenis serangga di dunia termasuk kupu-kupu, lalat buah dan lebah. Bakteri Wolbachia tidak menginfeksi manusia atau vertebrata yang lain, dan tidak menyebabkan manusia atau hewan menjadi sakit.
Baca juga : Kemenkes: Nyamuk Berbakteri Wolbachia bukan Hasil Rekayasa Genetika
Sebaliknya, teknologi wolbachia dapat menurunkan replikasi virus dengue di tubuh nyamuk. Wolbachia dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat menurunkan replikasi virus dengue sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk tersebut sebagai vektor dengue.
Mekanisme kerja yang utama adalah melalui kompetisi makanan antara virus dan bakteri, dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi virus, maka virus tidak dapat berkembang biak.
Baca juga : Efektivitas Nyamuk Wolbachia Berbeda-beda di Tiap Negara
Sebelumnya, penyebaran terlur nyamuk wolbachia di Bali menimbulkan kontroversi sehingga ditunda sampai waktu tidak ditentukan.
"Sekarang sedang kita bahas dengan pemerintah provinsi untuk menunda dulu dan melakukan sosialisasi sampai masyarakat siap," ujar Nadia.
Uji coba implementasi teknologi wolbachia sebelumnya sudah dilakukan di 5 kota yakni Semarang, Bandung, Jakarta Barat, Bontang, dan Kupang.
"Sementara Bali kemarin kerja sama dengan pemerintah provinsi dan World Mosquito Program di Indonesia," pungkasnya. (Z-4)
Pemanfaatan teknologi wolbachia telah dilaksanakan di sembilan negara dan hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan dengue.
Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat pada 60% jenis serangga seperti lalat, ngengat, capung, dan kupu-kupu.
Sebagai contoh, di Singapura, penyebaran nyamuk tersebut tidak mampu menekan angka demam berdarah dengue secara signifikan.
Tujuan utama proyek nyamuk Wolbachia ini adalah menurunkan penyebaran demam berdarah dengue (DBD), demam kuning, dan chikungunya.
Wolbachia adalah bakteri yang sangat umum dan terdapat secara alami pada 50% spesies serangga, termasuk beberapa nyamuk, lalat buah, ngengat, capung, dan kupu-kupu.
Perubahan kelembapan udara selama masa pancaroba dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit.
DBD termasuk penyakit yang mengancam jiwa. Seseorang bisa mengalami DBD lebih dari sekali akibat infeksi virus dengue dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah.
Jangan meninggalkan sampah di dalam dan luar rumah karena bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk dan telur
Kota Bandung masih menjadi penyumbang kasus terbesar dengan jumlah 1.021 kejadian.
STOK darah yang ada di Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung Jawa Barat (Jabar) menipis. Jika biasanya persediaan mencapai 500 labu/ hari, sekarang hanya tersedia setengahnya.
Dengan banyaknya kasus DBD, warga diminta waspada dan meningkatkan kembali kebersihan lingkungan sekitar rumah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved