Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan suhu global terus menciptakan rekor panas baru setiap tahunnya. Adapun, hingga 2023 terjadi peningkatan suhu rata-rata global sebesar 1,2 derajat celcius.
Hal itu diungkapkan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI, Rabu (8/11).
“Ada indikasi bahwa suhu global terus meningkat dan terus menciptakan rekor panas baru,” kata Dwikorita.
Dalam mengukur peningkatan suhu, baseline yang digunakan ialah suhu pada tahun 1900, di mana saat itu belum ada pertumbuhan industri yang menyebabkan pemanasan global. Sementara itu, terpantau mulai 1950, secara global terjadi lonjakan peningkatan suhu.
Baca juga: Suhu Udara Cirebon Tertinggi Se-Indonesia di Akhir Oktober
Dwikorita menjelaskan, pada Juli 2023, terpecahkan rekor suhu terpanas di berbagai wilayah. Di antaranya Afrika Utara yang mencapai 47 derajat celcius, Yunani mencapai lebih dari 49 derajat celcius, Italia mencapai 48 derajat celcius, lalu Thailand, India, Tiongkok mencapai 40 derajat celsius.
Di samping itu Jepang lebih dari 39,7 derajat celcius, Amerika bagian barat bahkan mencapai 53 derajat celcius lebih dari 31 hari. Dan suhu di Amerika selatan pada musim dingin mencapai 45 derajat celcius.
Baca juga: Makin Panas, Suhu Majalengka Capai 38,7 Derajat Celsius
“Tapi meskipun terjadi kenaikan, Indonesia masih relatif normal, meskipun ada kenaikan, belum sebesar yang lain. Hal ini disebabkan karena Indonesia luas lautnya jauh lebih luas dari daratnya. Lautnya 60% dan air berperan sebagai cooler,” ucap dia.
Kenaikan suhu tersebut, kata Dwikorita, berdampak pada adanya global water hotspot dalam beberapa tahun ke depan. Secara konkret, fenomena itu akan menyebabkan kekeringan di seluruh dunia.
“Akibat kekurangan air ini, diproyeksikan seluruh dunia, termasuk Indonesia ada pada kondisi kerentanan yang cukup tinggi terhadap ketahanan pangan,” imbuh Dwikorita.
Dalam hal kerentanan pangan, Indonesia termasuk dalam risiko menengah. Namun, tentunya ada ancaman Indonesia tidak melakukan impor, karena bahkan negara-negara penghasil pangan akan mengalami kekeringan yang lebih parah.
“Pada 2050 diprediksi akan terjadi kekurangan pangan akibat kekeringan dan kekurangan air tersebut,” jelas dia.
(Z-9)
Pemerintah didesak untuk memperkuat kebijakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, mengingat ketidaksesuaian antara komitmen iklim Indonesia
Ilmuwan terus mencari cara baru untuk mengatasi pemanasan global. Salah satu ide yang muncul adalah menggunakan debu berlian untuk mendinginkan Bumi.
Kadar karbon dioksida di udara sudah mencapai 400 parts per million dan bisa terus naik sampai 600 parts per million.
GENERASI muda terutama generasi Alfa dan setelahnya disebut paling merasakan dampak perubahan iklim. Karena itu, kesadaran dan aksi iklim perlu terus digalakkan di kalangan generasi muda.
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
ESKALASI harga pangan pada pertengahan 2024 sebenarnya ialah peristiwa siklikal biasa.
Studi ungkap letusan vulkanik Franklin dan pelapukan batuan cepat 720 juta tahun lalu memicu peristiwa Snowball Earth yang membekukan seluruh planet.
Tahun 2023 catat gelombang panas laut terbesar dan terlama. Fenomena ini rusak ekosistem, ganggu perikanan, dan jadi sinyal titik balik iklim.
Penelitian ungkap lahan gambut Amazon Peru berubah dari penyerap karbon menjadi netral karbon akibat cahaya berlebih dan penurunan muka air.
ICJ mengeluarkan putusan bagi negara-negara untuk saling menggugat terkait perubahan iklim.
Indonesia menghadapi ancaman krisis planetari, termasuk perubahan iklim, pencemaran lingkungan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
INDONESIA memperkuat posisinya menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 yang ditegaskan dalam Conference of the Parties (COP26) di Glasgow, Skotlandia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved