Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DALAM rangka memperingati Hari Anak Nasional 2023, baru-baru ini digelar diskusi publik dengan tema “Mewujudkan Lingkungan yang Sehat dan Aman untuk Anak”.
Diskusi diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan Anak (Kemen-PPPA), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) yang didukung Takeda.
Diskusi publik ini menghadirkan tokoh penting dari berbagai pemangku kepentingan termasuk swasta, lembaga masyarakat dan pemerintah untuk membahas berbagai tantangan dalam upaya penanggulangan stunting sampai dengan call to action yang bisa dilakukan untuk menanggulangi tantangan tersebut menuju Indonesia maju.
Baca juga: Menanti Pendidikan Ramah Anak
Dalam acara diskusi, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Men-PPPA) Bintang Puspayoga mengatakan,“Masalah kesehatan anak di Indonesia ini adalah masalah kita bersama dan mencakup berbagai aspek yang hanya bisa diatasi secara kolektif."
"Oleh karena itu, Hari Anak Nasional menjadi momentum penting bagi KemenPPPA untuk berkolaborasi dengan Kemenkes, PKJS-UI dan Takeda dalam menghadirkan diskusi publik ini," jelas Men-PPPA.
"Bersama-sama kami berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi anak-anak Indonesia sehingga mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang produktif dan berdaya saing untuk kemajuan Indonesia yang lebih baik," terang Bintang Puspayoga.
Anak-anak, Kelompok Rentan Terdampak
Menurut Bintang, anak-anak termasuk kelompok rentan terhadap beberapa gangguan kesehatan seperti stunting dan penyakit yang mengancam jiwa seperti demam berdarah dengue.
Baca juga: Bank Hana Sampaikan Donasi Pada Hari Anak Nasional 2023
"Terlebih lagi, polusi udara di wilayah Jabodetabek saat ini sangat tinggi di mana anak-anak adalah kelompok yang paling rentan untuk terdampak. Saya harap hal ini juga dapat dijadikan bahan diskusi pada hari ini,” ungkap Bintang.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia telah mengalami penurunan dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022.
Hasil positif ini menunjukkan kemajuan upaya negara dalam mengatasi masalah gizi buruk dan mempromosikan kehidupan yang lebih sehat bagi anak-anak.
Berbagai program pemerintah seperti Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) turut berperan dalam penurunan angka stunting.
Kolaborasi Tingkatkan kesehatan Anak
Sementara itu, Plt Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) drg. Widyawati, MKM, “Kami mengakui pentingnya upaya kolaboratif antara pemangku kepentingan dalam meningkatkan kesehatan anak-anak di Indonesia."
"Besar harapan kami kegiatan ini bisa menjadi langkah awal menuju aksi kolaborasi konkret antara pemangku kepentingan dalam memecahkan masalah kesehatan anak, termasuk stunting dan ancaman demam berdarah dengue, demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang," jelas drg.Widyawati.
Baca juga: Perdana Main Bareng Trevo Bantu Dorong sisi Kreatif Anak
Pada kesempatan yang sama, Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia (UI) Ir. Aryana Satrya, M.M., Ph.D., selaku Ketua PKJS UI menegaskan komitmen PKJS-UI dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
"Kami sangat bangga dapat berkolaborasi dengan Kemen-PPPA, Kemenkes dan Takeda dalam menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia," jelasnya.
"Melalui penelitian, pendidikan, dan keterlibatan masyarakat, kami berupaya mengembangkan strategi yang efektif untuk mengatasi masalah gizi buruk pada anak dan meningkatkan kesehatan dan perlindungan penyakit bagi anak secara keseluruhan di Indonesia," ungkap Aryana.
Terkait dengan pencegahan demam berdarah dengue, Takeda sebagai perusahaan biofarmasi terkemuka yang berbasis penilitian dan pengembangan (R&D) menghadirkan pencegahan inovatif melawan demam berdarah dengue (DBD) melalui vaksinasi.
Takeda bertujuan untuk mencegah penyebaran demam berdarah dengue demi melindungi anak-anak Indonesia dari ancaman kesehatan yang serius ini serta membantu pemerintah dalam meraih target Nol Kematian Akibat Demam Berdarah Dengue Tahun 2030.
Baca juga: Lembang Wonderland, Tempat Wisata Ramah Keluarga di Bandung
General Manager Takeda, Andreas Gutknecht, mengatakan, "Takeda sebagai perusahaan inovator biofarmasi, berkomitmen untuk membantu mengatasi penyakit serius pada anak seperti leukimia atau penyakit langka seperti hemofilia."
"Kami bekerja keras untuk memastikan bahwa obat-obatan kami yang menyelamatkan nyawa dapat diakses oleh seluruh masyarakat baik melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau program akses pasien kami," kata Andreas.
"Tentunya hal yang lebih baik dari mengobati penyakit adalah mencegahnya, dan kami amat bangga bahwa vaksin demam berdarah dengue kami dapat membantu para orang tua untuk melengkapi perlindungan keluarga mereka dari penyakit yang mengancam jiwa, yaitu demam berdarah dengue,” paparnya.
Baca juga: Berkaca dari Kasus AG, Menteri PPPA: Ciptakan Lingkungan Kondusif Bagi Tumbuh Kembang Anak
Sebagai salah satu peserta dari sektor swasta dalam diskusi publik ini, Managing Director PT Good Doctor Technology, Danu Wicaksana, mengatakan, “Good Doctor mengapresiasi upaya Kementerian PPPA, Kementerian Kesehatan, PKJS UI, dan Takeda dalam meningkatkan kesejahteraan anak-anak Indonesia dengan menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi mereka termasuk dari ancaman dengue yang membahayakan jiwa."
"Langkah ini sungguh tepat mengingat bahwa anak-anak merupakan kelompok rentan yang perlu dilindungi sekaligus di tangan merekalah masa depan bangsa ini," katanya. (RO/S-4)
Suara para remaja dalam forum Genre sangat berharga untuk mencapai Indonesia yang lebih adil dan maju.
Menteri PPPA Bintang Puspayoga menyampaikan bahwa ekonomi perawatan merupakan bagian penting dalam menciptakan kesetaraan gender khususnya bagi kemajuan masa depan ASEAN.
Menteri PPPA Bintang Puspayoga menyelenggarakan upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia di daerah 3T
Faktor kemiskinan dan masalah sulitnya ekonomi menjadi faktor terbesar terjadinya kasus TPPO di Indonesia.
ANAK adalah masa depan bangsa Indonesia. Kesejahteraan anak Indonesia saat ini merupakan jaminan kesejahteraan bangsa kita di masa mendatang.
Anak Indonesia yang merupakan generasi masa depan yang penuh potensi. Mereka tumbuh di era dimana teknologi dan internet menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Para peserta CKG yang terbukti memiliki masalah kesehatan, mereka dapat secara gratis mengakses layanan lanjutannya mengikuti skema BPJS Kesehatan.
Direktur Jenderal Kesehatan Layanan Primer dan Komunitas Kemenkes, Endang Sumiwi, menjelaskan bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan angka kematian ibu dan bayi tinggi.
Kemenkesmengungkapkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melakukan penyelidikan epidemiolog menyusul temuan 2 kasus covid-19 di provinsi tersebut.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan bahwa tujuh pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 pada pekan lalu telah dinyatakan sembuh
Kemenkes mengimbau masyarakat untuk memakai masker ketika sedang sakit atau merasa imunitas menurun. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus covid-19.
Kemenkes mencatat 72 kasus covid-19 di Indonesia sepanjang 2025. Pada Minggu ke-17 sampai dengan ke-19 terjadi kenaikan kasus pada provinsi Banten, Jakarta dan Jawa Timur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved